Part 33 (Untold)

386 22 8
                                    

"Ghi!" Lian melambaikan tangannya dengan semangat. Matanya berbinar-binar, tidak sabar mendengar cerita Ghia yang urung diceritakan kemarin. Ia juga tak mengerti mengapa ia tiba-tiba jadi penasaran begini. Padahal sewaktu Ghia mematikan telepon kemarin, ia masih biasa saja.

Kondisi kelas yang kebetulan sepi itu tentu membuat Ghia dapat mendengar suara nyaring Lian dengan sangat jelas. Ia yang saat itu baru tiba di ambang pintu, lantas menoleh dan berjalan mendekat. "Tumben pagi."

"Gue penasaran sama cerita lo." Lian tersenyum lebar. Satu tangannya bertopang dagu. "Ceritain dong kemarin ada apaan."

Ghia menghela napas lelah. "Ah, bukan apa-apa."

"Dih! Bilangnya kemarin mau cerita."

Ghia meringis. "Iya sih."

"Nah! Yaudah buruan. Keburu bel."

Ekspresi antusias Lian membuat Ghia semakin enggan bercerita. Bukannya ia tidak mau menceritakannya--terlebih masalah ini menyangkut Lian juga--hanya saja ia belum memiliki cukup keberanian untuk menghadapi reaksi sahabatnya itu nanti.Bisa-bisa ia dianggap pelakor nantinya. Tidak lucu kan kalau sampai persahabatan mereka berakhir hanya gara-gara masalah bisnis berkedok perjodohan konyol itu.

"Woy! Diem aja lo. Jadi cerita ga?"

"Eh?" Gadis yang duduk di samping Lian itu mengerjap beberapa kali. Sadar dirinya baru saja melamun, Ghia nyengir. Berusaha menutupi kegugupannya. "Kemarin cuma dinner kok sama kolega bokap nyokap gua. Biasalah... urusan bisnis."

"Masa? Emang setiap diundang acara gituan lo pasti dandan rapi banget kayak kemarin ya?"

"Ya enggak sih."

"Terus?"

"Yang kemarin diundang itu... kebetulan deket banget sama keluarga gue." Ghia menelan ludah. "Tapi kemarin itu dinner pertama setelah sekian lama. Jadi harus ninggalin kesan bagus dong! Apalagi kemarin gue disogok nyokap. Katanya kalo gue mau dateng ke acara dinner kemarin itu dan sehari aja jadi feminim, gue bakal dibeliin gantungan kunci yang gue pengenin dari dulu."

Ghia menunjukkan gantungan kunci yang tergantung di tasnya. Gantungan kunci itu berbentuk karakter beruang yang ada pada salah satu kartun anak-anak yang cukup digemari saat ini. Original dari toko resminya dan kemungkinan susah didapat.

Lian mengangguk seraya ber-oh ria. Tidak ada yang aneh dari ucapan Ghia, terlebih ia tau jelas seberapa maniak Ghia jika sudah menyangkut kartun favoritnya itu. Namun tetap saja ekspresi wajahnya tidak bisa disembunyikan. Ia tahu Ghia gugup, terlebih selama ini temannya itu bukan orang yang gampang berbohong. Tapi Lian mengerti. Mungkin memang ada beberapa hal yang tidak bisa diceritakan Ghia, dan ia juga tidak seharusnya ikut campur terlalu jauh.

Ting!

Lian tersentak oleh suara ponselnya sendiri. Buru-buru ia meraih benda pipih itu dari atas meja. "Lupa gue silent anjir!'

Ia menggeser pop up. Hendak mengaktifkan mode silent, namun berakhir tersenyum kecil saat membaca isi chat yang menyebabkan ponselnya berbunyi tadi.

From : Si Rese
Morning, beb
Cuma mau ngingetin ntar pulang sekolah jangan lupa latihan buat turnamen. H-ga sampe sebulan nih

Usai membaca, tanpa babibu lagi Lian segera mengetikkan balasan.

To : Si Rese
Pagi jg
Alah, masih lama kok

Tak berapa lama kemudian, kembali terdengar suara notifikasi.

From : Si Rese
Wah... kapten macem apa lu?

To : Si Rese
Lu sendiri? Kek yang rajin latihan aja...

Cause Of Basket, I Fall In Love With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang