1

675 23 0
                                    

Hujan di sore ini membuat ku tak akan bisa kembali ke kafe dengan segera. Derasnya hujan menghalangiku untuk meninggalkan kampus.

"Le, nggak pulang?" tanya seseorang yang berhasil mengalihkan pandanganku.

"Belum, hujannya deras banget." Jawabku.

Thetania Centari, yang lebih sering ku panggil Theta, perempuan yang sudah satu tahun setengah ini bersedia menjadi teman yang mau mendengarkan semua keluh kesahku.

"Udah selese rapatnya?" tanyaku.

"Udah, capeknya debat sama anggota yang lain." Jawab Theta sambil menghela nafas panjang.

Aku mengangguk pelan. Tak lama setelah itu sebuah mobil mendekati kami yang sedang berdiri tepat di depan mobil.

"Hey, kalian ngapain berdiri di situ? Mau bareng nggak?"

Rigel Praja Lesmana, atau lebih akrab kami panggil Rigel. Lelaki yang akhir-akhir ini sering sekali membantuku dan Theta.

"Kok diem, ayo! Hujannya bakal lama ini." Kata Rigel lagi.

Aku mengedikkan mata pada Theta lalu segera naik ke mobil Rigel. Mobil hitam ini segera meluncur setelahnya.

"Makasih ya, Rigel, tumpangannya." Kata Theta sesaat setelah Rigel menghentikan mobilnya di depan rumah Theta.

"Sama-sama, The." Jawab Rigel.

"Le, nanti malem jangan lupa ya." Kata Theta sebelum akhirnya ia benar keluar dari mobil ini.

Agak canggung rupanya hanya berdua di dalam mobil seperti ini dengan laki-laki yang sebelumnya jarang sekali berinteraksi dengan kami. Sebelumnya kami hanya sekedar menyapa di lorong kampus, tanpa pernah mengobrol demgan intens.

"Lo udah punya pacar?" tanya Rigel memecah keheningan ini.

"Baru putus."

"Kenapa?"

"Diselingkuhin..."

Ku tak lagi mendengar kalinat keluar dari laki-laki yang masih memegang setir mobil dan fokus menatap jalanan sore ini. Anggukan kepala adalah satu-satunya hal tang aku lihat saat ini.

"Nggak usah serius banget gitu kali, Le, mukanya. Santai aja." Kata Rigel.

Dia menyalakan radio yang tadinya sengaja tidak ia nyalakan saat ada Theta di sini. Tak ada alasan kain selain bosan. Aku memang membosankan.

"Kok lo tumben banget sih mau nganterin kita gini?"

Sepasang mata itu menatapku dengan senyum tipis yang sering ku lihat kala bertemu di kampus.

"Maksudnya gimana nih?" tanya Rigel dengan senyum yang masih bertengger di bibir merahnya itu.

"Kenapa? Lo suka sama Theta?"

Wajah Rigel langsung berubah sesaat setelah aku menyelesaikan kalimatku. Detik itulah aku bisa membenarkan pertanyaanku barusan.

"Bisa nggak sih lo nggak se-to the point itu, gue kan mau pelan-pelan ngasih taunya." Ungkap Rigel.

Aku tertawa keras mendengarnya. Sudah terbaca olehku dari sikapnya beberapa hari yang lalu. Aku dan Rigel cenderung jarang sekali berinteraksi sejak pertama kali kami masuk kuliah, begitu pun dengan Theta. Tapi akhir-akhir ini Rigel mendadak mendekatkan diri denganku juga Theta.

"Udah kebaca kali." Tawaku saat ini lebih seperti mengejeknya tang terligat kikuk di belakang kemudi itu.

"Kebaca gimana maksud lo?" tanya Rigel malu-malu.

Ternyata, kamu.. | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang