Sasuke tidak pernah tahu jika ada polisi model seperti ini di Tokyo. Lihat saja bagaimana bersemangatnya dia saat menanyai orang - orang yang menjadi saksi atas kasus kematian Shion. Memang polisi harus bersemangat, tapi tidak berlebihan juga. Sasuke bahkan seolah melihat api yang membara di kedua mata polisi dengan potongan rambut yang sama itu. Bukannya membuat mereka keren justru terlihat bodoh. Pintu ballroom ditutup untuk saat ini oleh polisi, berjaga - jaga agar tidak ada yang keluar, sementara lima orang yang pertama menemukan mayat Shion dikumpulkan di satu ruangan lain.
"Jadi kau yang pertama menemukan tubuh Nona Shion di atap gedung hah?'' Petugas polisi bernama Guy menumpukkan kedua tangan di meja. Di depannya seorang pelayan wanita tampak mengkeret, mengangguk dengan gerakan cepat.
"Kenapa kau bisa menyasar sampai ke atap?'' Lanjut asistennya tak kalah semangat.
Si pelayan menelan ludah, gugup karena ditanya dengan suara keras. Sebenarnya polisi itu tidak membentak, mereka hanya terbiasa saja berbicara keras karena terlalu bersemangat.
"Saya yang membukakan pintu rooftop untuk Nona Shion, karena dia bilang ingin berlatih sebentar sebelum tampil menghibur tamu sekaligus hadiah untuk ibunya'' jawab pelayan itu.
"Adakah yang tahu selain kau tentang keberadaan Nona Shion disana?''.
Si pelayan menatap lima orang yang juga berada di ruangan yang sama, memperhatikan satu per satu, baru menggeleng pelan.
"Jadi hanya kau yang tahu?'' Guy menyeringai saat merasa menemukan jawabannya, tubuhnya lebih dicondongkan ke arah pelayan yang semakin ketakutan. Mungkin tahu apa yang dipikirkan si petugas polisi.
"Sebenarnya itu kebiasaan Shion sebelum tampil'' suara Hidate menginterupsi, kasihan melihat wajah pucat pelayan itu. Dirinya duduk di sofa sambil memeluk bahu istrinya yang masih terisak pelan''Dia akan pergi ke rooftop untuk berlatih sebentar''.
"Oh... jadi ada orang lain lagi yang tahu?'' Guy menganggukan kepala. Langkahnya sengaja dibuat sepelan mungkin berharap ketukan sepatunya memberikan efek menekan di ruangan itu.
"Maksudku, kami semua tahu kebiasaan Shion itu. Aku, istriku dan Sara juga tahu'' Hidate buru - buru menambahkan saat dirasa polisi itu mulai mencurigainya juga.
Dua polisi yang bertugas menginterogasi saling pandang, memberi isyarat satu sama lain.
"Kalian bertiga punya hubungan dengan Shion'' Guy menunjuk satu per satu ke arah Miroku Hidate dan Sara ''Lalu kalian berdua?'' Kali ini Guy menunjuk pada Sasuke yang berdiri, bersandar di dinding dekat pintu dengan kedua tangan disilangkan di dada lalu pada Menma yang masih setia berdiri di pojokan, mengamati orang - orang disana.
"Aku yang menelpon polisi tadi'' Menma menunjuk wajahnya sendiri saat menjawab.
"Aku tidak ada hubungan apapun. Aku hanya tamu disini'' Sahut Sasuke tak acuh.
"Hanya tamu tapi ikut menemukan mayat Nona Shion? Humm... mencurigakan?'' Guy memandangi Sasuke dari atas ke bawah, meneliti penampilan pria yang sepertinya dia kenal. Apa pria ini pemain film, atau penyanyi. Wajahnya tidak asing, setidaknya itu yang dipikirkan Guy.
"Ckk... Anda sebagai polisi sungguh merepotkan dan tidak punya kompetensi sama sekali'' cibir Sasuke pada polisi di depannya ini.
Wajah Guy memerah, tidak terima dengan hinaan Sasuke ''Anda jangan bicara sembarangan kalau tidak ingin saya tuntut karena menghina polisi'' Guy mengacungkan telunjuknya tepat di depan wajah Sasuke yang justru menantangnya balik.
"Coba saja kalau berani'' Sasuke maju selangkah ''Anda tahu, waktu saya sudah terbuang percuma hanya untuk mendengar ocehan Anda yang tidak berguna. Kuberi tahu, orang yang sudah membunuh Shion ada disini'' Ucap Sasuke dengan nada mengancam ''Dia duduk disini. Berakting menjadi orang yang paling berduka diantara kita''.
KAMU SEDANG MEMBACA
PUZZLE
RandomPerayaan ulang tahun seorang Uzumaki Naruto. A Narusasu Fanfiction Disc: Naruto by Masashi Kishimoto.