Setelah pertemuan Davine dengan Rama kala itu Davine semakin dekat dengan Kaira. Peluangnya untuk kembali dengan Kaira terbuka lebar. Ia semakin mengenal Kaira. Mereka juga sekarang sudah layaknya sepasang kekasih walaupun status mereka belum jelas.
Kaira gadis itu sudah mulai menerima kembali Davine di hatinya. Setelah bertahun-tahun ia akhirnya bisa mencairkan hati pemuda dingin yang begitu membencinya. Hubungan baik mereka sudah terjalin hingga mereka masuk di semester genap kelas XII. Kegiatan mereka saat ini hanya disibukan oleh berbagai macam ujian. Tak ada hari lagi untuk mereka bersantai santai. Karena itulah mereka memutuskan untuk fokus terlebih dahulu mengerjakan ujian ujian di sekolah. Dan hari ini adalah hari ujian terakhir mereka yang artinya hari ini mereka bisa kembali bertemu.
"Huaa akhirnya semuanya selesai. Gila sih gue terlalu pusing sama ujian ujian." Seru Zaskia duduk gadis yang kini duduk di depan Kaira sambil menyeruput minumannya.
"Lo mah apa sih yang ga pusing Zas, heran gue. Eh tapi sambil nunggu pengumuman bolehlah kita main kemana gitu sekalian refreshing." Ajak Kaira. Zaskia mengangguk semangat. Kaira kemudian tersenyum.
"Lo gimana Da? Mau ikut juga? Ikut lah ayo. Jangan sok ngga dibolehin Kevin. Ribet amat idupnya kalo ngga dibolehin." Ujar Zaskia. Aida mengangguk setuju ia masih sibuk memainkan ponselnya.
"Gue mah ikut aja emang sebenernya siapa yang suka sering mangkir kalo kita mau pergi?" Ucap Aida. Kaira yang merasa tersindir kemudian nyengir tak berdosa. Ia memang sering tidak bisa ikut padahal sudah direncanakan jauh jauh hari ada saja acaranya.
"Kali ini gue pasti ikut kok tenang aja. Lagian gue kan sama Zaskia ngurus kuliah bareng jadi bisa lah. Ayo dong Lo Da, bareng kita masa kita mau pisah gitu sih?" Kata Kaira. Baru saja Aida hendak menjawab namun terpotong begitu saja karena seruan seseorang.
"Kaira!" Panggil pemuda yang tak lain adalah Davine. Kaira melambaikan tangannya mengajak Davine untuk bergabung ke tempat mereka duduk.
"Kalo begini bakal lain ceritanya." Rutuk Aida. Kaira meringis bersalah.
"Balik nih? Jangan cepet cepet lah. Usir aja itu si Davine." Tambah Zaskia.
"Eh kenapa? Gue ganggu yah?" Tanya Davine ketika sampai. Kemudian ia tersenyum ke arah Kaira.
"Aku basket bentar yah. Kevin ngajakin basket. Takutnya kamu nunggu kelamaan nggapapa kan?" Kata Davine. Kaira mengangguk pelan.
"Nggapapa kok. Eh Da, Lo kok ngga ada bilang sih Kevin basket ngajakin Davine?" Tanya Kaira. Aida mengangkat bahu.
"Kevin kayanya lupa bilang ke gue. Btw thanks ya Dav, jadi gue ngga akan kesel nungguin dia." Sahut Aida. Davine mengangguk. Kemudian dia pamit kembali ke lapangan basket dan ya sebelum pergi ia sempat mengacak acak rambut Kaira.
"Davine siapa Lo sih Kai?" Tanya Zaskia membuat Kaira diam. Zaskia sebenernya tahu hubungan Kaira dan Davine sejauh ini belum ada kejelasan. Karena itulah ia beberapakali juga mengingatkan Kaira. Ia hanya takut sahabatnya itu malah jatuh lagi terlalu jauh.
"Zas," ingat Aida. Kaira hanya mengelus bahu Aida sambil menggeleng pelan. Tanda ia tidak apa apa.
"Gue cuma khawatir ketika nanti masa lalunya Davine datang lagi dan Lo balik lagi ditinggalkan dia. Lo paham kan Kai?" Sahut Zaskia.
"Iya gue paham. Davine dia udah pernah meminta kepastian kok ke gue. Kalian tenang aja. Cuma untuk saat ini gue belum bisa Zas, gue masih sedikit takut." Cicit Kaira.
"Apa yang Lo takuti itu sama kaya apa yang gue khawatirkan. Kalo memang Lo ngga bisa. Jangan beri Davine harapan dan jangan buat hati Lo semakin jatuh sejatuh jatuhnya sama dia. Ini semua juga demi kebaikan Lo kok." Ucap Zaskia. Zaskia gadis itu memang begitu mengkhawatirkan Kaira.
