33

119 9 1
                                    

Balutan kebaya berwarna abu-abu muda membuqt Kak Gela tampak begitu cantik dan anggun berada di kursi yang sudah disiapkan untuknya. Rigel memaksaku untuk duduk di sebelahnya saat acara perkenalan keluarga. Sejak aku datang Rigel tampak gelisah, selamaman dia terus mengatakan jika ada rasa gugup yang besar walaupun bahagia pun terasa meluap ketika melihat senyum Kak Gela.

"Senyum, Rigel..."

Ku raih tangannya yang saling terikat satu sama lain, keringat dingin rupanya. Aku tak pernah melihat Rigel segelisah ini sebelumnya, mendadak semua tak seimbang di matanya. Jemarinya begitu kuat menggenggam tanganku, ku biarkan saja dirinya melakukan apapun untuk mengurangi rasa gelisahnya.

'Maukah kamu menemani aku dalam suka atau pun duka selamanya sebagai istriku, Rigela Cahya Jelita...'

'Aku mau..'

Sepenggal pertanyaan dan jawaban yang berhasil membuat seluruh ruangan tersenyum bahagia. Sebuah cincin dan kalung yang disematkan oleh orang tua Kak Lori menjadi lambang resminya hubungan mereka ke jenjang yang lebih serius.

Mata mereka memancarkan cahaya kebahagiaan yang tak bisa dijelaskan oleh siapappun di ruangan ini. Kami semua serasa tertular akan kebahagiaan mereka. Senyum Kak Gela benar-benar tak padam, riasan wajahnya yang menambah kecantikan dirinya membuatku terkagum.

"Kak Gela selamat ya.." kataku setelah acara inti selesai dan kami semua bisa menikmati sajia yang sudah dihidangkan.

"Makasih ya, Alea, udah mau dateng nemenin Rigel." Kata Kak Gela.

"Iyaa kak, aku seneng kok bisa jadi saksi sebagian perjalanan cinta kalian." Ujarku.

Aku pun tak tau darimana asal kalimat yang baru saja keluar dari mulutku ini. Ekspresi wajah mereka mengungkapkan makna tersendiri setelah mendengarnya.

"Rigel mana, dek, kok nggak kelihatan?" tanya Kak Lori.

"Katanya mau ambil minum di sana." Jawabku sambil menunjuk ke suatu arah dimana Rigel berjalan tadi.

Tak lama setelah itu Rigel datang dengam membawa dua gelas air berwarna ungu yang tadi ia bilang sebagai jus anggur.

"Le, lo mau makan nggak? Di sana ada lasagna kesukaan lo." Kata Rigel setelah memberikan salah satu gelas yang ia pegang kepadaku.

"Iya, makan dulu sana, banyak makanan kesukaan kamu yang sengaja direquest sama Rigel loh." Ucap Kak Lori.

Rigel melebarkan matanya kepada Kak Lori yang sudah terkikik bersama Kak Gela. Aku malu sendiro mendengar apa yang ia katakan, sempat aku lihat pula beberapa makanan favoritku dihidangkan di meja saji saat datang tadi.

"Tapi ketemu oma di ruang tengah dulu yuk.."

Suara Tante Bintang membuat kami berempat serempak menoleh kepadanya. Tante Bintang terlihat begitu cantik dengan kebaya yang senada dengan kebaya yang dipakai oleh Kak Gela juga kemeja Rigel.

"Ya udah nggak papa lo ke sana dulu aja, Gel, gue tunggu di sini." Kataku pada Rigel.

"Loh Alea juga ikut, tante kenalin ke oma dan budhenya Rigel." Sahut Tante Binta.

Tante Bintang langsung menggandeng lalu menuntunku untuk berjalan bersamanya menuju ruang tengah yang tadi beliau katakan. Keluarga Rigel sangat banyak hingga hampir memenuhi rumahnya yang lumayan besar ini.

"Saudaranya Om Puan kebanyakan tinggal di Jawa, jadi maklumi ya kalo bahasanya agak beda nanti." Kata Tante Binta saat kami sudah memasuki ruang tengah rumah ini.

Aku mengangguk sembari tersenyum kepadanya. Samar-samar aku dengar suara-suara berbahsa jawa sepanjang jalan kemari.

"Rigel cucu oma ganteng sekali..." sambut seorang wanita paruh baya dengan dandanan modis kepada Rigel yang audah mencium tangannya ramah.

Ternyata, kamu.. | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang