10. Gusti Allah Mboten Sare

86 2 1
                                    

#15 di 'kesabaran
.
.
.
.
.
.
Makasih banget yang mau ngedukung aku, apalagi fatlaza. Kapan2 kita bikin cerita bareng, ya?

Hari Rabu yang mengharu biru. Sebelum ke kelas, aku menyempatkan diri untuk bertemu dengan Ms. Marweni Sri Cahyani -alias Ms. Weni.

"Miss punya pengalaman terindah, nggak? Yah.... saat remaja, usia SMP." Aku memulai pembicaraan.

"Ya. Tentu saja."

Dan percakapan 15 menit pun dimulai.

***

"Miss sih, sebenarnya nggak terlalu suka menari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Miss sih, sebenarnya nggak terlalu suka menari. Basically, Miss punya badan kaku. Tapi, kalau Miss ceritain masa muda Miss juga nggak papa, kan?"

Aku mengangguk.

"Di sekolah, Miss bukan termasuk anak yang pintar. Nilai ujian Miss biasa-biasa saja, palingan hanya pelajaran tertentu yang bagus. Bahkan, Miss nggak suka pelajaran Bahasa Inggris."

"Ya, berarti saya juga sama, dong, Miss. Guru saya membuat pelajaran tersebut jadi membosankan." Aku menyeringai.

"Kamu pasti tahu, kan, pada zaman itu, murid dipukul, dijewer menjadi hal lumrah. Dan Miss sering kena hukuman karena nggak bisa ngomong dalam Bahasa Inggris. Apa-apa, kalau salah dipukul, kalau salah dijewer, kalau nggak bisa mengeja dimarahin. Awalnya, Miss kesal sama guru Miss, mengapa beliau berbuat seperti itu kepada anak muridnya.

"Tapi, Miss orangnya pantang menyerah! Miss akhirnya belajar dan menuruti nasihat ibu. Ketika ibu menyuruhku untuk jangan ulin
(main), ya..... saya belajar. Pokoknya, waktu bermainnya dikurangi.

"Akhirnya, pas kelas 3 SMP (sekarang kelas 9), Miss menjadi 'ratu' sekolahan. Pas itu, saya merasa bangga. Itu semua berkat usaha dan doa."

"Lalu, apa hubungannya dengan saya yang didiskualifikasi?" tanyaku penasaran.

"Ingat, ya, Nak. Semua itu perlu perjuangan. Kayak kamu yang ingin ikut karantina dan didiskualifikasi, jangan sedih. Kesempatan untuk menari itu banyak, Nak. Jangan menyerah untuk menggapai mimpimu."

"Iya, Miss." Aku menyeka air mata.

"Kalau ada apa-apa, minta aja sama Tuhan. Selalu libatkan Tuhan di setiap kegiatanmu. Jangan malu untuk meminta kepada-Nya. Gusti Allah mboten sare (Allah tidak tidur), Nak.

"Juga jangan lupa untuk berusaha lebih keras lagi. Kita enggak tahu kapan Allah menjawab permintaan kita, jadi teruslah berusaha dan berdoa."

Kata-katanya menggema sekali di telingaku. Lama-lama, aku tidak kuasa menahan tangis.

"Iya, Miss. Makasih banget udah nyemangatin saya. Saya jadi kuat menerima cobaan pelik ini."

"Iya, kok. Miss juga nggak apa-apa. Eh... udah mau masuk kelas, ya? Kamu harus masuk kelas sekarang. Jangan sampai telat."

Aku melihat Mr. Azhar turun untuk memencet bel.

"Eh... Miss, kalau masalah Ms. Rheza, bagaimana kelanjutannya?" Aku berbalik badan.

"Nanti saya akan bahas sama beliau. Mungkin saja, beliau akan mengalah. Tenang saja. Jangan terlalu dipikirin."

"Iya, Miss. Saya siap, kok."

Teeeeet! Bel pun berbunyi dan aku langsung ke kelas, menunggu kedatangan Ms. Weni.

Pendek nggak? Kayaknya nggak pendek-pendek banget. Bagaimana kelanjutannya? Apakah Amel ikut karantina...... atau dia bakal bersedih? Tunggu kisah selanjutnya.

:)

Kisah PerjuangankuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang