Minseok mengangguk, "Oke. Kami akan pulang saat makan siang."
"Oke, Hyung!" Jongdae tersenyum ke arah Minseok dan Chanyeol. Minseok bersyukur Jongdae tidak bisa melihatnya sekarang. Dia benci melihat mata Jongdae yang tidak fokus. Mata Jongdae adalah bagian yang paling ekspresif dari dirinya. Sungguh menyakitkan melihat mereka kosong, "Anyeong, hyung, Chanyeollie." Jongdae mendesak mereka untuk pergi.
"Anyeong." Minseok berusaha terdengar ceria. Chanyeol menariknya keluar dari ruangan sebelum dia bisa mengatakan apa-apa lagi yang bisa menunjukan bagaimana perasaannya saat ini.
"Kami berangkat sekarang! Jaga dirimu, Jongdae." Chanyeol memanggil sebelum menutup pintu, "Kau tahu bahwa Jongdae masih bisa merasakan suasana hatimu tanpa matanya, kan?" Dia mendesis pada Minseok.
Minseok mendesah, tahu Chanyeol benar, "Aku tidak dapat membodohi siapapunkan?"
Chanyeol menggelengkan kepalanya, "Ayo pergi."
Chanyeol benar. Jongdae bisa merasakan betapa khawatirnya saudara-saudaranya. Dia tidak ingin mereka mengkhawatirkannya. Dia pikir dia akan menghabiskan pagi di kamar karena dia terlalu gugup untuk berkeliling, tapi dia telah memberitahu Minseok Hyungnya bahwa dia hafal tata letak dorm dengan sangat baik dan dia ingin membuktikan pada dirinya dan Minseok Hyungnya bahwa dia bisa melakukannya. Jika dia berhasil turun dan membuat teh atau kopi sendiri sambil menunggu member pulang maka mungkin mereka tidak akan terlalu khawatir.
Jongdae berhasil masuk ke dapur dan mulai menggunakan ketel tapi setelah airnya matang, dia perlu menuangkan airnya kedalam cangkir. Dia ragu-ragu ketika mencoba untuk memprediksi dimana cangkir itu berada. Dia hanya bisa melihatnya samar-samar. Dengan gugup, dia mulai menuangkan air dalam ketel tetapi dia tidak sadar telah meletakkan cangkir di tepi meja. Begitu air memasuki cangkir, cangkir itu terbalik dan pecah di lantai. Suara itu menyebabkan Jongdae tersentak dan air panas memercik di tangannya. Dia menjatuhkan ketel di meja dan melangkah mundur, memegang tangannya yang terbakar, ketika kakinya yang telanjang menginjak sepotong cangkir yang pecah, "Ah!" Jongdae menjatuhkan diri ke lantai, memeluk kakinya dan mengabaikan tulang rusuknya yang patah. Dia gemetar ketika dia duduk di lantai, tidak tahu harus berbuat apa. Dia menyimpan handphone nya di saku tetapi sekarang handphone nya tidak ada di sana. Apakah itu jatuh? Dia meraba-raba lantai untuk itu tapi ia malah membuat jarinya terluka oleh serpihan cangkir. Jongdae merasakan air mata frustrasi saat dia sadar betapa tidak bergunanya dia tanpa matanya. "Aku tidak berguna." Dia berbisik pada dirinya sendiri dan dia meringkuk di lemari dapur, takut untuk bergerak. Takut melakukan apa pun.
Member kembali ke asrama saat semua kegiatan siang mereka selesai, seperti yang dijanjikan. Minseok khawatir saat Jongdae tidak menjawab panggilannya. Junmyeon mencoba menenangkannya, mengatakan kepadanya bahwa Jongdae mungkin tertidur tetapi dirinya sendiripun khawatir. Minseok memasuki asrama terlebih dulu, "Jongdae, kita semua pulang." Dia melihat sekeliling, tidak melihat siapa pun di ruang tamu. Dia akan menuju ke atas ketika dia melihat ketel air berada di ujung meja, bukan di tempat biasanya. Jongdae adalah orang yang rapi sama seperti dirinya. Dia tidak akan meninggalkannya di sana. Mata Minseok melebar ketika dia berjalan le arah dapur dan melihat Jongdae meringkuk di lantai, dengan darah di tangan dan kakinya. "Jongdae!" Minseok berlutut di depan sahabatnya dan memeluk kepalanya, "Jongdae, apa yang terjadi?"
Junmyeon melihat keadaan Jongdae dan segera mengeluarkan ponselnya untuk memanggil dokter dan manajer mereka. Yixing bergegas mengambil kotak pertolongan pertama dari kabinet. Chanyeol pergi mengambil sapu dan pengki. Kyungsoo menatap ponsel Jongdae yang tepat berada di kakinya. Ponselnya tampak seperti jatuh dan meluncur keluar dari jangkauan Jongdae. Dia mengangkatnya. Layarnya retak. Dia melihat ke sekeliling ruangan, menyimpulkan apa yang terjadi dan kemudian menutup matanya, "Kita seharusnya tidak meninggalkannya sendirian." Jongin mendengar bisikan kyungsoo dan meletakkan tangannya di kyungsoo. Kyungsoo berbalik ke arahnya, air matanya berhasil lolos. Jongdae adalah orang paling mandiri dan bisa diandalkan yang dia kenal. Dia berani, suka berpetualang dan peduli. Kehilangan pengelihatannya mengatakan kepadanya bahwa dia tidak bisa melakukan semuanya.
"Ini hanya sementara." Sehun berkata pada dirinya sendiri, "Ini bukan Jongdae hyung."
Baekhyun berlutut di sebelah Jongdae. Jongdae masih belum menanggapi mereka. Dia meringkuk seperti bola, seperti melindungi dirinya dari apapun. Itu tidak baik untuk tulang rusuknya. "Jongdae, tidak apa-apa." Untuk lega, Jongdae akhirnya menengadahkan kepalanya. Dia berbalik untuk menuju ke arah Baekhyun dan Baekhyun hanya bisa merasa bersalah saat melihat mata kosong itu.
"Dia tidak baik-baik saja, hyung." Baekhyun menoleh ke Minseok yang tampak sama takutnya seperti dirinya, "Jongdae akan baik-baik saja kan?"
Minseok menghela nafas, membenci dirinya sendiri karena membiarkan Jongdae meyakinkannya untuk meninggalkannya di rumah sendirian, "Ayo. Mari kita menjauhkanmu dulu dari area ini."
.
.
TBC
Apakah Jongdae akan baik baik saja?A Little Corner : Maaf telat up, seharusnya saya up pas Cherry Blossom love song rilis tapi ke hectic an menghafal untuk tes CPNS membuatku tak bisa up. Maafkan ya :)
Jongdae tadi malem di BOF ganteng banget ya😍😍
KAMU SEDANG MEMBACA
Blindness
FanfictionKarna suatu kejadian Jongdae sang main vocalis EXO menjadi buta dan Baekhyun yang merasa paling bersalah akan hal itu.