SPIN OFF : MARRIAGE EXPRESS
Romance Comedy
DISASTER OF LOVE BOOK 1
Don't Hate Me because I Love You
Setelah dua tahun berlalu sejak sesi foto paksaan dipernikahan adiknya,
Jelita Maharani dipertemukan lagi dengan dokter spesialis bedah tulang yang...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
💕Please comment and vote💕
❤❤❤
Duk!!
"Aww--"
"Aduhh--"
Jelita dan Tama terbangun dari tidurnya saat kepala mereka saling berbenturan akibat dari bus yang terguncang ketika melewati jalanan yang berlubang. Setelah sama-sama mengerang dan mengelus kepala, mereka duduk tegak dan mengedarkan pandangan ke arah luar. Ketika menyadari kalau mereka duduk merapat saling bersinggungan lengan, Tama bergeser menjauh dan merasakan sebelah tangannya terasa pegal.
Jalita yang menyadarinya langsung memutar bola matanya.
Tama mengelus tengkuknya lalu merenggangkan otot leher sedikit merasakan gelisah. Antara lelah dan juga was-was dengan pertemuannya nanti. Berharap kalau Clara mau diajak pulang untuk menikah supaya Ibu Suri mengurungkan niat apapun yang ada dipikirannya terkait tentang Jelita.
Kan gawat kalau Ibu Suri sampai beneran nanya alamat rumahnya Jelita. Bisa mampus kalau tiba-tiba dia digeret paksa dan membawanya melamar si barbie. Tama mencoba untuk menghilangkan prasangka itu. Dulu, butuh setahun untuk Clara bisa dekat dengan Mamanya, masa Jelita yang baru beliau lihat wujudnya langsung main tanya alamat rumah. Sepertinya nggak mungkin ah. Tama yakin pasti begitu jadi dia bisa sedikit tenang.
"Makasih ya Mas. Bahunya empuk," kekeh Jelita seraya merapikan rambutnya.
"Mencuri kesempatan banget," decak Tama, mengambil air mineral dan menegaknya sampai habis.
"Rezeki Mas. Nggak boleh di tolak. Pamali." Jelita nyengir sesaat lalu mulai membuka tasnya dan menarik pouch kecil keluar dari sana. "Lagian, ini semua karena Mas juga. Kalau saja kita perginya naik kereta yang hanya butuh waktu tiga jam untuk sampai di sini, pasti nggak bikin terlalu capek dan pantat jadi berasa tepos begini," gerutu Jelita.
"Kalau tepos ya tinggal dikembangin lagi," gumam Tama lalu mengalihkan tatapannya ke arah lain saat Jelita melotot ke arahnya.
"Lah, emangnya ini pantat adonan tepung bisa dikembangin hanya dengan di tutup kain basah. Kalau tepos kan jadi nggak seksi lagi!!"
"Bodo amat!!!" Ujar Tama cuek, melirik Jelita yang bibirnya manyun karena perkataannya barusan dan mulai sibuk dengan kaca juga beberapa alat make up.
Di luar, sinar matahari pagi mulai nampak di langit memberikan sedikit cahaya dan semburat jingganya. Jam masih menunjukkan pukul lima pagi. Terlambat setengah jam dari jadwal karena bus berjalan dengan kecepatan sedang. Tama memandang ke arah luar dalam diam dan Jelita ada dalam jarak pandangnya jadi jangan salahkan dia kalau tahu apa yang dilakukan wanita itu. Bukannya ingin memperhatikan loh ya.
Jelita sibuk memoles entah apa di wajahnya juga di area bibirnya hingga terlihat merona lagi. Rambut Barbienya dia urai lalu di sisir dan di atur sedemikian rupa sampai rapi dan mengikatnya satu ke belakang.