Jika boleh aku memilih. Aku akan memilih tidak mengenal kamu sama sekali, daripada aku sakit dan itu kamu penyebabnya.
-•-
"Lan! Lo putus sama Dio?!"
Tanya May tersengal, Alana yang sedang menyalin tugas dari buku milik Rafi mendongak.
Membalas tatapan May yang seperti mengatakan 'gue butuh penjelasan!' dengan malas.
"Gakk tau"
Berkata acuh, meneruskan kegiatan menyalin tugasnya yang sempat tertunda.
"Gue gak mau jawaban 'gak tau' jelasin ke gue sejelas-jelasnya!"
Paksa May cepat. Terkadang Alana, ah bukan hanya Alana penghuni kelas pun lelah dengan cara bicara May yang terkesan nyablak dan ngegas.
Maymunah, cewek kelahiran Jakarta ini teman dekat Alana. Tinggal di Bandung sudah hampir 6 tahun, keluarganya berkecukupan, alasan pindah kota? Karena ayah nya dipindah tugas kan. Kewarasan? Diragukan.
"Gue nanya ke dia gue berarti gak. Dia jawab engga, Yaudah"
Alana berdiri, mempersilahkan May untuk duduk dibangku nya yang terletak dipojok kelas.
"Kurang ajar emang itu albino satu! Awas aja kalo papasan! Abis dia gue cecar!"
Alana kembali duduk dikursi nya, menanggapi omongan May dengan malas.
"Udah lah gausah digede-gedein. Kalo lo ngomel ke dia emang bakal nyembuhin luka gue? Emang bakal bikin dia balik lagi kaya dulu? Emang bakal bikin dia narik kata-kata dia kemaren? Engga kan? Gue juga cape berjuang buat orang yang gak pengen gue ada di hidupnya. Gue juga butuh istirahat kali"
Memeriksa ke kolong meja, mengecek apakah baju olahraga nya masih tersimpan disana. Beruntung bentuk nya masih utuh, posisinya tidak berubah sama sekali. Lagi pula baju itu sudah ada disana sejak 2 minggu yang lalu. Siapa yang berbaik hati ingin memakai baju itu selain Alana sendiri kan?"
"Tapi gue gak terima lah lo digituin"
Ucap May tidak suka. Kepribadiannya akan tertonjol saat ia mulai membenci sesuatu.
"Gue nya fine aja. Kok lo yang ribet?"
Palsu! Sisi lain Alana yang dia sendiri pun membencinya. Berbohong.
"Ah terserah lo deh"
Mereka berjalan berdua menuju kamar mandi, sedikit lama karena harus antri bergantian untuk mengganti baju.
Setelah selesai, mereka diperintahkan untuk langsung menuju lapangan, olahraga bebas karena Pak Anton sedang berhalangan hadir.
Anak laki-laki IPS3 berebut lapangan dengan anak laki-laki IPA1. Jam pelajaran olahraga kelas IPA1 seharusnya sudah berakhir.
Kini dilapangan berdiri 2 orang cowok yang sedang bertatapan sinis. Dio dan Revan, rival sejak kelas 1 SMA. Penyebabnya tak lain karena memperebutkan Alana.
Paras Revan tidak kalah saing dengan Dio. Rahang tegas, sorot mata teduh berwarna biru terang, bibir tebal, kulit kuning langsat, postur tubuh badan tegap. Sangat cocok jika ingin membanggakan nya sebagai pacar ke teman-teman.
Revan menatap Dio penuh kebencian, sedangkan Dio membalas dengan tatapan malas.
"Pergi sono! Benalu!"
Dio mengangkat wajah nya. Senyum mengejek ia tunjukkan kepada Revan, dua gigi taringnya ikut mendominasi.
"Benalu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Escape
Teen FictionBerkali-kali mencoba, berkali-kali pula gagal. Cinta bukan perihal 2 hati yang saling jatuh, tapi janji yang tanpa sadar mengikat lekat. Janji lama yang selalu dikenang lewat coretan tua dibuku lesuh. Bagaimana cara dia datang tanpa permisi, lalu pe...