13. Karantina (3)

74 0 0
                                    

Hari kedua, kami pun latihan lagi.

Latihan ini sebenarnya lanjutan dari latihan kemarin. Kami telah pentas untuk acara api unggun dan acara kemarin adalah 'pemanasan' untuk pentas Hari Pahlawan. Semoga berjalan dengan lancar dan seru....

Pada saat istirahat....

"Kok kamu bisa kepilih buat mentas Hari Pahlawan?" Tanya Jemima -teman sekelasku, nama lengkapnya Jema Jemima.

"Jadi, di sekolah, aku juga ekskul nari. Tapi, aku sering nggak kepilih buat mentas atau lomba. Aku mulai mentas di acara perpisahan sekolah." Ceritaku.

"Terus?"

"Aku juga mentas di acara demo ekskul atau 17-an. Sebenarnya, aku nggak pantas buat ikut di acara seperti ini, soalnya nanti ditonton banyak orang. Aku malu...." mukaku bersemu merah.

"Hei, ini nggak bakalan seru kalo nggak ada kamu. Ms. Weni dan Mr. Harry percaya kalau kamu tuh bisa menjadi seorang penari profesional. Buktinya, kamu menjadi penari utama bersama Silva, Nadia, dan Zoe. Pasti bakal seru." Jemina menyemangatiku.

"Makasih, ya. Eh, ini giliran kita, lho, buat latihan. Ms. Kadek memanggil kita. Kalau telat, aduh, kita juga yang harus dimarahi...."

"Ayo."

Ms. Kadek melatih kita dengan penuh kesabaran dan kami merasa senang jika dilatih dengan beliau, karena acara Hari Pahlawan nanti bertujuan untuk mempromosikan budaya bangsa ke dunia. Kasihan, kan, kalau budaya kita nggak dijaga sama generasi muda. Kalau bukan kita yang jaga, siapa lagi?

***

Sore harinya, kami memiliki kesempatan untuk istirahat. Kami mandi dan berganti pakaian. Setelah mandi, ada apa dengan teman-teman kami? Mengapa mereka berkumpul di balkon penginapan?

Oh.... Rupanya mereka sedang menikmati indahnya matahari tenggelam di sisi barat. Kami sungguh terpukau melihat matahari yang bersiap-siap dipeluk bumi. Semburat jingga menghiasi langit sore. "Ini sungguh luar biasa." gumamku.

Malam ke sekian kembali tiba. Bintang gemintang pun bersinar seperti permata. Kami pun mengikuti kegiatan 'konferensi pers' tentang budaya bangsa di kalangan pemuda. Kami berkumpul di aula tempat kami latihan.

"Jadi, budaya bangsa kita seperti tarian dan musik harus dilestarikan, dibina secara konsisten, dan dikembangkan sebagai kekayaan bangsa. Jangan sampai diklaim sama negara lain. Kayak tari Reog Ponorogo, itu hampir diklaim sama negara tetangga kita. Itu seram sekali, kan, kalau benar-benar terjadi?" Itulah salah satu nasehat yang kudapatkan dari Ms. Fatima, pemateri dari konferensi itu.
Kami mencatat materi itu dengan serius.

Setelah 'konferensi pers', kami bersiap-siap untuk tidur. Angin malam, tolong sampaikan sejuta salam rinduku padanya.... 😚😚😚

***

Pagi yang indah akhirnya tiba. Kami bangun tepat saat fajar mulai menyambut bumi. Setelah kami beribadah menurut agama dan keyakinan masing-masing, kami melakukan renungan pagi.

Di hari ketiga ini, kami hanya melakukan outbond, seperti mandi lumpur dan basah-basahan di sungai dekat tempat penginapan kami. Setelah itu, kami mandi dan sarapan. Nasi goreng dengan tambahan telur dadar siap menggoyang lidah kami.

Lalu, kami mengikuti upacara penutupan dan pulang dari tempat penginapan yang sebenarnya sayang buat ditinggalkan itu.

Petualangan ini pastinya sangat menyenangkan

Pastinya, Amel bakal ikut pentas Hari Pahlawan.

Bagaimana kelanjutan ceritanya?
Kita tunggu setelah yang satu ini.

Kisah PerjuangankuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang