Part 18 (Broken Heart)

2.4K 109 1
                                    

"Ini siapa sih rese bener telepon pagi-pagi buta gini?!" gumam Lian setengah menggigau.

Ia meraih ponselnya yang tergeletak di atas nakas dan langsung mengangkat panggilan masuk itu tanpa melihat dulu siapa peneleponnya.

"Ya? Hoahm... Halo?" ujarnya sambil menguap.

Ia tidak peduli jika orang di seberang sana menganggapnya aneh, kebo atau semacamnya. Sabodo teuing... Orang lagi ngantuk juga, pikirnya.

"Morning..." sahut suara di seberang.

"Iya deh morning serah... Ini siapa?" tanya Lian sewot.

"Eh? Lo gatau suara gue? Masa lo lupa sama gue? Padahal baru aja kemarin malem ketemu."

"Kemarin...?" Lian berusaha mengingat-ingat.

"Oh... Brian ya?"

"Baru inget lo..."

"Hehe sorry. Jadi, kenapa lo telepon gue pagi-pagi gini?"

"Gue cuma mau tanya, lo dimana sekarang?"

"Gue? Di rumah lah... Emang kenapa sih?"

"Oh. Pantes aja gue cari-cari, lo gak ada. Kalo gitu, gue tunggu di deket gerbang sekolah 15 menit lagi."

"Hah? 15 menit lagi? Gila lo ya!!" Lian memekik heboh.

"Lha? Emang napa?"

"Masih pagi buta gini! Mau ngapain lo di sekolah? Bantuin tukang kebon?!"

"Pagi buta? Heh asal lo tau, ini udah setengah tujuh."

Lian beranjak kearah jendela kamarnya. Ia menyingkap gorden dan cahaya mentari segera menyambutnya dengan sangat terang.

"Hah? Ya ampun!!" jeritnya histeris.

"Astaga, budeg lama-lama gue Li! Jadi lo baru bangun tidur? Pantesan omongannya agak ngelantur. Lama banget lo connect-nya," sindir Brian.

"Oke oke whatever bye!!" Lian memutus sambungan telepon secara sepihak.

'Gawat kalo sampe gue telat! Mana gue ada tes praktek lagi!' rutuknya dalam hati.

Ia mencepol rambutnya asal-asalan dan masuk ke dalam kamar mandi. Setelahnya, ia segera memakai seragam, merapikan rambut, memoleskan bedak tipis, meraih tas, turun menuju ruang makan, menyambar sepotong roti bakar yang entah punya siapa di meja makan, memakai sepatu, dan berlari ke halte tempat ia biasa menunggu bus.

Ia menggigit roti yang tadi diambilnya. Wajahnya terlihat panik. Ponsel miliknya tiba-tiba berbunyi.

"Hawloh?" jawab Lian dengan mulut penuh dengan roti bakar.

"Kakak!!" teriak suara di seberang dan Lian refleks menjauhkan ponselnya dari telinga.

"Itu roti bakar aku kenapa diambil?!"

"Awh... Bodwo amwat lwah!!" pekik Lian dan langsung mematikan sambungan telepon.

Ia mengaktifkan mode silent pada ponselnya dan memasukkannya ke dalam tas. Ia celingukan di halte sambil melanjutkan acara sarapannya yang tertunda dengan setengah menggumam tidak jelas. Merutuki nasib buruk yang menimpanya pagi ini.

Lian akhirnya bisa bernapas lega sewaktu bus yang ia tunggu-tunggu akhirnya mulai terlihat di kejauhan. Tanpa aba-aba, ia segera masuk ke dalam bus sewaktu bus itu sudah berhenti di depannya.

_______________

Lian sampai di sekolah tepat lima menit sebelum bel masuk. Ia memasuki gerbang sekolah sambil berlarian gaje.

Cause Of Basket, I Fall In Love With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang