Part 27 (Bully)

1.5K 82 9
                                    

"Kok bisa sih?! Ihhhh greget gue!!"

"Kepo."

"Etdah! Cerita gitu kek! Jahat lo. Sahabat sendiri padahal." Ghia mengerucutkan bibirnya.

Lian masih saja fokus pada ponsel di tangannya. "Bodo," sahutnya pelan.

"Ish!" Ghia menyerah. Ia menelungkupkan kepalanya di atas meja. Tapi suara notif ponselnya membuatnya kembali mendongak. Ia meraih ponselnya yang tergeletak untuk melihat notifikasi apa itu.

"Eh, Ghi... Ke perpus, yuk! Gue mau balikin novel nih."

Ghia tetap terdiam tanpa mengalihkan pandangan dari ponselnya.

"Napa sih?" tanya Lian, keheranan. Ia ingin mengintip apa yang ada di ponsel Ghia, tapi Ghia sudah terlebih dahulu memasukkannya ke loker dengan secepat kilat.

"A... Anak musik lagi pada ngumpul sekarang." Ghia bangkit dari duduknya. "Gue mau nyusulin mereka. Sorry ya, gue ga bisa anter lo."

Lian terdiam, tapi kemudian ia mengangguk. "Oke. Kalo gitu gue duluan."

Ghia tersenyum dan membiarkan Lian berjalan melewati dirinya untuk menuju perpustakaan. Ia kembali mengecek ponselnya. Saat itulah ia mendecak. "Ngerepotin aja!"

_______________

From: Ashton
Ntar malem ada acara?

To: Ashton
Kagak. Napa?

From: Ashton
Ikut gue mau?

To: Ashton
Kemana?

From: Ashton
Pasar malem

To: Ashton
Oh. Jam berapa?

From: Ashton
Jam 7 gue jemput. Oke?

To: Ashton
Oke

Lian tersenyum. Ia menyandarkan tubuhnya, memejamkan mata, kemudian menghirup napas sebanyak-banyaknya. Hubungannya dengan Ashton membaik. Karena itulah ia berharap tidak ada lagi masalah lain yang menimpa.

"Leher gue sakit. Apa gue salah tidur ya semalem?" gumamnya.

"Lian...."

Bisikan halus itu membuat Lian merinding dan spontan menoleh ke belakang. Ia mendapati seseorang berjongkok tepat di balik bangkunya. Baru saja ia hendak menyumpah saat mengetahui siapa pelakunya, tapi orang itu sudah terlebih dahulu meletakkan telunjuknya di bibir Lian.

"Sshht!" Ia bangkit dan duduk di sisi Lian. Tak lama kemudian, ia tersenyum lebar. "Di perpus ga boleh berisik."

"Brian nyebelin," gerutu Lian.

"Apa? Ga denger."

"Ga jadi."

Lian mendengus, kemudian kembali berkutat dengan novel di hadapannya.

"Tumben ga sama temen lo itu," celetuk Brian tiba-tiba.

"Ghia?"

Brian mengedikkan bahunya. "Gue gatau namanya."

"Oh. Lagi kumpul sama anak musik."

"Hm? Tapi gue liat tadi ruang musik sepi."

Pergerakan Lian terhenti. Ia urung membalik halaman novel yang dibacanya. "Masa sih?"

Brian mengangguk. "Kenapa?"

Lian menggeleng pelan. "Gapapa. Palingan mereka kumpul di tempat lain."

Lian kembali melanjutkan aktivitas membacanya yang sempat tertunda, sedangkan Brian mengeluarkan headset dan ponsel dari sakunya. Daripada hanya diam saja, lebih baik ia tidur siang sejenak selagi menunggu Lian selesai membaca buku.

Cause Of Basket, I Fall In Love With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang