11 (Sebelas)

27 4 1
                                        

Davine masih mengelus lembut puncak kepala Kaira menenangkan. Kaira salah paham. Dirinya memang sempat bertemu Alexa beberapa kali tetapi tak ada hal yang lebih dari sekedar perihal Alexa yang berniat meminta maaf gadisnya. Lagi pula dirinya tak hanya berdua kala itu. Ada kekasih Alexa juga bersama mereka. Sepertinya ada yang tidak suka dengan membaiknya hubungan dirinya dengan Kaira. Ia harus mencari tahu siapa pengirim pesan itu.

"Ra, dengar aku. Aku ga ada niat sama sekali buat kembali sama Alexa. Dalam foto itu memang aku tapi kita ga hanya berdua. Ada kekasih Alexa juga. Kita ga sengaja ketemu dan yaa ngobrol biasa aja." Jelas Davine sungguh-sungguh.

Kaira diam. Tangisnya belum reda. Ia masih tak percaya dengan apa yang Davine katakan. Hatinya kembali tergores luka. Luka yang sama sakitnya. Tubuhnya yang masih dalam dekapan Davine perlahan menjauh. Davine melepaskan pelukannya menatap Kaira dalam. Ia ingin gadisnya percaya bahwa ucapannya benar adanya ia memang tak sengaja beberapa kali bertemu.  Matanya menatap Kaira meyakinkan.

"Please, trust me."Pinta Davine memohon. Kaira menghela nafas panjang. Ia tersenyum tipis menatap Davine serius. Tak ada kebohongan dari mata Davine setiap ia mengucap kata. Namun rasanya sulit untuk mempercayai itu. Terlebih lagi sebentar lagi Davine dan Alexa akan setiap hari dalam lingkungan yang sama. Ia rasa mungkin ini awal untuk dirinya benar-benar membebaskan Davine dari ketidakpastian nya selama ini.

Lama Kaira berpikir. Akhirnya ia angkat bicara.

"Kita break dulu ya, Vin." Ucap Kaira. Davine terkejut. Ia menggeleng kepala keras menolak. Ia tidak mau break. Apa ini artinya? Kaira gadisnya kembali tak percaya kah padanya? Kaira kembali ingin pergi kah? Ia tak sama sekali memberikan celah untuk itu.

"Aku ga mau, Ra. Kita bisa selesaikan ini tanpa harus break. Aku akan cari buktinya biar kamu percaya. Please, stay with me and trust me. I love you so much." Sahut Davine kembali meraih Kaira ke dalam pelukannya. Ia tak mau kehilangan gadisnya lagi.

"Tapi kita harus break. Ini bukan pertanyaan tapi sebuah pernyataan. Aku rasa kamu perlu benar-benar membenahi hati kamu, siapa yang kamu pilih. Dan aku rasa itu bukan aku. Aku ga mau kembali merasakan situasi seperti satu tahun lalu. Aku ga pengin kamu akhirnya benci lagi sama aku karena memaksakan perasaanku ke kamu." Kata Kaira. Davine semakin mengeratkan pelukannya ia tak ingin kehilangan Kaira. Perkataan Kaira bagai tamparan untuk dirinya.

"Ra. Aku mohon jangan seperti ini. Aku ga mau kehilangan kamu lagi. Beri aku waktu buat cari bukti kalau aku ga berdua aja di situ. Dan kita juga ga ada bahas apapun selain dia mau minta maaf sama kamu. Dia bahagia bersama kekasihnya yang barunya. Aku dan Alexa hanya bagian masa lalu yang tidak sengaja dipertemukan. Dia mau minta maaf sama kamu Ra. Percaya sama aku. Kalau aku cuma mau kamu. Jangan pergi aku mohon." Pinta Davine ia memejamkan matanya. Kepalanya menghirup harumnya aroma rambut Kaira. Bibirnya tak henti henti menciumi puncak kepala Kaira. Ia tak ingin melepaskan Kaira sudah cukup dirinya begitu tersiksa satu tahun silam. Dengan bodohnya membiarkan Kaira pergi begitu saja.

Kaira menutup matanya menghela nafas perlahan. Haruskah ia percaya pada Davine? Apa Davine serius dengan perkataannya? Banyak sekali pertanyaan yang beradu dalam pikirannya. Ia kemudian melepaskan pelukan Davine. Menatap lekat kembali mata Davine mencari keseriusan dan kejujuran dari setiap kata yang Davine ucapkan. Kemudian ia mengangguk pelan meyakinkan dirinya. Dan tersenyum kepada Davine.

"Maafin aku ga mau dengerin kamu dulu. Maafin aku ga mau percaya sama kamu." Pinta Kaira kemudian memeluk Davine erat. Air matanya kembali turun. Aih seharusnya ia tak langsung berpikir buruk tentang pemuda ini. Mengambil keputusan saat kondisi hatinya sedang tidak baik-baik saja dengan seenaknya. Ia harus percaya pemuda itu Davine tak ingin kehilangan dirinya. Tak mungkin mengkhianati nya.

Tak Pernah TernilaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang