Kaira tersenyum melihat Davine menundukkan kepalanya. Sepertinya memang harus ia katakan sekarang.
"Yes, I Will Davine." Jawab Kaira tersenyum. Davine mengangkat kepalanya terkejut. Kaira menerimanya? Ia tidak salah mendengar bukan. Ia menatap Kaira meyakinkan. Kaira hanya tersenyum mengangguk.
Davine bersorak kemudian memasangkan cincin pada jari manis kiri Kaira. Setelah itu menarik Kaira ke dalam dekapannya. Mengecup puncak kepala gadis itu tak berhenti. Ia bahagia sama bahagianya seperti Kaira.
"Terimakasih,Ra. Terimakasih." Bisik Davine tepat di telinga Kaira. Kaira mengangguk pelan. Tepuk tangan dari pengunjung mall menyadarkan keduanya. Davine melepaskan pelukannya menatap Kaira menghapus sisa air mata bahagia di wajah Kaira.
"Aku malu Davine." Cicit Kaira menyembunyikan wajahnya di dada Davine. Davine terkekeh mengelus pelan rambut Kaira.
"Gapapa ada aku." Jawab Davine mengecup dahi Kaira lama.
"Kita ke sana yuk. Ada mama papa, ibu ayah sama teman-teman yang lain." Ajak Davine berjalan masuk ke tempat makan di depan panggung. Kaira mengangguk namun menahan dada Davine menjauhi panggung. Davine menatap Kaira bertanya ada apa.
"Ini gimana?" Tanya Kaira polos. Davine tertawa mengacak pelan rambut Kaira.
"Biar aja lah nanti juga beres kok." Jawab Davine santai kemudian mengajak Kaira masuk ke dalam tempat makan yang sudah disiapkan dengan tangan tak lepas melingkar di pinggang Kaira.
Sampai di dalam Kaira disambut oleh kedua orang tuanya, orang tua Davine dan sahabat-sahabat mereka.
"Welcome Mrs. Adamya." Seru sahabat-sahabat mereka. Kaira tersenyum kemudian menatap Davine menyembunyikan wajahnya di dada bidang Davine.
"Selamat ya sayang. Anak ibu akhirnya dilamar juga sama Davine." Ujar Ify memeluk putrinya. Kaira mengangguk.
"Ibu kok ga bilang sih sama Kaira." Rajuk Kaira. Ify menggeleng melepaskan pelukannya.
"Kalau Ibu bilang nanti bukan kejutan lagi dong sayang." Sahut Ify. Kaira mendengus berjalan ke arah Rio sang Ayah.
"Ayah juga tau yah?" Tanya Kaira. Rio mengangguk mengelus puncak kepala anaknya.
"Udah punya calon suami ga boleh manja terus dong sama Ayah." Kata Rio. Kaira yang memeluk Rio pun seketika menarik diri dari pelukan Rio.
"Ayah ih kok gitu." Rajuk Kaira lagi. Davine ia pun sama telah menerima ucapan selamat dari kedua orang tuanya. Kini dirinya sedang menatap Kaira. Melihat kelakuan tunangannya bersama calon mertuanya ia hanya bisa tersenyum dan menggeleng kepala pelan.
"Gih Davine udah nungguin tuh." Ujar Rio mengelus puncak kepala putri semata wayangnya. Kaira menoleh kemudian menjauh dari sang Ayah mendekat ke arah Davine.
"Selamat ya Davine. Jagain putri Ayah. Jangan sampai lecet. Dia cengeng sama ceroboh tapi masih bisa diatasi kalau sama kamu." Kata Rio menepuk pundak calon menantunya.
"Siap, Ayah. Terimakasih sudah percayakan Kaira sama Davine. Davine akan jaga Kaira dan bahagiakan Kaira semampu Davine, Bu, Yah." Sahut Davine mantap. Alvin dan Sivia tersenyum melihat putranya sudah dewasa.
"Kita ke teman-teman dulu ya Bu,Yah, Ma, Pa." Pamit Davine. Kaira mengangguk setuju.
"Iya silakan. Jagain Kaira,Nak." Pesan Sivia sang Mama.
***
Pendek yah temen temen? Wkwk iya tau kok. Maafkan author so sibuk ini baru bisa update sekarang padahal draft nya udah lama.
Kita tunggu kelanjutannya ya gaesss. Semoga ga bosen sama ceritanya. Maafkan kalau buat kalian baca ulang lagi.
Jangan lupa vote dan comment.
Salam sayang,
Author

KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Pernah Ternilai
Novela Juvenil"Gue lelah Dav, gue lelah memperjuangkan seseorang yang sama sekali tak melihat gue. Gue pamit Dav, gue pamit dari hidup dan hati lo." Ujar Kaira lirih matanya tak berhenti mengalirkan air mata dengan begitu derasnya. Tatapan sendunya tak lepas mena...