"Kenapa dengan ekspresi wajahmu?" Jennie unnie tertawa, sepertinya dia menyadari raut wajahku yang sedang kebingungan,
"Ada email di notifikasi, tapi tidak ada apa-apa. Aneh." aku menggigit rotiku, masih penasaran dengan email yang hilang,
"Yah, mungkin error." Lisa merespon tanpa menatapku, sibuk mengaduk supnya,
"Atau mungkin dihinggapi hantu." kembali Jisoo unnie dengan kejenakaannya,
"Memangnya kumbang, dihinggapi begitu." Lisa membawa tawa khasnya, "Ngomong-ngomong, kenapa harus dipusingkan? Toh itu email Jungkook. Aku benar kan?"
Aku agak tersentak ketika Lisa membawa nama lelaki itu, "Iya."
Kamu tidak mengerti, Lisa. Masalahnya, kami juga sering mengirim email kepada satu sama lain. Kalau kami punya pesan yang sangat panjang, pasti kami sampaikan dengan rapi melalui email, walaupun kami akan terlihat seperti orang gila karena mengirim email ke diri sendiri, tapi... Begitulah.
"Ah! Aku lupa." Lisa menaruh sendok di mangkuknya yang sudah kosong, "Jisoo unnie, boleh kan aku mengajak Chaeyoung jalan-jalan? Dia kan baru sembuh, aku yakin dia butuh cahaya matahari yang sehat agar lebih bugar, benar kan?"
"Ke–kenapa aku?"
"Ayolah, Chaengie!" Lisa mendekatkan wajahnya ke telingaku dan berbisik, "Waktu itu rencana kita jalan-jalan harus tertunda karena para unnie mengambil kesempatannya. Ini kesempatan kita sekarang."
Kini aku menyuarakan dukungan untuk Lisa kepada Jisoo unnie, "Oh, iya. Benar kata Lisa, sepertinya aku butuh jalan-jalan."
"Boleh kan, unnie?" Lisa merengek seperti bocah kecil,
"Boleh. Tapi jangan pergi terlalu jauh, jangan pulang larut juga. Mengerti?" suara Jisoo unnie dilantangkan untuk kalimat akhirnya,
"Siap, mengerti! Hormat!" Lisa mengajakku untuk hormat kepada Jisoo unnie, membuat Jennie unnie tertawa, "Ternyata tidak sia-sia aku mengikuti acara Real Men."
***
Aku dan Lisa berjalan mengitari Han River, di bawah sinar matahari yang tidak terlalu menyengat kulit, aku menikmati suasananya. Burung-burung berterbangan sambil berbincang satu sama lain, menghasilan suara cuitan yang menggemaskan, mereka semua dengan kompak menghinggapi ranting pepohonan. Beberapa angsa dengan anggun mengapung di danau, seolah-olah mereka juga menikmati suasana sepertiku.
"Yah, hari yang indah, kan?" tanya Lisa, membuka pembicaraan,
"Selalu indah di Han River." aku tersenyum kecil, berusaha menyembunyikan sesuatu,
Han River adalah tempat favoritku, Lisa juga tahu tempat ini berkat aku yang selalu meronta untuk ditemani kesini. Tapi sebenarnya aku sedang tidak mau berurusan dengan tempat ini, dan alasan kuatnya adalah Jungkook. Dia pernah berjanji akan membawaku ke Han River dan bilang itu adalah tempat favoritnya sejak dia bersepeda dengan Taehyung oppa, aku tidak terkejut atau membesar-besarkan hal itu karena Han River memang tempat favorit semua orang, atau hanya beberapa? Aku tidak tahu.
"Lisa," aku menyadari wajahnya yang agak terlihat tidak senang, "Maaf kalau aku tidak banyak bicara."
Dia tersenyum kecil, "Sebenarnya," dia menarik lenganku untuk duduk di bangku yang menghadap ke danau, memperlihatkan para angsa sedang bersama, "Ada yang mau aku bicarakan denganmu."
"A–apa..?"
Dia menatapku beberapa menit sebelum berkata, "Kamu berubah. Kamu jadi sering sendirian dan murung, kamu tidak seperti Chaeng biasanya. Dan karena itu, aku merasa ada sesuatu yang janggal. Aku mulai memikirkan hal itu. Aku dapat ide untuk membawamu kesini karena..." dia menghela sejenak, "Tadi malam, aku melihatmu menangis."
Aku spontan memukul pundaknya, membuatnya meringis, "Kamu selalu begitu! Lain kali jangan berlagak sok tidur kalau tidak bisa tidur!"
"Aigooo.. Dengarkan aku dulu!"
"Mianhae.. Lanjutkan."
"Apa itu semua karena aku? Apa ada kata-kataku yang merubahmu?"
Aku menatap dua angsa yang sedang berpapasan, kemudian melewati satu sama lain begitu saja, terlalu terpaku dengan pandangan itu membuatku mengingat sesuatu dan malah melupakan pertanyaan Lisa.
"Yah, Park Chaeyoung!"
Secara tidak sadar, aku spontan berkata, "Jangan Park Chaeyoungi aku!"
Lisa membeku, aku tahu dia terkejut, "Kenapa..."
Air mataku yang sedari tadi kutahan kini menghancurkan bendungannya, "Lisaaaaa-yaa... Ottohkae!" aku menutupi wajahku,
"Sudah kuduga." Lisa menarikku ke pelukannya, "Aku tahu kamu tidak bisa menjauhinya begitu saja. Ini yang mau aku bahas."
"Mianhae... Aku sudah mencoba sebisaku tapi," aku tidak bisa melawan tangisku,
"Sudahlah, Chaeyoung-ah. Jangan bicara dulu kalau kamu sedang menangis." dia mengelus punggungku untuk membuatku tenang, "Justru, aku mau minta maaf. Tidak seharusnya aku mengatakan itu. Kalau sudah menyangkut perasaan, aku harusnya berhati-hati."
"Aniya, kamu tidak salah karena aku tahu yang kurasakan itu salah." aku mengusap mataku, menyingkirkan air mata,
"Tidak ada yang salah. Kamu, dia, aku, tidak ada yang salah. Jadi jangan pernah pikirkan hal ini lagi. Sekarang, kalau mau menghubunginya, silahkan. Aku janji akan tutup mulut soal hal ini, aku tidak akan membiarkan siapapun, apalagi sajangnim, mengetahui hal ini. Aku berjanji padamu, Chaeyoungie."
Lisa melingkarkan kelingkingnya di kelingkingku, sambil mengangkatnya ke hadapan wajah kami berdua. Sungguh, aku menyayangi Lisa seperti saudari kandungku sendiri, dan ini alasannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Notification • rosekook
FanficPonsel Jungkook dan Rosé tertukar, inilah pasang surut mereka untuk mendapatkan ponsel mereka kembali. © yoohyeont