"Udah dong ngga enak banget sih pembahasan kita. Udah yah, Davine sama Kaira biarin jadi urusan mereka. Mending kita bahas lagi liburan kita sebelum ribet sama daftar universitas." Lerai Aida. Kaira menghela nafas pelan. Berusaha biasa saja. Sejujurnya hatinya sudah siap menerima kembali Davine. Ia hanya tinggal menunggu Davine bicara lagi mengenai hubungan mereka. Sejauh ini ia selalu bilang Davine pernah meminta kepastian padanya untuk mengurangi kekhawatiran sahabatnya. Walaupun pada kenyataannya terakhir kali itu saat awal mereka dekat saja.
***
Saat ini Kaira sedang dalam perjalanan ke rumahnya bersama Davine. Jalanan sore ini begitu macet. Dalam mobil tak ada pembicaraan setelah Davine bercerita tentang basket yang tadi ia mainkan. Kaira ia sibuk memikirkan akan bagaimana hubungan dirinya dengan Davine sedangkan Davine sibuk dengan pikirannya sendiri. Kaira menoleh ke arah Davine ia mencoba memberanikan diri membuka pembicaraan.
"Ehm, Vin, kayanya kuliah kita ngga bisa bareng deh." Ujar Kaira. Davine menoleh sambil berkerut dahi.
"Lho kenapa? Emang kamu mau kuliah dimana?" Tanya Davine. Ia sebenarnya tak masalah jika itu masih dalam satu wilayah.
"Aku rencananya mau masuk UI,Vin." Jawab Kaira. Davine tersenyum.
"Ra, UI sama Bandung deket kok, aku nggapapa. Tapi kalo kamu suruh aku untuk masuk UI juga kayanya aku ngga bisa. Kamu tau kan aku mau ITB dari dulu?" Kata Davine lembut. Kaira mengangguk pelan.
"Aku cuma takut kalau kamu balik lagi sama Alexa, Vin. Aku dengar Alexa juga masuk ITB." Cicit Kaira. Ia kemudian menunduk memejamkan matanya takut. Davine menghela nafas pelan. Ia meraih tangan Kaira.
"Ra, dengar aku. Alexa hanya masa lalu aku. Dan selamanya akan jadi masa lalu aku. Kamu ngga perlu takut. Kamu hanya perlu percaya sama aku. Hati aku sudah sepenuhnya milik kamu." Jelas Davine. Ia mengangkat wajah Kaira untuk menatapnya.
"Please trust me? Aku ngga mau lagi kehilangan orang yang begitu tulus sayang sama aku." Tambah Davine.
"Vin, kalau memang nantinya hati kamu ingin kembali lagi sama Alexa bilang yah. Aku ngga mau jatuh untuk kedua kalinya. Aku bukan siapa siapa kamu. Aku ngga mau menjanjikan apapun untuk kamu. Tapi selama hati aku masih kamu tempatkan di tempat yang sama. Aku akan selalu percaya sama kamu. Tapi kalau hati aku sudah mulai tergeser dari hati kamu lagi tolong kamu bilang ya Vin." Ucap Kaira. Hatinya kembali meragu. Setelah percakapan antara Marvel dan Zaskia tidak sengaja yang ia dengar.
"Ra, apa kamu belum bisa menerima hati aku lagi?" Tanya Davine pelan. Ia tidak memaksa Kaira untuk menerimanya. Sikap Kaira masih terbuka padanya saja itu sudah lebih dari cukup menurutnya mengingat kelakuannya yang tak cukup baik pada Kaira dulu.
"Bukan, bukan aku belum menerima kamu lagi. Hanya saja aku sedikit meragu mendengar seseorang di masa lalu kamu akan satu lingkungan lagi dengan kamu. Aku jelas sudah menutup luka lamaku menerima kamu kembali. Yaa tapi begitulah." Sahut Kaira. Davine menghela nafas panjang. Ia tahu sulit memang membuat Kaira kembali percaya sepenuhnya kepadanya.
"Please trust me, Ra." Pinta Davine memohon. Kaira tersenyum mengangguk pelan. Ia mengusap punggung tangan Davine yang menggenggam tangan nya. Davine tersenyum lega. Matanya kembali fokus ke jalanan yang masih macet itu.
.
.
.
.
Hallo semua, i'm back. Ada yang kangen cerita ini? Waduh waduh ada ngga yah? Berasa ngartis ini penulisnya. Ditunggu ya guys gimana kelanjutannya.Nah jadi gimana nih part 9 seru dong? Ayo lah komen disini jangan sampe ngga komen. Ceritanya pastinya akan lebih seru.
Ayo team Davine Kaira mana nih?
Kalo kalian suka cerita ini jangan lupa vote, komen, dan share ke teman teman kalian ya guys😍. Dan see you next part. Semoga ngga ngaret ya.
Salam
Penulis.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Pernah Ternilai
Dla nastolatków"Gue lelah Dav, gue lelah memperjuangkan seseorang yang sama sekali tak melihat gue. Gue pamit Dav, gue pamit dari hidup dan hati lo." Ujar Kaira lirih matanya tak berhenti mengalirkan air mata dengan begitu derasnya. Tatapan sendunya tak lepas mena...