Tujuh Belas

5.1K 665 13
                                    

Aku sedang berada di pesawat, kami akan kembali ke Korea untuk menghadiri Gayo Daechukje. Sebelum lepas landas, karena aku duduk di kursi sendirian dan hyungdeul sedang terlelap, aku menghubungi Rosé melalui videocall. Dia baru saja mandi, memperlihatkan wajahnya yang tampak seperti bayi baru lahir. Kyeopta.

"Apa yang mau kamu lakukan bersamaku?"

"Pertama, aku mau ke Han River. Kedua, aku mau melihat pemandangan seperti yang kamu perlihatkan di hotel kemarin." katanya sambil menghitung dengan jemarinya,

"Kalau begitu, aku akan memesan kamar di hotel tertinggi di Gangnam."

"Mwo?!!" dia mendekatkan wajahnya, membuat ekspresi penuh amarah,

Aku menjauhkan ponselnya di tanganku, "A-apa?"

Dia mematapku tajam, "Kamu mau aku mengakhiri hidupmu disana?"

"A-Aku tidak ikut menginap. Serius."

"Aigo, kamu bisa mengajakku ke sky lounge saja." dia memainkan rambutnya tanpa menatapku,

"Ide bagus." aku masih bisa melihat matanya seperti akan menerkamku, "Yah, untuk apa kamu menatapku seperti itu? Kamu malah terlihat menggemaskan."

"Aku mau terlihat menakutkan!" katanya dengan nada memelas,

"Tidak perlu." aku menatap setiap detail dari dirinya di layar, "Karena aku selalu takut kepadamu."

Matanya kini melemah, "Takut apa?"

"Aku takut kamu menjauhiku, aku takut kehilanganmu, aku takut tidak bisa melakukan hal seperti ini lagi denganmu." aku mendekatkan wajahku, melihatnya lebih dekat, "Apalagi yang akan kamu lakukan untuk menakutiku?"

Dia menaruh telunjuknya di dagu-terlihat sedang berpikir, lalu dalam sekejap panggilannya terputus. Aku spontan mencari kontaknya dan melakukan videocall lagi, panggilan pertama tidak diterima, panggilan kedua juga tidak, panggilan ketiga, dia mengangkatnya dalam sekejap.

"Itu." dia mengedipkan matanya,

"Menyebalkan! Untuk apa itu?"

"Omo... Omo.. Lihat dirimu." dia tertawa, "Kamu terlihat panik."

"T-tidak, aku penasaran saja kenapa kamu melakukannya." aku melihat ke sekitar, menghindari tatapannya,

"Kamu sangat menyukaiku ya, Kookie?" ekspresinya jahil, ingin kucium saja jika aku ada disampingnya.

Tunggu... Dasar bedebah, untuk apa aku berpikir seperti itu?

"Chaeyoung, aku harus mematikan ponselku selama berada di pesawat. Aku akan menghubungimu nanti."

"16 jam lagi, ya?"

"Sepertinya ada yang ingat pesanku ketika aku akan berangkat ke Amerika." aku tertawa, kini giliranku yang jahil,

"Tidak! Aku menebak saja." pipinya memerah, dia menutupinya dengan tangannya,

"Singkirkan tanganmu."

"Tidak mau."

"Kamu ini," aku menggelengkan kepalaku, "Kenapa kamu tidak pernah menyetujui fakta kalau kamu itu cantik?"

"Aku malu, bodoh. Kalau mau bilang aku cantik, ya aku memang cantik. Tidak sepertimu."

"Aku memang tidak cantik. Aku tampan." aku mengedipkan mataku kepadanya,

***

Kami sudah tiba di Korea, bahagia rasanya kembali ke tanah air. Lebih bahagia lagi karena tahu aku akan bertemu wanita yang selama ini ingin kupeluk. Aku sudah membayangkan apa-apa saja yang akan kami lakukan berdua. Disamping imajinasiku bersama Rosé, aku melihat Namjoon hyung mendekatiku sambil tersenyum.

"Sebentar lagi kamu akan mendapatkan ponselmu kembali. Senang tidak?" dia tertawa kecil,

Aku juga, "Iya, akhirnya."

Padahal nyatanya, aku sudah terbiasa memakai ponsel Rosé, seakan-akan aku sulit melepaskannya sekarang.

"Aku punya ide yang bisa kamu gunakan ketika mengembalikan ponselnya." Namjoon hyung memberi gestur untuk mendekatkan wajahku kepadanya, lalu dia membisikkan sesuatu,

"Ide bagus. Aku akan melakukannya."

Aku benar-benar akan melakukannya.

The Last Notification  •  rosekookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang