Benarkah ia Mencintaiku?

523 20 3
                                    

Senja memang melukis langit dengan indah dan pergi tanpa pamit, tetapi senja tidak pergi begitu saja, dia akan membawa setiap malam yang indah dengan membawa bintang dan bulan yang akan menemani malam kita semua Arka.

-Senjani

Semilir angin menerpa wajahku membuat rambut yang ku urai jadi melayang layang di depan wajah ini, ah kenapa tadi aku tidak dikucir saja, menyusahkan. Aku melihat awan hitam mulai menebal menandakan hujan akan segera datang. Dan tak ada satu kendaraan umum yang terlihat.

Tik tik tik. Suara hujan sudah mulai terdengar. Tetes demi tetes rintikan air turun menjadi melodi yang sangat dinanti, sedikit demi sedikit mulai membasahi bumi pertiwi, menyiram dedaunan yang sudah mulai layu.

Butiran air itu menciptakan uap tipis di jalanan. Bau hujan tercium dengan khas aromanya, membuat orang-orang yang menanti kehadirannya tersenyum bahagia, termasuk Arka.

Menunggu hujan reda sembari menyimak iringan melodi alam dari rintikan air yang sedang dipertontonkan gratis kepada makhluk hidup disini.

Sebenarnya aku sudah menghubungi kak Radit untuk menjemputku, namun ternyata kak Radit sedang ada acara dengan temannya yang tidak bisa dia tinggalkan. Jadi mau tidak mau aku harus pulang naik bus lagi.

“Astagfirullah,” lagi lagi aku dikagetkan dengan keberadaan Arka, lama-lama dia seperti makhlus halus yang selalu tiba tiba muncul.

“Lo ngelamun ya?” Tanyanya.

Aku hanya mengangguk.

“Lo pulang bareng siapa? Kakak lo ngejemput ga?”

Aku tak langsung menjawab. Menimbang-nimbang mau jawab jujur atau bohong. Kalo jujur sudah pasti Arka akan menawarkan tumpangan untukku, tapi kalo bohong juga ngga baik.

“Kak Radit ngga ngejemput lo ya?”
Aku mengangguk. Lebih baik jujur deh dari pada bohong, dari pada nantinya malah keterusan bohong.

“Tuh tebakan gue tepat sasaran, yaudah gue yang anterin lo pulang tenang gratis dan gak usah bayar ongkos.”

Tuh kan tebakanku bener, “ Nggak usah, ka. Aku bisa pulang sendiri. Lagi pula perasaan tadi pagi kamu nggak bawa mobil deh.”

Arka menaikkan sebelah alisnya, sekilas melirik hujan yang begitu lebat. “ Yakin? Lo gak bisa nolak gue Senja, tuh lihat hujan gede banget lo yakin mau naik bus? Soal mobil sebenernya kemarin gue simpen di bengkel biasalah ganti oli, nah sekarang ya dibawa lagi.”

“Kalo gini caranya, rasaku untuk kamu makin berkembangbiak nii!!!” batinku.

“Yaudah iya deh tapi kepaksa, nih ongkosnya,kembaliannya ambil aja, ” Aku menyodorkan selembar uang dua puluh ribu pada Arka.

Bukannya mengambilnya, Arka malah tertawa. Nggak tahu kenapa secara ngga langsung mungkin dia merasa aku telah menjatuhkan dirinya sebagai cowo.

“Polos banget ni cewe, seumur-umur gue belum pernah nemuin cewe kaya lo,” gumamnya dengan suara pelan tapi masih bisa terdengar.

“Aku bisa denger kali ka! Emang aku langka sih orangnya. Nih, uangnya ambil ka cepetan! ”

“Hahahaaa dasar lo yaa.” Ku lihat wajahnya yang memaksa untuk berhenti tertawa.

Senja dan Hujan [Tahap REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang