Pagi ini Kaira dikejutkan dengan kedatangan Rama ke rumahnya. Sebelumnya memang Rama seringkali bilang padanya bahwa sewaktu-waktu ia akan datang untuk mengantarnya berangkat ke sekolah. Tetapi ia tak pernah berpikir bahwa hari itu adalah hari ini. Ayah dan ibunya yang memang sudah lama tak bertemu dengan Rama banyak berbincang dengan Rama sebelum dirinya turun dari kamar. Entah apa yang mereka bicarakan selama dirinya masih di kamar. Hanya saja ia berharap Rama tak membahas macam macam.
"Ayo Kak Ram, berangkat sekarang." Ajak Kaira. Ayah Kaira menoleh mendengar ajakan Kaira.
"Tumben sih kamu buru-buru banget Kai. Lagian makan kamu belum habis,Nak." Tegur Rio Ayah Kaira.
"Ayah aku sudah kenyang nanti aku telat ini banyak tugas udah ah aku berangkat yah, Ayah, Ibu, assalamualaikum." Pamitnya menyalami satu persatu ayah ibunya. Rama yang melihat Kaira tersenyum menggeleng pelan. Kelakuan gadis ini tak pernah berubah. Setelah Kaira menyalami orangtuanya ia pun ikut melakukan hal yang sama.
"Pamit yah Om, Tante." Pamit Rama. Rio dan Ify hanya mengangguk tersenyum membiarkan anaknya berangkat sekolah bersama Rama.
Kaira yang sudah masuk dalam mobil Rama kemudian memainkan ponselnya sambil menunggu Rama pamit pada orangtuanya. Kaira tak habis pikir dengan apa yang dilakukan Rama hari ini. Semalam ia pikir Rama hanya becanda bahwa hari ini ia akan datang ke rumah. Ternyata benar benar mengejutkan.
"Pagi tuan putri." Sapa Rama mengagetkan Kaira yang sedang melamun. Kaira menoleh tersenyum manis.
"Pagi juga prajurit." Sahutnya Rama seketika mendengus tangannya bergerak menjalankan kemudi mobil.
"Masa prajurit ngga asik banget kamu Dek." Rutuk Rama
"Biarin lagian kakak sih datang ngga ngabarin." Kata Kaira memasang wajah sok marahnya
"Biarin biar kamu ngga batalin janji berangkat sama cowok kamu mungkin jadi kan dia liat tuh." Santai Rama. Kaira mendelik tajam seketika.
"Kakak ih." Sebalnya
"Haha kenapa takut kamu? Biar selama kakak belum tahu cowo kamu kaya apa kakak bakalan seperti cowo kamu. Biar kamu tuh yang jagain baik Kai. Kamu juga kaya adik kakak sendiri kan." Nasihat Rama. Ia mengelus pelan puncak kepala Kaira tersenyum.
"Baik banget sih kak." Singkat Kaira kemudian fokus nya kembali ke jalanan.
Tanpa disadari Kaira sebenarnya Rama sejak keluar dari garasi mobil Kaira sudah merasa bahwa ada yang mengikuti mobil mereka. Ia rasa itu gebetannya Kaira. Ia terkekeh.
"Sepertinya dia cowoknya Kaira. Wajahnya seperti menahan kecemburuan pas liat Kaira masuk mobil gue." Batin Rama.
Setelah perjalanan menuju ke sekolah sekitar dua puluh menit. Akhirnya Kaira sampai di sekolah. Ia baru saja ingin membuka pintu mobil namun tertahan karena Rama yang turun lebih dulu membukakannya pintu.
"Alay deh kakak." Ejek nya pada Rama. Rama terkekeh mengacak acak gemas rambut Kaira.
"Dasar komentator." Gemas Rama.
"Kak masih pagi astaghfirullah ini rambutnya natanya lama loh." Kesal Kaira. Rama semakin terkekeh.
"Ngga ngancem lagi nih sekarang? Biasanya ngga mau temenan lagi kalo rambut rusak." Ejek Rama. Kaira merengut.
"Haha udah sana masuk. Katanya ngga boleh bikin heboh. Gimana sih,nanti cowo kamu liat loh." Tambah Rama semakin menggoda. Kaira menoleh menatap sebal Rama. Rama yang ditatap seperti itu hanya tertawa pelan.
"Kakak ih aku tuh ngga ada cowok yah. Berapa kali bilang sih ih? Dasar ngga percayaan." Rutuk Kaira sebal. Rama yang terlewat gemas kemudian mencubit pipi Kaira.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Pernah Ternilai
Ficção Adolescente"Gue lelah Dav, gue lelah memperjuangkan seseorang yang sama sekali tak melihat gue. Gue pamit Dav, gue pamit dari hidup dan hati lo." Ujar Kaira lirih matanya tak berhenti mengalirkan air mata dengan begitu derasnya. Tatapan sendunya tak lepas mena...