Alana mampir ke toko buah dipinggir jalan, rumah May tidak terlalu jauh dari sekolah tidak terlalu jauh juga dari komplek rumah Alana, dia juga sudah mengirimkan pesan kepada Bunda nya akan pulang terlambat, jadi tidak perlu khawatir.
Rumah May ada dipinggir jalan, rumahnya tidak tingkat, tidak seperti rumah Alana yang bertingkat tiga. Halamannya luas, rumahnya minimalis, pagarnya berwarna hijau menjulang, terdapat satu kolam ikan disisi kiri halaman depan.
Alana membuka pagar, memencet bel pintu satu kali, keluar lah seorang wanita paruh baya.
"Loh Alana?"
"Iya asalamualaikum"
"Walaikumsalam"
Alana menyalimi Hesti, ibunda May. Usia nya tidak terpaut jauh oleh usia ibu Alana. Mereka dekat karena profesi ayah mereka yang sama-sama pemilik perusahaan, mereka juga sering mengadakan acara bersama, Alana dan May memang dekat dari awal May pindah ke bandung, makanya tidak heran jika rekan bisnis kedua ayah mereka sering melihat Alana dan May selalu berdua.
"May ada tan? "
"Ada dikamar, langsung masuk aja"
"Iya tan makasih, permisi"
"Iya hati-hati ya"
Alana berjalan menuju kamar May yang terletak disamping dapur. Mengetuk pintu sampai ada sahutan untuk segera masuk, dia membuka knop pintu menampilkan May yang sedang menyender dipunggung kasur, segera menoleh.
"Asalamualaikum"
"Woii!! Walaikumsalam"
Sapa ceria May.
"Nih oleh-oleh"
Alana menaruh buah-buahan itu diatas nakas milik May, dia tersenyum sumringah kemudian berteriak kencang.
"AAAAAA MAKASIIIII ALANA!!! ETDEHH BAEK BENER LUU!!"
Alana menggelengkan kepala tidak percaya, May seperti orang yang sedang sehat-sehat saja saat ini.
"Om Tio kemana?"
"Kerja, ayah lo tadi mendadak nelpon nyuruh papa buat ke kantor, katanya file atau berkas ada yang ilang, gue gatau ah"
Alana mengambil sebuah apel dari tas yang berisi buah, dikupas pelan-pelan agar bisa May makan.
"Gue kira lo gak bisa sakit"
"Yeuu emang gue robot?"
"Abisan lo gak perna galau sih, iri gue jadinya"
"Bukannya gak pernah, gue cuma gak mau nunjukin Lan"
"Obat udah diminum? "
"Udah, barusan"
"Bagus, bagus"
Alana mengangguk paham, ia tidak mau mengetahui masalah orang lebih jauh, itu bukan kebiasaannya, dia juga tidak suka jika masalahnya terlalu diurusi oleh orang lain. Jadi Alana memaklumi kenapa May tidak pernah Bercerita kepadanya.
"Lo kenapa bisa sakit? Telat makan?"
"Bukan, jadi gini ceritanya. Kemaren kan gue mandi, nah terus gue cuci muka tuh, eh masa pas gue lagi ngegosrok-gosrokin sabun di muka, pan pasti merem tuh? Udha gitu gelap kan ya, eh masa gue ngeliat mukanya Rizki! Orang mah pocong kek kuntilanak kek gitu ya"
"Rizki? Siapa? Temen lo yang udah meninggal? "
"Isshhh bukan, Rizki tuh mantan gue"
"Eh bodo amat yaa"
"Ya abisan nyeremin, abis dari kejadian itu gue troma terus tiba-tiba malamnya badan panas, eh pas di periksa dokter demam katanya, Yaudah deh"
May tersenyum kecut, menggidikan bahu dengan dua tangan terangkat, kemudian menggeleng pelan.
Ruangan kembali hening, Alana yang fokus mengupas apel, dan May yang sibuk dengan pikirannya.
Tak lama, May menengok ke arah Alana, memperhatikan wajah cewek itu setiap inci. Alana tidak cacat, bahkan terkesan sempurna, lantas apa maksud Dio dengan terus-terusan menyakiti Alana? May harap Dio punya alasan yang masuk akal.
"Kenapa? "
Tanya Alana menaikkan satu alis nya, May tidak menggeser sedikitpun pandangan nya dari wajah Alana, membuat cewek itu menatap May risih.
Mungkin jika May adalah seorang laki-laki yang bisa memiliki Alana, bisa dipastikan dia adalah laki-laki paling beruntung didunia.
Alana tidak suka mencampuri urusan orang lain, orangnya asik, tidak suka diusik, pendirian nya teguh, pendapat nya tidak suka dibantah, sangat menghargai waktu, jika masih bisa dikerjakan oleh dirinya sebisa mungkin Alana takkan meminta bantuan orang lain, sorot mata yang tajam penuh optimis, rahang tegas, kulit pucat pasi, bibir tipis berwarna merah muda alami. Tubuhnya memang pendek, tapi tidak gemuk tidak juga kurus, jika berpenampilan sesuai mood tapi lebih sering menjorok ke arah pakaian laki-laki.
May kembali menyuap apel yang sudah Alana kupas, kadang May juga bingung kenapa Alana agak berbeda akhir-akhir ini.
"Soal lo sama.... "
"Plis May gausah dibahas"
Potong Alana cepat, hatinya agak sensitif jika menghubungkan dengan hal berbau Dio hari ini.
"Okee.. "
May mengangguk mengerti, mungkin sekarang bukan saat yang tepat untuk menanyakan hal itu.
Mungkin bukan waktu yang tepat juga untuk memberitahu apa yang seharusnya Alana ketahui dari awal.
Salam hangat.
[NoHope9_03]
KAMU SEDANG MEMBACA
Escape
Teen FictionBerkali-kali mencoba, berkali-kali pula gagal. Cinta bukan perihal 2 hati yang saling jatuh, tapi janji yang tanpa sadar mengikat lekat. Janji lama yang selalu dikenang lewat coretan tua dibuku lesuh. Bagaimana cara dia datang tanpa permisi, lalu pe...