17. Kematian Tak Terduga

1.8K 396 47
                                    

Adhara memutuskan untuk menginap di rumah Galaksi. Setidaknya untuk satu hari saja. Walaupun ia agak sedikit tidak nyaman dengan sikap Kemala malam itu.

"Makan dulu, yuk?"

Adhara menolehkan kepala. Ia tersenyum tipis melihat kepala Galaksi menyembul di balik daun pintu. Lelaki itu baru saja mandi ketika Kemala memanggilnya untuk sarapan.

Kaki Adhara yang semula bersila di atas kasur kini ia turunkan. Ia menyelipkan anak rambut ke belakang telinga lantas mengekori Galaksi menuju lantai dasar.

"Maafin Mama tadi malem, ya. Mungkin Mama aku lagi capek makanya kayak gitu," sesal Galaksi. Ia meraih tangan Adhara yang tergantung di sisi tubuh, menggenggamnya dengan erat.

Senyum tipis Adhara terulas. Ia menggelengkan kepalanya pelan. "Gapapa, kok. Aku juga ngerti," balas gadis Kartika itu.

Galaksi mempererat genggamannya. Ia menuntun Adhara untuk menuruni anak tangga. Ibu jarinya ia gunakan untuk mengelus punggung tangan gadis itu, menyalurkan rasa nyaman.

Kemala terlihat sedang sibuk menata piring-piring berisi masakan di atas meja. Rambutnya terurai rapi dengan kemeja putih polos yang membuatnya terlihat elegan.

Tubuh Kemala berbalik. Netranya menangkap Adhara yang berdiri di samping Galaksi, dengan tangan digenggam oleh putra semata wayangnya. Ia mendengus pelan, memasang wajah datarnya.

"Kamu masih di sini?" sinis Kemala.

Galaksi membalakkan matanya. "Mama," tegurnya pelan. Ia melirik Adhara yang menunduk di sampingnya dengan wajah tertutupi oleh rambut.

"Kenapa? Mama cuma nanya," sarkas Kemala. Ia menarik salah satu kursi di sana, mendudukkan diri tanpa bicara apa-apa lagi.

Galaksi menghela napasnya berat. Ia menarik tangan Adhara menuju meja, bergabung dengan Kemala yang sudah memulai sarapannya. Ia tidak habis pikir, kenapa Mamanya terlihat membenci Adhara. Padahal mereka baru saja bertemu kemarin.

Gadis Kartika itu sendiri merasa tidak enak. Apalagi melihat wajah datar Kemala saat menatapnya tadi. Rasanya seperti diterkam binatang buas.

"Kalo udah, simpen aja piringnya. Mama ke atas dulu." Kemala menyimpan sendok dan garpunya lantas beranjak meninggalkan Adhara dan Galaksi.

Galaksi memandang Kemala yang menghilang di anak tangga. Ia mengalihkan pandangan, menatap Adhara dengan wajah menyesal "Maaf. Kesannya Mama kayak ngusir kamu," sahutnya kemudian. Tangannya mengelus surai hitam Adhara pelan.

Adhara mengangguk, mencoba menyabarkan diri. "Hm. Kayaknya ini salah aku," ujar gadis itu. Ia mengaduk-aduk makanannya tak minat.

"Abisin makanannya. Nanti kamu sakit," nasihat Galaksi.

Adhara lagi-lagi mengangguk. Ia menipiskan bibir, tak banyak bicara. Netranya fokus menatap kumpulan nasi di atas piring, mencoba memakannya sedikit demi sedikit.

Ponsel Adhara berdering nyaring. Gadis itu merogoh saku kemeja Galaksi yang dipinjamkan lelaki itu lantas segera melihat nama yang tertera di layar.

Kak Arga is calling...

Gadis itu menghela napas, menggeser tombol hijau di layar lantas menempelkan benda pipih itu ke telinga kiri.

"Halo, kak," sapa Adhara singkat.

"Kamu dimana? Kenapa gak ada di rumah?" Suara berat Arga menyapu daun telinga Adhara.

Adhara berdehem, menyesuaikan suaranya yang tiba-tiba serak. "Aku nginep di rumah temen," jawabnya.

[1] Silent | 2HyunjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang