16. Demo Ekskul (1)

72 1 0
                                    

Setelah kejadian menyenangkan bersama Kak Fira, ekskul kami tidak langsung berkembang pesat tentunya. Selalu ada saja keluhan Kak Fira, apalagi kalau urusan uang kas. Seperti...

"Hei, siapa yang belum bayar?"

"Kok aneh ya, ada yang enggak bayar-bayar? Terus, juga ada yang keluar ekskul enggak bilang-bilang ke Kakak. Pasti dia milih ekskul sentar cuma buat menuhin tabel ekskul di rapor doang."

"Uang yang kamu pegang, Tiar, pada ke mana? Sudah lebih dari seminggu Kakak minta buat pembuktian ke OSIS. Kakak juga harus bilang sama Bu Kartika."

Dan sederet keluhan lainnya.

Kalau aku, lain lagi masalahnya. Mulai pertengahan Februari, teman-teman mulai merundungku, baik hinaan, fitnah, maupun ejekan yang menyinggung salah satu kalangan. Aku sudah bilang ke Marshila, tapi dia hanya menjawabnya, "Ya udah, sabar saja. Jangan diladeni."

Keterlaluan memang. Mau kasih saran malah dia bilang seperti itu.

Untungnya, pada akhir Juni, kami didapuk sebuah amanah yaitu demo ekskul. Pasti mendulang penonton yang antusias, tuh.

Ada tiga tarian tradisional yang akan kami bawakan, yaitu tari Ratoh Jaroe, tari Lenggang Bekasi, dan tari Bajidor Kahot.

Kami tersenyum senang ketika semua anak kelas 8 -yang akan naik ke kelas 9- ikut menari Ratoh Jaroe. Ada beberapa adik kelas yang juga ikutan, lho.

Kalau Fani, Nadiva, Alma (teman kami juga, tapi dia sering di padus), dan Vitri, mereka bakal menari Bajidor Kahot.

Sedangkan Silvi, Sheila, Dita, dan Aim, mereka akan menari tarian penyambutan kota kami.

***

"Kayaknya lebih bagus kalau kita tambahkan tarian K-Pop. Pasti anak-anak baru pada suka," saran Tiar.

"Aku senang sekali," seru Azalia sambil menari salah satu tarian dari lagu girlband kesukaannya. Agak aneh memang.

Aku tertawa.

"Apa tarian K-Pop yang akan kita bawa?" tanya Tiar penasaran.

Hmmm....

"Bagaimana kalau tarian IZ*ONE yang lagu 'Pick Me'? Pasti seru, tuh," usul Sofia.

"Ya! Pasti anak baru tertarik masuk ekskul." Azalia kembali duduk. Capek, kan, nari-nari enggak jelas gitu.

***

"Jadi, kita mulai dari gerakan pertama. Satu... dua... tiga... empat...," hitung Sofia sambil memperagakan gerakan dari video tarian K-Pop tersebut.

Kami langsung mengikutinya.

"Tarik tanganmu ke atas, tap, tap, tap." Tangannya turun sesuai dengan irama musik.

Aku juga mengikuti gerakan mudah itu. Tarik kaki, maju, luruskan tangan, buat gestur segitiga, putarkan lengan searah jarum jam. Seru pula, apalagi kalau dilatih sama Sofia yang tak hanya jago menari tarian tradisional, tetapi juga dapat menari tarian modern dengan sangat bagus.

***

Namun, seminggu kemudian, Kiran merasa kesusahan dengan gerakan yang diajarkan temannya, padahal kami sudah menari sampai bagian reff.

"Sofi, gimana caranya?" tanya Kiran kesusahan. Saat ini kami berlatih di pelataran masjid yang sangat estetik dan indah itu.

"Sini, ya, aku ajarkan. Satukan jari-jari tangan kanan dengan jari-jari tangan kiri. Tubuhmu ke arah kanan, tangannya bergerak berlawanan. Satu, dua, tiga, empat. Sekarang, sebaliknya. Satu, dua, tiga, empat."

Kisah PerjuangankuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang