Satu Minggu sudah setelah kejadian di rumah Davine selama itu pula Kaira mencoba berdiam dan menghilang dari kehidupan pemuda itu. Menghindar? Bukan ia hanya mencoba menenangkan dirinya, memberikan semangat dan menyakinkan kembali hatinya untuk bertahan. Bertahan mempertahankan luka kembali. Tak banyak yang tau tentang kejadian seminggu yang lalu. Ia pun tak banyak bicara. Bahkan Marvel sepupunya pun tak mengetahui sedikitpun masalahnya seminggu lalu. Mungkin jika saja Marvel tau. Pemuda itu pasti sudah habis babak belur karena sepupunya itu. Ini masalahnya. Ini kesalahannya. Pilihan yang membuatnya harus bertahan dalam sebuah luka bertahun tahun. Entah kapan luka itu akan sembuh dan memberikan warna baru. Ia tetaplah perempuan yang memiliki hati yang rapuh jika perihal cinta. Perihal cinta yang tak terbalaskan ia tetaplah sebagai perempuan yang akan tetap berpegang dengan keyakinan akan perubahan sikap dan perasaan dari orang yang mereka sayangi. Percaya bahwa semuanya akan indah pada waktunya walaupun ia harus berjuang menutupi segala luka di depan semua orang.
Siang ini ia akan ada acara rapat pertemuan dengan pihak OSIS dari SMA tempat pemuda itu bersekolah. Perihal program kerja sama OSIS yang akan sekolahnya laksanakan. Ia hanya berharap dirinya tak akan bertemu pemuda itu walaupun itu secara tidak sengaja. Ia ingin fokus dengan rapat pertemuan itu tanpa mencampurkan urusan pribadi di dalamnya. Ia hanya ingin profesional.
"Ayo Kai, Lo udah siap kan?" Tanya Kevin sang ketua OSIS. Kaira mengangguk pelan seraya tersenyum.
"Lo ngga ada yang ketinggalan kan?" Tanya Kevin lagi sambil menatap Kaira intens. Kaira mengerut dahi kemudian melihat apa saja bawaan yang ia bawa. Ia rasa sudah tidak ada. Tumben sekali Kevin bertanya seperti itu.
"Ngga ada, kenapa Vin, tumben amat Lo nanyain?" Ujar Kaira terkekeh.
"Barangkali hati Lo ketinggalan Kai." Gurau Kevin sambil terkekeh. Kaira mendengus.
"Bisa aja lo,udah ah ayo." Ajak Kaira. Kevin mengangguk kemudian berjalan seiringan dengan Kaira.
***
Sampai di SMA Pelita Kaira dan Kevin segera masuk ke ruang resepsionis menanyakan dimana ruang OSIS berada. Kemudian mereka langsung berjalan menuju ruang OSIS karena pasti mereka sudah ditunggu. Kaira bersyukur saat mereka sampai di sekolah itu bukanlah saat jam istirahat berlangsung sehingga tak banyak siswa yang melihat mereka. Harapannya kini hanya satu saat pulang nanti suasana sekolah ini tetap sama tak seramai tadi. Karena itu adalah kemungkinan terbesar untuk dirinya tak melihat pemuda itu.
Sampai di ruang OSIS mereka langsung disambut oleh pemuda bernametag Adit yang sepertinya ketua OSIS di SMA Pelita. Sejujurnya Kaira tak begitu mengetahui ketua OSIS dari sekolah ini. Karena memang ia tak pernah datang ke rapat pertemuan dengan OSIS luar. Biasanya hanya Kevin si ketua OSIS yang begitu banyak diidolakan. Ia hanya sebagai sekretaris di OSIS jadi menurutnya jabatan itu tak seharusnya ikut berkeliaran ke luar sekolah. Baru kali ini ada undangan kerja sama yang mengharuskan ketos dan sekretaris nya ikut andil."Assalamualaikum," salam Kaira dan Kevin
"Waalaikumsalam, Kevin yah? Ketua OSIS dari SMA Tunas Bangsa? Selamat datang." Sambut Adit menyalami Kevin. Kaira tersenyum di belakang Kevin ketika beberapa pengurus lain memberinya senyum ramah.
"Ah iya saya Kevin, dan ini Kaira dia sekretaris saya di sekolah kami." Ujar Kevin memperkenalkan.
"Kaira"
"Adit"
"Dan saya rasa kita bisa lebih saling mengenal setelah rapat ini selesai. Tidak dengan seformal ini." Tambah Adit. Kevin mengangguk setuju.
"Saya rasa itu lebih baik. Bukan begitu Kaira?" Tanya Kevin pada Kaira. Perempuan itu hanya mengangguk tersenyum ramah.
"Jadi dimana Davine? Apakah dia sibuk sekali sampai belum hadir dalam rapat kerja sama kita?" Tanya Kevin pada Adit. Kaira seketika terkejut. Davine? Apakah Davine yang sama? Atau memang ada Davine yang lain? Tapi ia tak percaya jika memang Davine putra dari keluarga Adamya yang menjabat sebagai ketua OSIS di sekolah ini. Benarkah pemuda itu seaktif itu di sekolahnya? Ia bahkan tak pernah mengetahui itu. Bukan bukannya ia tak pernah mencari tahu hanya saja yang ia tahu dari informasi yang ia dapatkan pemuda itu hanya aktif di ekstrakurikuler basket selebihnya tertarik pun tidak. Dan yang benar saja jika memang Davine yang sama. Aih ada yang mengganjal di hati Kaira. Ia tak pernah tau sahabat dekat dari pemuda itu. Lebih tepatnya ia tak pernah melihat jelas sahabat dekat pemuda itu. Ia baru saja mengingatnya. Pemuda itu memiliki satu sahabat dekat. Namanya Adit seingatnya. Oh ya Tuhan. Adit? Bukankah pemuda yang menyambutnya bernama Adit? Bagaimana ini? Seketika hati Kaira risau. Ia cemas memikirkan harus bagaimana ia jika Davine yang dimaksud Kevin adalah Davine Leroy Adamya. Ia bahkan tak pernah berpikir sejauh ini. Kini ia menunduk dalam setelah ujaran Kevin disahuti oleh Adit.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Pernah Ternilai
Teen Fiction"Gue lelah Dav, gue lelah memperjuangkan seseorang yang sama sekali tak melihat gue. Gue pamit Dav, gue pamit dari hidup dan hati lo." Ujar Kaira lirih matanya tak berhenti mengalirkan air mata dengan begitu derasnya. Tatapan sendunya tak lepas mena...