Perpustakaan menjadi tempat ternyaman untuk menunggu Theta yang sedang menyelesaikan kelasnya. Untuk satu mata kuliah itu kami tidak satu kelas, dikarenakan aku telat memilih kelas, menyebabkan aku tidak bisa mengambil kelas yang sama dengan Theta.
"Baca apaan sih serius banget?"
Theta dengan tas selempang hitam miliknya sudah menghempaskan tubuhnya di atas kursi yang kosong. Theta mengamati sekeliling yang tidak begitu ramai saat ini.
"Kok sepi ya."
"Dari dulu yang namanya perpus itu ya sepi, Theta."
"Ya masak sih gue nggak tau, ihh."
Ku biarkan Theta mengamati sekitar yang kosong. Aku memilih bangku di belakang agar bisa tenang membaca buku di sini. Berbeda dengan Theta yang suka dengan keramaian.
"Eh gue kan mau cerita ya sama lo." Ujar Theta menepuk dahinya.
"Hmm?"
Tak ada lagi jawaban setelah itu, ia sibuk dengan kuku yang ia ketuk-ketuk di atas meja. Mencari kalimat yang tepat untuk disampaikan padaku. Aku menatap Theta yang tampak cemas.
"Apaan, The? Nunggu nih gue." Theta hanya tersenyum kikuk menatapku yang sudah kesal menunggunya berkata, "kenapa sih?" ulangku.
"Masak akhir-akhir ini Rigel chat gue." Jawab Theta.
"Oh ya?"
Walau aku sudah mengetahui hal ini, aku akan menjaga perasaan Rigel untuk tidak mengatakan apa yang aku ketahui semuanya.
"Iya, udah sebulan ini sih sebenernya." Jelas Theta.
Tawa adalah satu-satunya jawaban yang bisa ku berikan untuk Theta dengan wajah tegangnya.
"Kenapa lo ketawa?" tanya Theta serius.
"Ya bagus kan kalo gitu, biar lo nggak kesepian lagi." Jawabku.
Theta memutar matanya dan menghela nafas malas. Seolah jawabku tadi bukanlah jawaban yang ia ingin dengar dariku.
"Lo tau kan gue baru aja putus, masak iya pdkt lagi. Sama Rigel juga." Ungkap Theta.
"Lah, emang Rigel bilang mau pdkt sama lo?" tanyaku yang berhasil membuat Theta semakin gugup.
"Ya bukan gitu juga maksud gue." Theta menopang kepalanya di atas meja, menatapku dengan penuh pengharapan yang tak ku mengerti apa itu.
"Kalo gue nih ya, mending lo mulai hidup baru, buka lembaran baru dengan orang yang baru. Cara paling ampuh buat move on. Lagian Rigel baik kok orangnya."
Theta hanya diam, menatapku seolah ingin meneriakiku. Aku tau sekali ia sedang bingung saat ini. Aku selalu mengatakan pada Theta untuk melanjutkan hidup. Syukur jika bertemu denga orang baru. Tapi sampai sekarang Theta rupanya belum begitu siap.
***
"Le, Theta dimana?" tanya Bima.
"Masih di jalan kayaknya, bentar lagi mungkin nyampe." Jawabku tanpa memandang ke arahnya.
Bima mengangguk paham, hanta saja matanya tak henti memandang keluar pintu kafe. Seolah tak sabar menunggu kedatangan Theta.
"Kok tumben ya lama." Kata Bima.
"Sabar kali, Bim. Ada apaan sih emangnya tumben amat?" tanyaku.
"Ada kopi baru yang katanya mau dia cobain, udah dateng soalnya." Jawab Bima.
Ku biarkan Bima dengan ketidaksabarannya menunggu kedatangan Theta. Dia terus menatap pintu, tak menghiraukan aku yang berdiri di sampingnya. Sepuluh menit setelahnya Bima menyerah dan masuk ke dalam kantor, saat Theta justru datang dengan botol minuman di tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ternyata, kamu.. | ✓
Random"Lo pernah bilang ke gue untuk nggak ninggalin lo, terus lo pikir gue bakal ngijinin lo ninggalin gue gitu aja?" Aku terdiam. Bagaimana mungkin aku bisa lupa akan sesuatu yang selalu aku takutkan setiap harinya. "Gue pernah bilang, kalo lo adalah ba...