6 (Enam)

57 7 0
                                        

Pulang sekolah Kaira berusaha menghindari ajakan Davine tadi dengan menyibukkan diri di kegiatan OSIS ini. Sejujurnya ia memang bisa saja langsung pulang karena ini sudah terlalu sore dari jadwal biasanya. Jam pulang pengurus maksimal jam lima kurang lima belas menit dan sekarang jam lima lebih lima menit dirinya masih menggarap tugas mata pelajaran di ruang OSIS.

"Udah kali Kai, udah sore banget ngga mau pulang Lo?" Ingat Kevin ia sudah bersiap untuk pulang setelah tadi sempat berbincang dengan pembina.

"Duluan aja,gue bentar lagi selesai kok. Kunci ruang OSIS biar gue yang bawa." Jawab Kaira. Ia berharap nanti saat dirinya pulang Davine sudah pulang karena terlalu lama menunggunya.

"Yaudah gue duluan yah. Bye. Assalamualaikum. Hati hati Lo Kai." Pamit Kevin. Kaira mengangguk kembali melanjutkan mengetik laporan yang dikumpulkan Minggu depan ini. Ia menghela nafas pelan melirik jam tangannya. Sebentar lagi laporannya selesai. Sepertinya ia benar-benar menyelesaikan laporan ini seorang diri hanya demi menghindari Davine.

"Ehm, jadi mau sampai kapan Lo bertahan di ruangan ini Ra?" Tanya Davine tersenyum menatap Kaira yang masih menatap layar laptopnya sedikit frustasi. Kaira yang mendengar pertanyaan dari Davine mendongkak. Kemudian menutup matanya menunduk kecewa. Davine terkekeh melihat ekspresi Kaira. Benar saja gadis itu berniat menghindar darinya.

"Kok belum pulang?" Reflek Kaira pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulut Kaira. Davine mendekat ke tempat duduk Kaira mengacak pelan rambut Kaira gemas.

"Kenapa? Kan kita mau pulang bareng Ra. Ya aku nungguin kamu lah." Sahut Davine tersenyum. Aku kamu? Kaira sedikit tersentuh. Namun itu cukup membuat hatinya berbunga. Ia mengontrol ekspresi wajahnya untuk tetap biasa saja. Jangan sampai Davine merasa kalau dirinya salah tingkah.

"Ah iya,bentar gue masih belum selesai ini. Lo duluan aja deh keknya Vin." Jawab Kaira. Ia kembali mengetik beberapa kalimat menggunakan keyboard laptop nya. Davine menatap Kaira.

"Aku udah izin kok sama Marvel ngga usah khawatir Marvel juga ngizinin kamu pulang sama aku." Kata Davine membujuk Kaira.

"Emang kenal sama Marvel?" Tanya Kaira spontan. Aduh, Kaira menepuk jidatnya pelan kenapa bisa sereflek itu pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulutnya. Davine terkekeh.

"Kenal dong masa ngga kenal. Tenang aku juga udah izin sama Tante Ify buat pulang sama kamu." Tambah Davine serius. Kaira mendongkak menatap Davine tak percaya. Ia menghela nafas pasrah kemudian mematikan laptopnya memasukan kembali ke dalam tas.

"Yaudah ayo pulang." Kata Kaira ketika selesai memasukan laptopnya ke dalam tas.

"Jangan terlalu niat untuk menghindar Ra. Aku ngga akan paksa kamu untuk cerita tentang Rama kalau kamu takut pulang bareng karena itu." Ujar Davine lembut. Kaira hanya mengangguk mengerti.

***

"Oiya besok aku ada acara basket loh Ra. Pertama kali sih aku ikut ginian. Selama aku di Pelita ngga pernah mau buat gabung gitu gitu padahal aku ada bakat." Cerita Davine di sela sela kemacetan Jakarta saat ini. Kaira menoleh menatap Davine heran. Sejak kapan pemuda ini banyak bicara padanya. Sejak kapan pemuda itu senang menceritakan kegiatannya pada dirinya.

"Hei kamu denger aku kan?" Tanya Davine mengibaskan tangannya depan wajah Kaira. Kaira mengangguk pelan.

"Kalau sempat nonton yah. Kata Marvel kamu paling malas untuk nonton begituan. Sampe pernah katanya mau nonton dia latihan kamu malah kabur." Lanjut Davine tak peduli Kaira yang tetap diam.

"Kok dia bilang gitu sih. Marvel ngapain cerita begitu ke kam.. ke Lo?" Sahut Kaira menoleh. Davine bersyukur ceritanya masih mau ditanggapi oleh Kaira.

Tak Pernah TernilaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang