"Ih! Apaan sih, Ma?"
"...."
"Emang nggak ada cara lain? Harus banget gitu?"
"...."
"Yaudah. Ntar diomongin lagi kalo aku udah di rumah."
"...."
"Iya. Ini lagi perjalanan."
"...."
"Hmm... Ya."
Tut... Tut... Tut....
Ghia mendengus kesal. Ia menatap jalanan melalui jendela mobil yang basah oleh hujan. Bibirnya tak henti-hentinya mengeluarkan gerutuan sepanjang perjalanan pulang.
"Gila aja ih! Nggak banget kalo sampe-"
Ghia tertegun, tatapannya tertuju pada seseorang yang sedang duduk memeluk lutut di depan toko yang sudah tutup. Siapa yang kira-kira masih berkeliaran di luar rumah malam-malam begini disaat hujan? Terlebih lagi itu adalah seorang gadis.
Ghia menepikan mobilnya tidak jauh dari tempat gadis tersebut. Ia tidak mengenali siapa gadis itu karena wajahnya tertutup oleh rambutnya yang basah. Mendadak ia merasa merinding.
"Ya kali hantu duduk di depan toko kek orang galau gitu. Kurang kerjaan banget...."
Cukup lama Ghia hanya terdiam mengamati. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk memberanikan diri dan turun dari mobil, menghampiri sang gadis yang masih duduk tak bergerak.
"Permisi!"
Tidak ada sahutan.
"Mbak, rumahnya dimana? Mau saya antar? Ini sudah malam."
Gadis itu hanya bergeming.
Ditepuknya pundak gadis itu pelan. "Mbak- ah!!!"
Ghia memekik, terkejut karena secara tiba-tiba tubuh gadis itu merosot dan tergeletak lemas. Kulitnya putih pucat, wajahnya tertutup rambut yang basah. Melihatnya saja membuat Ghia kembali merinding. Ditambah lagi keadaan jalan yang sepi di tengah hujan seperti ini semakin menambah suasana mencekam.
Ghia menyentuh sedikit telapak tangan gadis itu. Dingin. 'Dia bukan mayat, kan?'
"Mbak, jangan bercanda dong! Saya takut. Sumpah!" Ghia menyingkap rambut yang menutupi wajah gadis tersebut. Seketika matanya membelalak lebar saking terkejutnya.
"LIAN!!!"
_______________
"LO TUH GIMANA SIH GA BECUS BANGET JAGAIN ANAK ORANG?! NTAR KALO EMAKNYA NGOMELIN GUE GIMANA?!"
"Ya mana gue tau kalo dia belom pulang sampe jam segini." Fargent melirik arlojinya yang sudah menunjukkan pukul 10 malam.
"YE KAN LU BISA NELEPON NANYA KEADAAN LIAN KEK! NAH, KALO UDAH GINI SIAPA JUGA YANG RIBET?! MOYANG LO?! NGGAK KAN?!"
"Udah tuh. Udah gue chat buktinya. Cuma dianya nggak bales."
"MANA BISA DIA BALES KALO UDAH KEK GINI, PE'A! CUMA CHAT SEKALI AJA DIUNGKIT-UNGKIT!"
"Ya kan yang penting udah gue chat. Lagian lo siapanya Lian sih? Nongol-nongol nyeramahin gue panjang lebar."
"BODO!"
"Ga usah ngegas. Cantik-cantik sadis," sindir Fargent setengah berbisik-bisik.
"NGOMONG APA?!"
"Kagak."
Lagi-lagi Ghia hanya bisa menggerutu dalam hati. Banyak yang dikhawatirkannya sedari tadi. Selain khawatir dengan keadaan Lian, ia juga khawatir akan terkena omelan kedua orang tuanya. Tapi yang ia tidak habis pikir adalah mengapa Lian sampai memaksakan diri keluar rumah dimalam hari hingga sakit seperti itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Cause Of Basket, I Fall In Love With You
Teen Fiction[Revisi setelah cerita tamat] "Lo yang namanya Lian?" Tanya seorang cowok di depan gue. "Bukan. Tapi setan.." gerutu gue dalem hati. Emang dia gak liat nametag gue apa? Meskipun begitu, gue tetap mengiyakan. Pertemuan pertama yang bikin gue he...