4

137 12 0
                                    

Aku hampir melompat saat mendengar suara ponsel yang berdering nyaring. Jam delapan pagi bukanlah waktu alarm ponsel berbunyi. Ku raih ponsel yang ku letakkan di meja setelah shalat subuh tadi.

Rigel. Sialan!

"Hmmm?" Harusnya ia tau kalau sudah menggangguku istirahat saat ini.

"Masih tidur lo jam segini?" Ucapnya seperti tak merasa bersalah sedikitpun. Membuatku semakin kesal mendengarnya.

"Kenapa sih? Lo tuh ganggue gue tau ngfak." Jawabku.

"Lo cepetan bangun sekarang, terus siap-siap, gue nyampe rumah lo sepuluh menit lagi?"

Barusaja aku ingin mencaci makinya yang seenaknya saja menyuruhku seperti itu. Aku baru saja baru bangun tidur, lebih tepatnya dipaksa untuk bangun, dan ia langsung mengmyuruhku untuk segera bersiap. Apa-apaan itu.

"Jangan lupa bawa baju yang mau lo pake ke kampus, berangkat bareng gue ntar." Kata Rigel lagi.

Rigel langsung memutus sambungan teleponnya setelah dirasa puas dengan kalimatnya. Ku kirik jam dinding yang masih menunjukkan pukul delapan lebih lima menit itu kesal. Seharusnya aku masih tidur dan tidak harus sibuk meladeni Rigel.

"Pagi, Alea.." kaca mobil hitam itu terbuka dan memperlihatkan wajah Rigel yang teraenyum sempurna.

"Ngapain sih bangunin gue jam segini?" sambutan tak menyenangkan yang ku berikan untuknya pagi ini. Tapi gilanya Rigel malah terkikik melihatku.

"Masuk dulu, dong." Kata Rigel membukakan pintu mobil untukku.

Dengan langkah gontai, aku melangkah masuk ke dalam mobil Rigel. Musik dari radio yang sudah entah berapa lama menyala itu menyambut kedatanganku. Wangi pengharus pun sampai di hidungku. Mirip dengan parfum yang sehari-hari Rigel pakai.

"Lo sadar nggak sih kalo lo itu ganggu banget, gue nasih ngantuk banget ini." Omelku.

Rigel terbahak mendengarkan omelanku yang seakan adalah lelucon baginya. "Rigel..."

"Apaan sih ngomel muku pagi-pagi juga lo.." jawab Rigel.

"Apa hal penting yang buat lo sampe bangunin gue sepagi ini terus main nyulik aja?" tanyaku lagi.

Rigel mengecilkan volume musik radionya, lalu mengambil ponsel yang ia simpan di kantong pintu mobil. Membuka chat dengan Theta lalu memberikannya padaku.

"Apa nih?"

"Baca aja."

Pesan itu berisi tentang Rigel yang berjanji akan membuatkan makanan spesial khusus untuk Theta. Membuatku semakin bingung dengan laki-laki yang sedang mengemudikan mobilnya di sampingku ini.

"Terus maksudnya gimana ini?" tanyaku yang masih belum paham dengan maksud Rigel.

"Jadi, hari ini lo harus ajarin gue bikin perkedel dan sop ayam yang bakal gue kasih ke Theta nanti siang." Jelas Rigel.

"Oh my God, Rigell... lo sumpah nyusahin gue banget aslii..." teriakanku tidak dihiraukan oleh Rigel yang kini sibuk tertawa keras itu.

Mobil Rigel berhenti di salah satu supermarket lengkap di kota ini. Rigel bilang jika mamanya sering belanja di sini, jadi ia memutuskan untuk belanja di sini pula.

"Jadi sekrang kita mulai dari mana nihj?" tanya Rigel setelah mengambil troli belanja.

"Lo tuh ya, mau belanja buat masak perkedel sama sop aja ke sini. Ke pasar juga sama aja kali, lebih murah malah." Kataku.

Ternyata, kamu.. | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang