Setelah pertemuan tidak sengaja seminggu yang lalu Davine dan Kaira belum lagi bertemu karena kesibukan mereka masing-masing. Entah apa yang disibukkan sampai sekarang mereka belum sempat meluangkan waktu untuk bertemu. Walaupun begitu mereka tetap menjalin komunikasi yang baik. Davine pemuda itu sedang sibuk menyiapkan acara lamarannya untuk Kaira bersama keluarganya dan keluarga Kaira. Ingat pertemuannya Minggu lalu bersama Kaira? Saat dirinya mengatakan akan meresmikan Kaira sebagai tunangannya. Ya rencananya sudah ia persiapkan hampir tiga Minggu lebih. Dan hari ini ia akan meminta izin kepada orang tua Kaira secara resmi setelah ia meminta tolong kepada kedua orang tua Kaira untuk membantu mempersiapkan acaranya. Walaupun sudah meminta izin kala itu untuk melamar putri kesayangan dari keluarga Adrian rasanya kurang pas kalau dirinya tidak meminta izin kembali secara resmi pada kedua orang tua Kaira.
Sedangkan Kaira gadis itu hari ini dibuat lupa akan perkataan Davine mengenai lamarannya. Karena hari ini ia dibuat sibuk oleh sahabat-sahabatnya. Ia diajak keliling kota Bandung seharian penuh entah apa yang ada di dalam pikiran mereka sampai mengajaknya mengelilingi kota Bandung. Sebenarnya itu bagian dari rencana Davine meminta tolong teman-teman Kaira untuk menyibukkan diri seharian supaya dirinya bisa mempersiapkan segala sesuatunya.
Hingga tibalah malam ini di salah satu tempat makan yang berada di mall Bandung, Davine telah mengumpulkan keluarganya, keluarga Kaira dan sahabat-sahabat mereka. Dengan persiapan yang begitu matang Davine dengan balutan jas berwarna hitam dan dasi yang terpasang rapih dalam kerah bajunya terlihat sangat siap untuk malam ini. Sedangkan Kaira gadisnya masih bersama sahabatnya di salah satu butik di dalam mall yang sudah Davine siapkan.
Drt drt
Ponselnya bergetar tanda satu pesan masuk. Tangan Davine dengan cepat membuka ponselnya. Ia tersenyum membaca isi pesan yang dikirimkan oleh sahabat dari Kaira. Aih gadisnya sudah siap ia mengangkat kepalanya tersenyum kepada orangtuanya kemudian mengangguk.
"Kaira sudah siap Ma." Kata Davine. Mamanya mengangguk. Kemudian memberi kode ke pembawa acara untuk memberitahukan kepada undangan untuk bersiap.
***
Gadis cantik dengan atasan lengan panjang berwarna putih dan rok hitam di atas lutut ditambah kalung aksesoris yang terpasang di lehernya menampilkan kecantikan yang begitu natural dari gadis ini. Kaira sejujurnya bingung mau dibawa kemana dirinya sampai harus berdandan seperti sekarang. Sahabatnya pergi begitu saja ketika Kaira sibuk dengan make up dari pihak butik. Ia tidak membawa uang banyak dress yang ia pakai harganya cukup membuat uang jajannya habis ia tidak mungkin secepat itu menghabiskan uang. Tapi sepertinya ia tak harus membayar karena tentu saja yang membayar harus sahabatnya karena merekalah yang mengajaknya datang ke butik mahal kemudian ditinggalkan begitu saja.
Baru saja ia melangkah keluar dari pintu butik sudah disambut oleh dua pasang penari yang menari di depannya membuat langkah kakinya terurung untuk berjalan. Ia menatap takjub dua pasang penari itu. Sepertinya akan ada acara lamaran di mall ini. Tapi siapa? Beruntung sekali gadis itu. Pikir Kaira. Ia sama sekali tak mengingat Davine yang pernah mengatakan akan melamarnya. Lagu yang mengalun dari pengeras suara dalam mall berganti menjadi musik yang temponya lebih lambat tiba tiba dua penari perempuan menghampirinya mengulurkan tangan padanya. Ia bingung menatap penari itu bergantian. Menerima uluran tangan dari keduanya ragu. Kemudian berjalan mengikuti mereka naik ke lantai atas. Sepanjang perjalanan ia tak pernah berhenti mendapatkan bunga di setiap belokan menuju tangga berjalan ataupun sesudah dirinya menaiki tangga berjalan itu. Sesampainya di lantai atas tangannya dilepaskan oleh dua penari perempuan yang mengiringinya sedari tadi kemudian dirinya ditinggalkan di depan suatu panggung yang menampilkan tarian dari dua pasang penari yang tadi mengantarkan dirinya sampai di tempatnya sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Pernah Ternilai
Teen Fiction"Gue lelah Dav, gue lelah memperjuangkan seseorang yang sama sekali tak melihat gue. Gue pamit Dav, gue pamit dari hidup dan hati lo." Ujar Kaira lirih matanya tak berhenti mengalirkan air mata dengan begitu derasnya. Tatapan sendunya tak lepas mena...