Pendaftaran SBMPTN sedang berlangsung. Begitu pun dengan Kaira dan Davine keduanya sibuk mendaftar di universitas mereka masing-masing. Mereka bahkan belum sama sekali menyempatkan waktu untuk kembali bertemu. Minggu ini mungkin akan menjadi waktu yang pas untuk mereka kembali bertemu karena Minggu ini adalah minggu terakhir setelah pendaftaran panjang SBMPTN.
"Kaira!" Panggil seseorang saat Kaira sedang duduk sendiri di salah satu toko buku di pusat perbelanjaan sekitar rumahnya.
Kaira menoleh mencari siapa yang memanggilnya. Suaranya tidak asing. Suara yang sudah beberapa hari belakangan ini ia rindukan.
"Hai! Akhirnya kita ketemu, Ra." Sapa pemuda itu. Ya sudah dapat dipastikan pemuda yang memanggilnya adalah Davine. Kaira tersenyum manis. Benar sekali katanya. Akhirnya ada waktu untuk mereka bertemu. Tetapi bukankah hari ini mereka tidak merencanakan untuk bertemu?
"Kamu ngapain di sini? Aku pikir tadi aku cuma berhalusinasi kamu yang manggil aku." Kata Kaira. Davine terkekeh.
"Iseng aja sih tadi mampir eh ga taunya ketemu kamu. Kan isengnya jadi berfaedah." Jawab Davine dengan kekehan. Kaira menggeleng kepala pelan.
"Emang darimana? Kamu ga ada bilang apa apa sama aku." Tanya Kaira. Davine seketika berdehem pelan. Ia tersenyum kikuk. Tak menjawab apapun.
"Kita makan yuk, kamu udah makan? Aku lapar ini." Ajak Davine. Kaira mengerutkan dahi pertanyaan nya tak dijawab. Ia kemudian tersenyum mengangguk. Mencoba berpikir positif alasan Davine tidak menjawab pertanyaan nya.
"Ayo, mau makan di rumah aku apa kita cari di sini?" Tawar Kaira. Kebetulan sudah lama dia tidak memasak untuk Davine.
"Di rumah kamu aja deh. Kangen masakan kamu." Jawab Davine. Kaira tersenyum mengangguk. Kemudian mereka berdua pun pulang menuju rumah Kaira.
***
Davine duduk di ruang keluarga Kaira sembari menunggu Kaira memasak. Dirinya tak diizinkan mengganggu Kaira memasak. Ia berpikir jawaban atas pertanyaan Kaira yang belum ia jawab sampai saat ini. Sejujurnya ingin sekali ia menjawab tetapi ia tidak ingin Kaira mengetahui rencananya. Biarkan ini berjalan sesuai dengan apa yang sudah ia rencanakan saja.
"Makanan datang." Seru Kaira dari arah dapur.
Davine tersenyum ia menerima makanan yang dibawa Kaira. Menunya tak pernah berubah. Kaira memang selalu tau menu kesukaannya. Bahkan kebiasaan Kaira yang memakan sayuran membuatnya pun ikut menyukai sayur.
"Ini banyak amat sayurnya? Kan aku cuma minta tuna balado,Ra." Protes Davine yang melihat ternyata Kaira juga membuatkannya sayur.
"Biar kamu sehat. Kamu kan jarang makan sayur kalo ga aku yang buat." Sahut Kaira. Davine mengangguk pelan mengiyakan.
"Udah kamu makan dulu cepet." Lanjut Kaira. Davine tersenyum mengangguk.
"Kamu suapin sayurnya yah?" Pintanya. Kaira mengangguk kemudian mengambil sayur yang dibuatnya.
"Ibu sama Ayah kemana?" Tanya Davine.
"Masih di kantor kayanya. Kamu gimana? Bisa kan ngerjain SBMPTN?" Sahut Kaira. Davine mengangguk. Mulutnya masih mengunyah makanan.
"Alhamdulillah sih, kamu sendiri? Oiya pasti banyak cowo yah disana. Kamu ga ada genit kan?" Jawab Davine menggoda.
"Harusnya aku yang tanya ke kamu. Kamu genit ga tuh sama cewe cewe ITB?" Kekeh Kaira. Davine tertawa pelan. Ia kemudian mengacak-acak rambut Kaira gemas.
"Emang kenapa kalo aku genit? Kamu marah nih ceritanya?" Goda Davine. Kaira melengos. Davine memang suka sekali menggodanya. Kalau dirinya belum melengos takan berhenti pemuda itu menggoda.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Pernah Ternilai
Teen Fiction"Gue lelah Dav, gue lelah memperjuangkan seseorang yang sama sekali tak melihat gue. Gue pamit Dav, gue pamit dari hidup dan hati lo." Ujar Kaira lirih matanya tak berhenti mengalirkan air mata dengan begitu derasnya. Tatapan sendunya tak lepas mena...