16

120 4 5
                                    

Setelah berhari-hari Zeta memendam prasangka dan fikirannya sendiri ia akhirnya memberanikan diri menanyakan hal yang mengganggu pikirannya kepada Wega, kali ini bukan Bagas yang ia tanyai, melainkan Wega yang belakangan ini sering memarahinya, alasannya karena Bagas pasti menutupi sesuatu darinya.

"Jadi kenapa?" Tanya Wega, saat ini mereka ada di kantin teknik, jauh dari fakultasnya. Wega memang seperti ini, ia sangat cuek bahkan Zeta ragu untuk menanyakan hal ini kepada Wega.

"Maaf ya ganggu waktunya, gue penasaran Meghan punya sodara yang namanya Aruna gak?" Tanya Zeta to the point.

Wega menggaruk pelipisnya, ia seperti kebingungan untuk menjelaskannya kepada Zeta. "Duh kurang tau sih, soalnya Meghan gak pernah bawa sodaranya" Wega meminum jus mangganya, sebenarnya ia sendiri terkejut saat Zeta bertanya.

"Oh gitu, gue gak sengaja liat pop up chatnya Meghan, terus karena gue kepo gue scroll, tadinya gue gak mau tau cuma ya gitu" jujur Zeta, ia sendiri menyesali bertanya kepada Wega, Wega teman dekat Meghan juga mungkin saja ia menutup-nutupi.

"Terus lo mau tanyain ke Meghan?" Tanya Wega.

Zeta menggelengkan kepalanya "engga, gue takut Meghan nyangka gue gak percayaan"

"Ooh, udahlah gausah dipikirin, mungkin dia kenalan Meghan" bual Wega, sebenarnya ia tidak enak berbohong kepada Zeta, tapi ini untuk kebaikan mereka juga.

"Hmm, lo bener Ka"

○○○

Zeta masih kebingungan dengan jawaban Wega, jujur ia belum puas dengan jawaban Wega, tapi ia harus menyerah atas jawaban yang ia dapat. 2 minggu berlalu ia masih memikirkannya, bahkan ia jadi waswas apabila Meghan telat menghubunginya.

Zeta memandang kosong, membuat Meghan yang daritadi fokus dengan film yang ia tonton menghadap Zeta "kenapa sih?"

"Hah?" Zeta terkejut, daritadi keduanya memutuskan marathon film, mereka mendownload beberapa film untuk ditonton, namun yang fokus hanya Meghan, Zeta lebih banyak melamun.

"Kenapa? Gak enak badan?" Meghan memegang kening Zeta dengan punggung tangannya, memastikan Zeta baik-baik saja.

"Hehehe, gak ngerti filmnya" bual Zeta, ia sama sekali tidak menyimak jalannya cerita, hanya fokus dengan pikirannya sendiri.

"Laper gak? Aku masakin yaa?"

"Boleh hehehe" Zeta tersenyum lebar.
Meghan segera beranjak ke dapur, biasanya jika hari minggu seperti ini mereka akan keluar mencari makan, tapi kali ini Meghan malah menawarkan diri untuk memasak.

Zeta masih duduk di ruang tamu, matanya tertuju pada ponsel Meghan, ponselnya bergetar dan Zeta membulatkan mata saat melihat nama yang ada di layar ponsel Meghan. Zeta ragu apa ia harus memberi tau Meghan, di sisi lain ia penasaran akan respon Meghan sehingga ia memberanikan diri untuk memberi tau Meghan.

"Ghan.."

"Hmm?" Meghan menggumam dari dapur

"Ada telfon dari Aruna" suara Zeta sedikit tercekat, ekspresi Meghan berubah, ia nampak terkejut, lalu kemudian Meghan berekspresi santai seolah tidak ada masalah "angkat coba Rei" suruh Meghan.

"Hh..halo" Zeta nampak takut menerima panggilan itu, ia berdoa dalam hati semoga wanita ini hanya kenalan Meghan.

"Hhahh, aku-, gatau harus gimana" itu kalimat yang pertama didengar Zeta.

"Mm kenapa?" Zeta bingung dengan wanita ini, Zeta melirik Meghan, dan Meghan menghampiri Zeta. "Kenapa?" Meghan mulai bertanya.
Zeta mengedikan bahu, ia sendiri bingung wanita ini kenapa dan akhirnya Zeta menyerahkan ponselnya kepada Aruna.

It's Me [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang