7

3.3K 519 16
                                    


Author POV


"Hyung.. baiknya kasih tahu Taehyung tidak?"

"Jangan deh.. biar dia tahu sendiri bagaimana?"

"Tapi kasihan loh.."

"Iya.. tapi aku setuju dengan ide Rose tadi sore.. sudah jangan dibahas"






Malam ini Jimin sedang di rumah Seokjin seperti janji mereka tadi sore, tapi sudah lewat setengah jam dari waktu yang dijanjikan Taehyung belum juga datang. Karena ini kedua lelaki itu punya kesempatan untuk membicarakan teman mereka itu. Bukan bergosip atau membicarakan hal buruk. Tapi membicarakan tentang dia dan Jisoo, juga Jungkook.


Klekk


"Oh! Tae! Kau terlambat"

"Hmm.. maaf"

"Hei.. ada apa dengan wajahmu? Kau lelah sekali huh?"

"Tidak..."




Melihat wajah kusut temannya, Jimin dan Seokjin sebetulnya sudah sangat paham. Pasti karena Jisoo tadi sore. Keduanya saling menatap dan mengisyaratkan untuk diam, setidaknya sampai Taehyung sendiri yang ingin bercerita.

Sebetulnya Jimin sangat tidak tahan untuk memberitahu sahabatnya ini. Maklum, Jimin rada ember. Ehm.. lebih halusnya suka bercerita. Tapi berulangkali Seokjin menatapnya dengan penuh arti yang ia paham betul apa maksudnya.

Sementara itu Taehyung langsung membuka laptop miliknya. Ia sesegera mungkin ingin menyelesaikan pekerjaannya ini, tapi ia terus kepikiran dengan kejadian tadi sore. Di mana Jisoo mengajak pergi Jungkook? Jadi, yang dimaksud Jungkook dengan 'ada janji' dan memilih tidak ikut Hyungnya menyelesaikan pekerjaan bersama adalah pergi dengan Jisoo? Sebetulnya ada hubungan apa mereka?

Kalau benar mereka ada hubungan yang lebih dari teman, tentu Taehyung akan mundur teratur. Jadi apakah sebaiknya ia tidak tahu saja agar bisa terus dekat dengan Jisoo? Tapi ia juga penasaran. Jadi ia bingung harus bagaimana sekarang.




"Jim.. Hyung.."

Taehyung membuka percakapan di antara ketiganya. Membuat kedua temannya ini menatapnya, bertanya-tanya.

"Jungkook.. dan Jisoo... mungkinkah?"

Kedua temannya saling pandang. Jimin sudah akan membuka mulut tapi langsung disela oleh Seokjin, takut bicara yang tidak-tidak.




"Ah! Kau mengkhawatirkan mereka?"

Pertanyaan retoris, sekedar mengalihkan pembicaraan agar tak semakin dalam.

"Hmm..", dijawab anggukan lesu, "Kalau benar.. apa aku harus menyerah pada Jisoo?"

"Kubilang apa! Segera tembak.. sekarang kau galau sendiri kan? Padahal baru mulai dekat", giliran Jimin yang meluapkan emosi.

Be YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang