Valia mungkin akan membenturkan kepalanya pada dinding tembok yang keras jika saja situasi nya memungkinkan saat ini. Ia merutuki mulutnya yang dengan mudah mengatakan kalimat tidak masuk akal yang hanya akan terjadi dalam fiksi fantasi.
Valia dengan was was menunggu apa reaksi ke empat orang tidak normal dihadapannya ini setelah apa yang ia ucapkan barusan.
"Kau pasti sudah gila."
Ya, Rael pikir gadis bersurai abu abu ini memang sudah gila. Apa yang dia tanyakan tadi? Dimensi lain? Dia pasti sudah tidak waras karena menanyakan hal tidak masuk akal seperti itu.
Oke, mungkin jika ia mengatakan kalau ia adalah seorang mermaid yang tersesat, atau seorang jumper yang salah tujuan, atau seorang Nymph yang hilang ingatan karena pohon tempat tinggalnya sudah rusak, Rael masih akan memaklumi karena keberadaan kaum Noble dan Werewolf pun sebenarnya sudah tidak masuk akal bagi manusia modern. Tapi dimensi lain?
Cih, apakah gadis ini memang benar tidak waras?
"Aku tidak gila!" Sungut Valia kesal. Tentu ia tidak akan terima dikatai gila. Meskipun banyak orang jenius yang awalnya memang dikira gila. Tapi itu sangat out of topic, jadi ayo kita abaikan.
Frankenstein menatap gadis abu abu dihadapannya dengan pandangan yang sulit diartikan. Antara tidak percaya, terperangah, dan wow. Seperti itulah kira kira.
"Maksudmu kau dari dimensi lain, begitu kan?" Frankenstein menghela napas untuk membeda, "lalu bagaimana caranya kau bisa ke sini?"
"Ah! Itu---" benar juga? Bagaimana caranya bisa masuk kesini? Valia juga bahkan tidak tau sama sekali. Ia hanya sedang tidur dikamarnya, tau tau saat bangun ia sudah ada di kamar yang berbeda. Hanya itu yang ia tau, kecuali bagian ia yang muncul di akhir pertarungan Raizel dan Muzaka.
"Aku bahkan tidak ingat." Kata Valia jujur.
Semua orang terdiam, sibuk akan pemikiran mereka satu persatu. Frankenstein yang sibuk berpikir tentang kasus Valia yang mungkin saja hanya jebakan Union. Rael yang sedang berpikir haruskah ia lenyapkan saja gadis tidak waras ini, atau mungkin ia lemparkan saja ke jurang di ujung pulau Lukedonia. Regis yang sedang berpikir tentang keadaan yang makin rumit saja, dan itu semakin membuatnya sakit kepala. Seira pun berpikir kapan selesai nya konversasi ini, ia pikir ini tidak berguna. Dan yang terakhir Valia yang sedang memikirkan nasib perusahaan keluarganya jikalau ia tak kembali, apakah Baekhyun bisa mengurus semuanya? Bagaimana jika ia akan terjebak selamanya disini? Ia harap Park Chanyeol si kakak sepupunya yang konyol tapi sialnya tampan itu mau menggantikannya nanti.
"Apa kau ingat apa yang kau lakukan sebelum terjebak disini?" Oh Ya Tuhan! Akhirnya Seira membuka suaranya juga. Valia kira ia kehilangan suaranya karena sejak tadi ia hanya diam saja.
"Apa yang kulakukan?" Pertanyaan itu ia tujukan untuk diri nya sendiri.
Waktu itu, seingatnya ia terbaring di kamar selepas pulang dari pesta yang diadakan relasi bisnis nya. Ia merebahkan diri dan mulai membuka webtoon untuk membaca Noblesse. Tidak ada yang spesial bukan?
Tapi sepertinya ada yang terlewat. Apa itu?
Valia berpikir keras dan tanpa sadar tangannya mulai meraba sekitar leher dan memilin tali besi yang melingkar di lehernya.
Tunggu-- sejak kapan ada kalung di lehernya?
Valia menatap dengan seksama ke arah liontin bulan berhias batu biru itu. Kalung ini bukannya yang ia temukan di makam ibunya?
Oke, lupakan Valia. Sekarang ada sesuatu yang lebih penting daripada kalung yang kau pungut dari kuburan.
"Aku tidak tau apa apa!" De sah Valia frustasi. Ia benar benar clueless sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
In Noblesse World [DISCONTINUED]
FanfictionValia tidak tau ini nyata atau hanya khayalannya semata. Yang ia tau adalah ia sedang berbaring di atas tempat tidur sambil memainkan smartphone nya, tau tau ia sudah berada di sini. Di satu sisi ia senang, namun di sisi lain ia begitu gelisah. Ia s...