Poster pemain bola dan beberapa band favorit Piter menjadi hal pertama yang ku lihat saat membuka mata. Rupanya semalaman aku ketiduran di kamar ini, setelah lelah menangis. Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh siang, Piter sudah pasti berangkat ke sekolah. Anak itu tak akan tega membangunkan aku hanya untuk berpamitan.
Mama sedang membersihkan dapur saat aku turun. Ku minum satu-satunya gelas yang terisi air di sana, membuat mama tercuri perhatiannya.
"Siang banget bangunnya, emang nggak ke kampus?" Aku mengambil roti lalu mengoleskan selai di sana. Mama menuangkan susu coklat seperti yang biasa ku minum setiap paginya.
"Hari ini aku di rumah aja, nggak ke kampus. Ke kafe juga enggak." Jawabku setelah memasukkan roti berselai coklat kacang itu ke dalam mulut.
"Tumben nggak ke kafe?"
"Libur sehari."
Mama tak tau saja apa yang bisa ku hadapi jika ke kafe nanti. Kejadian semalam cukup membuatku ingin libur sejenak, walau sebenarnya Mas Adi tidak akan keberatan jika aku memilih untuk istirahat di rumah. Dia pasti akan mengerti kondisinya.
Suara ponsel mama terdengar begitu nyaring. Mama mengangkat sebelah alisnya setelah melihat layar ponselnya.
"Halo.."
"Alea ada kok, kenapa The?"
Setelah mama menutup sambungan, pandangannya beralih padaku. "Kata Theta kalian ada janji hari ini?"
Mataku otomatis melebar, baru ingat jika hari ini ada janji kerja kelompok bersama dengan Theta dan Langit. Bagaimana bisa aku lupa. Dengan cepat aku mengganti pakaian dan segera berangkat ke kampus. Untung saja jalanan tidak macet, jadi aku bisa lebih cepat sampai. Walau aku tau jika sudah sangat telat. Theta pasti kesal padaku.
"Dari mana aja lo?" Langit menyambut kedatanganku di kantin. Laptop yang menyala membuatku tau jika mereka sudah cukup lama di sini.
"Sorry banget gue kesiangan." Theta tersenyum, seolah paham dengan keadaanku saat ini. Dia menggeser laptopnya dan memberitahu pekerjaan yang sudah ia selesaikan selama aku tak ada.
"Udah gue seleseiin, tapi coba lo liat lagi. Kayaknya masih kurang lengkap. Sama edit dikit." Jelas Theta yang hanya bisa ku balas dengan anggukan.
"Lo jadi pergi?"
"Iya, lo nggak papa kan ngerjain sendiri sama Langit? Bima udah mau sampe soalnya."
Ku acungkan jempol, membuatnya yakin jika aku bisa menyelesaikan sisa pekerjaan yang tadi disebutkan olehnya.
"Oh iya, sama nanti lo nggak usah ke kafe, istirahat aja oke."
Theta membereskan barangnya dan segera pergi dari kantin. Semalam Theta dan Bima memiliki rencana untuk menjenguk temannya, tapi karena sudah terlalu malam rencana itu diundur jadi hari ini.
Laki-laki yang terus menatap ponsel di depan laptop ini menarik perhatianku. "Lo sibuk banget sih, Lang?"
"Iya nih, lagi ngontrol anak-anak survey tempat buat ospek." Kesibukkannya bisa ku lihat saat ia tak menatapku ketika menjawab pertanyaanku.
"Lo ketua ospek tahun ini baru tau gue.."
Langit menatapku tak percaya, aku yang sibuk memikirkan kafe membuat pengetahuan tentang kampus menjadi berkurang. Semua berita menarik di kampus biasa ku dapat dari Theta.
"Udah selesai apa belum sih, Le?" Kata laki-laki itu sembari memasukkan ponselnya ke dalam saku.
"Udah kok, tinggal kirim ke e-mail Theta."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ternyata, kamu.. | ✓
Random"Lo pernah bilang ke gue untuk nggak ninggalin lo, terus lo pikir gue bakal ngijinin lo ninggalin gue gitu aja?" Aku terdiam. Bagaimana mungkin aku bisa lupa akan sesuatu yang selalu aku takutkan setiap harinya. "Gue pernah bilang, kalo lo adalah ba...