Kafe menjadi tujuan paling tepat saat Theta tidak bisa ditemui di rumah. Aku bergegas menuju kafe, ku bilang pada supir ojek online untuk bisa sampai di kafe dengan cepat walau jalanan sedang macet siang ini. Sesaat setelah membayar, aku langsung berlari ke dalam kafe, berusaha menemukan Theta yang sedang mengobrol dengan Sarah di meja kasir.
"Theta.."
Theta juga Sarah yang sedang mengobrol itu menatapku heran. Wajar jika mereka terheran dengan kedatanganku. Kemarin aku bilang akan libur dua hari, tapi sekarang sudah ada di depan mereka. Theta berjalan mendekatiku dengan langkah ragu.
"Lo kok udah balik?" tanya Theta pelan.
"Panjang ceritanya, gimana lo udah dapet kabar dari Rigel?" jawabku.
Terlihat sekali perubahan wajah dari Theta. Tatapannya lebih seriua ketimbang beberapa detik yang lalu sebelum aku menyelesaikan kalimatku.
"Sebelum itu lo harus jelasin ke gue, kenapa sampe lo tega nolak dia. Gur tau lo sayang sama Rigel, Lea.."
Aku terdiam mendengarnya, seharusnya aku bisa tau dan sadar jika tak akan mungkin bisa menyembunyikan hal ini dari Theta. Cepat atau lambat Theta akan tau, dengan atau tidak aku beritahu.
"Tunggu, kalo lo tau tentang ini, berarti lo udah dapet kabar dari Rigel. Lo tau dimana Rigel?" tanyaku cepat.
"Bukan gue yang dihubungin sama Rigel, tapi Bima. Tadi pagi Bima berangkat nyamperin Rigel." Jawab Theta sembari meletakkan cangkir.
"Anterin gue ke sana, The. Gue yakin lo pasti tau dimana mereka." Pintaku.
Ada raut keberatan di wajah Theta mendengar ini, tapi sekaligus ada pandangan kasihan. Aku tau Theta pasti sedang berusaha ada di kondisi netral walau sebenarnya dia kesal padaku.
"Tolong anterin gue ketemu Rigel, Theta.." pintaku lebih pelan.
"Berangkat aja, Theta, kafe biar Mas Adi yang urus. Lagian bentar lagi Sarah juga dateng kok." Kata Mas Adi yabg tiba-tiba bergabung dalm pembicaraan ini.
Theta menghembusman nafas lalu berjalan menuju loker karyawan untuk mengambil tas. Tanpa ada kalimat berarti, Theta menyuruhku naik ke mobilnya dan membawaku sesuatu tempat yang lumayan jauh dari kafe.
Theta bercerita jika sesaat setelah mereka sampai di kafe, Bima mendapatkan telepon dari Rigel dan memintanya untuk menemui di suatu tempat yang kini sedang berusaha kita datangi. Suara Rigel begitu putus asa, kata Bima. Deskripsi itu membuatku semakin khawatir dengan kondisi yang nanti akan aku lihat. Aku tak sanggup melihat hasil karyaku.
Mobil Theta berhenti disebuah tempat makan yang cukup besar. Aku sempat dengar tempat ini ada, tapi belum pernah kemari karena lokasi yang terlalu jauh. Theta bilang terakhir Bima mengatakan jika dia dan Rigel sedang ada di salah satu stan di sini. Bukan hal yang mudah untuk mencari seseorang di tempat sebesar ini hanya berdua, ditambah lagi cukup ramai orang.
"Astaga Falco!!!"
Tiba-tiba Theta memekik dan berlari ke suatu arah. Ku ikuti arah langkah kakinya sampai mataku menangkan segerombolan orang berdiri di depan Bima yang memegangi Rigel di bawahnya. Ku percepat langkahku menyusul Theta yang sudah hampir sampai.
"Rigel..."
Rigel menatapku tak percaya, dia sempat terpaku tanpa berbicara sembari menatapku dalam. Sudut bibirnya mengeluarkan darah segar, juga pelipis yang bengkak.
"Aku sama sekali nggak nyangka kamu sekasar ini sekarang.." kata Theta penuh amarah.
Falco menatap Theta sama kagetnya dengan Rigel saat melihatku. Beberapa orang dibelakang Falco ya g juga sempat aku lihat waktu pesta waktu itu, ikut menatap Theta sembari berbisik-bisik. Seolah sedanv mengidentifikasi siapa Theta sampai berani berkaga sekeras itu pada Falco.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ternyata, kamu.. | ✓
Random"Lo pernah bilang ke gue untuk nggak ninggalin lo, terus lo pikir gue bakal ngijinin lo ninggalin gue gitu aja?" Aku terdiam. Bagaimana mungkin aku bisa lupa akan sesuatu yang selalu aku takutkan setiap harinya. "Gue pernah bilang, kalo lo adalah ba...