Alasan Dio

5 2 0
                                    

"Lo bego sih"

Cecar Rangga pertama kali, dengan mata yang terfokus pada layar televisi, tangan kanan sibuk memencet stik ps dan tangan kiri sesekali mengambil beberapa potongan kripik kentang kemasan.

"Dia juga pasti punya alesan kali Rang"

Timpal Davi yang sibuk menggerakkan jari kesana-kemari berambisi agar bisa mengalahkan Rangga dironde ke-2 ini.

Dio tidak menyahut, sibuk berkutat dengan gedget nya yang terletak nyaman diposisi nya sekarang, diapit dengan kedua tangan besar milik cowok itu.

"Eh tunggu dulu deh... "

Rangga mem- pause game yang terpampang jelas dilayar televisi besar di hadapannya, membuat Davi lagi-lagi menarik nafas lelah. Kembali pada Rangga yang menengok ke arah belakang, ke arah Dio.

"Kenapa lagi sih?? Lah gue udah mau menang itu!! "

Sayangnya omelan Davi tidak digubris oleh Rangga yang sibuk memperhatikan Dio yang sedari tadi tidak berpindah posisi dari tempat ternyamannya.

"Apa alesan lo ngelakuin semua itu ke Alana?"

Kali ini Dio mendangak, memperhatikan wajah Rangga yang penasaran dan wajah Davi yang kesal bergantian.

"Kenapa sih lo kepo banget?! Lo suka sama itu cewek?! Pacarin sono, toh si Dio juga udah kaga perduli lagi"

Davi menghempaskan stik ps kebawah, dari posisi nya yang sedang terduduk dilantai kini berdiri berjalan menuju kamar mandi yang terletak di samping nakas milik Dio.

"Lah kenapa jadi lo yang sewot?!!"

Ucap Rangga kemudian hanya dibalas dengan dehaman dari Davi yang sudah berada dikamar mandi.

"Lanjut Yo!!"

Pandangan dari Davi kini pindah ke Rangga.. Menatap cowok itu dengan wajah datar nya, kemudian satu alis terangkat satu.

"Menurut lo?"
"Lo juga tau kan alesannya apa? Berhenti di bahas deh mending"

Dio membenarkan posisi nya menjadi duduk masih diatas kasur King size nya. Dengan masih menatap Rangga yang terduduk dikarpet masih memegangi stik ps. 

"Gak mungkin kan cuma gara-gara itu lo sampe kaya gini??"
"Nyakitin Alana, juga nyakitin diri lo sendiri"

"Ya gimana lagi, kalo itu pilihan terakhir ya mau gak mau"

"Seengganya, lo gak mau berjuang sedikit lagi gitu buat Alana?"

"Gue capek sumpah. Capek banget sama sifat nya Alana, udah mulai gak kuat"

"Tapi lo ngerasa gak sih sekarang Alana itu natep lu kaya jijik banget? Lo sadar gak kalo lo udah berubah jadi bejat banget didepan dia?"

Tanya Rangga lagi dan lagi.

"Ya kalo dia mikir nya kaya gitu, no problem setiap pemikiran orang lain sih emang beda-beda tergantung gimana diri lo nya aja"

"Lagian Alana juga kenapa ngebuat Dio capek? yang kalo ujungnya nyesel giliran si Dio pengen ninggalin, aneh kan? "

Sahut Davi keluar dari toilet, kemudian bergabung bersama Dio duduk diatas kasur sembari meminum soda yang sudah tersedia lengakap dengan makanan kemasan.

"Diem lo kampank!!"
"Terus gimana? Lo udah mutusin Alana?"

"Belom, biarin biar semua jalan sesuai alur nya aja dulu"

Dio menggeleng pelan, ibu jari nya kembali meng- scroll beberapa postingan yang membuat nya kembali mengingat kenangan, seolah tempatnya berpijak adalah dimensi antar masalalu dengan masa kini.

"Lo berdua aneh tau gak sih? Ego lo berdua sama-sama tinggi"

Rangga sudah tidak mengerti bagaimana menyelesaikan nya. Disatu sisi Alana adalah teman yang selalu bisa membuat Rangga selesai dari masalah, disisi yang lain Dio adalah sahabatnya yang tidak bisa atau tidak mungkin bisa Rangga tinggalkan.

Rangga tidak mau munafik dengan memilih salah satu pihak, jadi peran Rangga disini hanya harus meluruskan ego dari Alana maupun Dio.

"Terus sampe kapan lo mau kaya gini terus?"

Tanya Davi kali ini, ekor matanya ikut melirik apa yang Dio lakukan diakun media sosial yang cukup Davi kenal dengan baik, tapi itu dulu.. Dulu sekali.

"Gak tau, mungkin sampe gue bener-bener balik ke London, tapi sebelum itu gue mau lo semua tutup mulut"

"Sans... "

"Kira-kira Alana bakal hancur banget gak ya kalo orang yang disayangnya bejat banget kaya gini?? "

Terawang Rangga, memperhatikan atap kamar Dio berwarna putih polos dengan pandangan kosong. 

"Menurut lo? Kaya gak tau aja cewe gampang banget baper"

Davi hari ini seolah puas dengan apa yang dikatakannya, seolah beban dihatinya terlepas begitu saja kala ia berhasil mencecar Alana didepan Dio.

"Ya iya juga sih ya... "

"Eh tapi gue saranin sih jangan terlalu frontal Lo berubahnya, gue takut apa yang terjadi sama Dita diulang ke Alana"

Seketika ruangan hening, hanya hembusan angin dari luar jendela, dan tarikan nafas pasrah.

Sepertinya kali ini Rangga salah memilih topik, ketiga nya sibuk berkutat dengan pikirannya masing-masing. Perkataan Rangga barusan seolah menimbulkan kembali Potongan-potongan kejadian masa lampau, masa-masa yang sampai kapanpun mereka bertiga tidak akan lagi mengulangi hal yang sama.

Juga alasan perubahan sifat Dio yang sangat drastis.

"Duh sori, jadi krik banget! Salah bahas topik!! Ganti yang laen dong"

Rangga menggaruk pelan tengkuknya yang tidak gatal, bertingkah supaya keadaan awkward ini cepat terselesaikan.

"Sans Rang! Gue ga bakal jadi goblok buat yang kedua kalinya"

Berlalu, meninggalkan dua cowok yang sedang tak enak hati menatap kepergiannya.

Sumph smpe sni ad yng nymbng g sii? :(

Dijwb tlong, gua bkl ushain Up dh pling lma sminggu y skali bwt klian yng nggu:)

Salam hangat.
[NoHope9_03]


Escape Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang