prolog

1.6K 146 0
                                    

KRAK!

BLARRR!

Suara gemuruh itu terdengar di langit sebuah pulau terpencil di tengah samudra. Terlihat dua pria berbeda kaum tengah saling membenturkan kekuatan mereka.

Keadaan mereka berdua sama sama tidak dapat dikatakan baik. Pria bersurai hitam berjas putih yang mengepakkan sayap merah dipunggungnya itu telah banyak mengeluarkan darah entah dari mulutnya, telinganya, bahkan kedua matanya juga ikut mengeluarkan darah serupa air mata. Sedangkan pria bersurai perak yang ada di hadapannya juga tak jauh lebih baik meskipun tak ada darah yang mengalir dari tubuhnya, bangun dari tidur panjang selama lebih dari 800 tahun setelah jadi bahan percobaan pasti takkan baik bukan?

Melihat dua pria yang sedang bertarung itu membuat Frankenstein cemas, apalagi mengingat keadaan tuannya yang sedang diambang batas kehidupan itu memaksa untuk mengeluarkan kekuatannya, hal itu dapat membuat umur tuannya semakin lama semakin memendek.

"Raizel! Minggirlah!" Teriak pria bersurai perak itu, "jangan halangi aku!" Pria bersurai perak itu melempar gelombang serupa cakaran hewan kearah pria -yang di ketahui namanya Raizel- di hadapannya.

Raizel hanya diam sambil terus berusaha menghentikan amukan pria dihadapannya. Bagaimana pun dia adalah temannya, teman satu satunya yang dulu ia punya, Muzaka.

"Sampai kapan kau akan menghalangiku?! Kau pikir manusia manusia itu akan berterima kasih atas jasa mu ini?!" Muzaka lagi lagi berteriak dan hanya dibalas tatapan sendu dari Raizel.

"Tak peduli seberapa keras upayamu menghentikanku, aku akan hancurkan setiap manusia dibumi dengan tanganku sendiri!!" Dan dengan itu Muzaka kembali melepaskan kekuatannya dalam jumlah besar.

Melihat Muzaka yang ada di hadapannya sekarang membuat Raizel teringat akan masa lalu dimana untuk pertama kalinya Muzaka kehilangan kesadarannya karena dikuasai kemarahan akibat kematian orang terkasihnya.

Raizel tiba tiba tercekat, rasa sakit akibat memaksakan diri kembali menyerangnya, ia sudah hampir menyentuh batasnya. Hal itu membuatnya lengah sehingga ia terkena beberapa serangan dari Muzaka.

"Ini adalah akhirnya Raizel!" Muzaka mengumpulkan kekuatannya di kepalan tangannya begitupun Raizel.

Kekuatan besar yang saling berbentur menciptakan ledakan yang dahsyat. Raizel tampak sangat buruk dengan darah yang semakin banyak mengalir keluar, sedangkan Muzaka tak lagi terdeteksi kekuatannya.

"Tuan, anda baik baik saja?" Frankenstein yang khawatir langsung menghampiri tuannya yang hampir sekarat.

'Bodoh, mana mungkin tuan baik baik saja setelah menggunakan kekuatan sebesar itu.' Batinnya miris sambil menatap sendu Raizel.

"Anak anak..."

"Oh, mereka ada disana."

Raizel menghampiri dua orang pemuda dan seorang gadis yang terkapar ditanah dalam keadaan tak sadarkan diri. Pakaian mereka compang camping menandakan mereka juga terlibat pertarungan sengit sebelumnya. Inilah tujuan Raizel ke pulau ini, untuk menyelamatkan mereka agar tidak jadi bahan eksperimen bangsawan yang berkhianat.

Raizel mengulurkan tangannya dan mengalirkan kekuatannya ke tubuh tiga anak itu. Pakaian mereka yang semula berantakan, kini kembali seperti sedia kala.

"Tuan, seharusnya anda tidak melakukannya."

"Pakaian anak anak berantakan." Jawaban sederhana dari tuannya itu semakin membuat Frakenstein sedih.

"Hhh... aku lelah." Ucap Raizel sembari menghela napas berat.

SHIING!

Disaat keheningan menguasai suasana, sebuah cahaya menyilaukan dari belakang membuat perhatian mereka teralihkan.

"Cahaya apa itu?" Tanya seorang pria berambut pirang yang baru saja datang, "biar aku periksa."

"Tunggu Lazark!" Cegah Frankenstein membuat pria tadi berhenti.

Mereka diam sembari mengamati cahaya itu yang perlahan meredup. Begitu cahaya hilang, mereka terkejut dengan apa yang diselubungi cahaya tadi. Seorang gadis berambut abu abu tergeletak diatas tanah dalam keadaan pingsan.

"Itu, bagaimana bisa ada seorang gadis disini?" Frankenstein tampak terkejut.

"Dia seorang manusia." Timpal Lazark.

Raizel menatap lama kearah gadis itu dengan pandangan datar, tetapi jauh dalam pikirannya ia bertanya tanya siapa sebenarnya gadis itu? Bagaimana bisa ia disini?

"Frankenstein..." Frankenstein terkesiap akan panggilan tuanya.

"Ya tuan."

"Bawa gadis itu dan rawat dia."

"B-baik tuan."

In Noblesse World [DISCONTINUED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang