Part 24 (Dijodohin?)

2K 95 8
                                    

"Lo dimana?"

"Gue? Baru aja sampe rumah. Napa?"

"Gak usah pulang! Mending lo kemana kek asal jangan pulang sekarang!"

Ashton mengernyit. "Gua nggak ngerti maksud lo." Ia tidak memedulikan ucapan Fargent.

Baru saja membuka pintu, ia sudah dikejutkan dengan kehadiran dua orang tamu tidak dikenal. Satu pria dan satu wanita, keduanya menatap Ashton seraya tersenyum. Ashton hanya menatap keduanya dengan wajah kebingungan.

"Halo? Halo?"

Suara Fargent ditelepon masih terdengar jelas. Ashton mendengarnya, namun ia tidak menjawabnya.

"Ashton? Sudah pulang?"

Seorang wanita cantik turun dari lantai atas dengan anggunnya. Wanita itu tersenyum lembut pada Ashton. "Kebetulan mama mau memperkenalkan kamu dengan kolega mama dan papa."

Ashton mengangguk paham. Kini ia tahu siapa kedua tamu tersebut.

"Perkenalkan, ini anak sulung saya. Namanya Ashton," ujar mama Ashton. Ashton sedikit membungkukkan badannya ke arah kedua teman kolega orang tuanya yang masih menatapnya sembari tersenyum.

"Tampan sekali. Jadi, benar dia yang akan dijodohkan dengan putri kami?"

Ashton tertegun. Ia kembali menegakkan tubuhnya perlahan. Ia menatap mamanya dengan tatapan meminta penjelasan.

"Tentu saja. Saya berani menjamin bahwa putra saya ini bisa memimpin kedua perusahaan kita dengan baik. Dia anak yang sangat bertalenta sekali." Bukannya memberi penjelasan pada Ashton, mamanya malah menatap Ashton dengan bangga.

"Bagus kalau begitu. Sayang sekali putri kami tidak bisa datang karena sedang kursus hari ini."

"Ah, itu bukan masalah. Bagaimana jika kami mengundang kalian untuk makan malam? Waktu dan tempat akan kami konfirmasi nanti. Kalian bisa mengajak putri kalian untuk turut serta agar bisa membicarakan masalah perjodohan ini dengan matang sekaligus mempertemukannya dengan Ashton. Benar kan, Ashton?"

Ashton menggenggam kuat-kuat ponsel di tangannya. Ia sedikit gemetar. Digelengkannya kepalanya kuat-kuat. "Saya... Saya tidak mengerti dengan apa yang terjadi di sini. Saya harus pergi sekarang."

Ashton segera berlalu secepat mungkin. Berkali-kali mamanya memanggilnya, namun tidak ia hiraukan.

Mama Ashton menatap kikuk ke arah kedua tamunya. "Dia hanya membutuhkan waktu untuk sendiri karena terkejut. Jadi, ingin saya buatkan minum apa?"

Ashton berjalan cepat ke halaman, menghampiri mobilnya yang terparkir di sana. Saat ia hendak membuka pintu mobilnya, teguran seseorang membuatnya berhenti.

"Jangan mempermalukan mama dan papa! Cepat kembali ke dalam dan minta maaf!" Suara bariton itu membuat Ashton membeku selama beberapa saat. Namun dengan cepat Ashton mengubah ekspresinya menjadi datar seraya tersenyum remeh.

"Maaf? Bisa Anda mengulanginya sekali lagi?"

Ia menatap berani pria berjas di hadapannya yang tidak lain adalah papanya. Rahang papa Ashton mengeras. "Kamu berani dengan papa?!"

"Memangnya siapa Anda? Papa? Bisakah saya memanggil 'papa' kepada seseorang yang sudah menghilang selama 4 tahun lamanya dan membiarkan anaknya hidup sendiri?!"

"Papa tidak pergi tanpa alasan! Papa melakukannya untuk-"

"Kebaikan saya? Berapa kali Anda mengatakannya? Jika memang itu untuk kebaikan saya, mengapa Anda harus pulang secara tiba-tiba setelah adanya berita kecelakaan pesawat 4 tahun silam itu? Bisakah Anda katakan kepada saya kebaikan apa yang Anda maksud selama ini?"

Cause Of Basket, I Fall In Love With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang