20. Tertidur

1.9K 387 83
                                    

Jika kalian pikir Adhara akan baik-baik saja setelah kejadian kemarin, kalian salah besar. Hari ini, tepat satu hari setelah hari putusnya dengan Galaksi, Adhara memilih mendekap tangisnya sendirian di kamar.

Satu hal yang sangat dicemaskan akan terjadi padanya adalah self harming. Adhara punya kebiasaan buruk itu sejak kecil, semenjak kedua orang tuanya sering bertengkar di rumah. Ia bisa menggunakan apa saja, entah itu pisau atau cutter, dan bahkan pecahan beling yang selalu berserakan di lantai setelah Mama dan Papanya selesai bertengkar.

Hal itu juga yang sangat dikhawatirkan Arga. Lelaki itu terduduk di depan pintu kamar Adhara dari semalam, menunggu hingga adiknya mau membukakan pintu. Tapi Adhara sama sekali tidak menggubris ketukan demi ketukan yang diberikan Arga di pintu kamarnya.

"Ra, buka pintunya." Arga mengetuk pintu kayu itu sekali lagi. Ia menjambak rambutnya frustasi, merasa kesal sendiri karena Adhara tidak kunjung membuka pintu.

Lelaki Kifandra itu akhirnya memilih berbalik pergi, menuju ke kamarnya sendiri. Ia menyambar jaket yang tersampir di kursi meja belajar lantas meraih kunci motor di atas nakas.

Satu hal yang menjadi kebiasaan buruk Arga juga: lelaki itu akan pergi ke arena balapan liar ketika merasa stress atau depresi. Sama halnya dengan malam ini. Arga memutuskan meninggalkan rumah, meninggalkan Adhara mendekam sendiri di kamarnya.

"Mas Arga mau ke mana?"

Bi Asih yang kebetulan sedang merapikan ruang tamu mengernyitkan keningnya ketika melihat Arga menenteng jaket. Tanpa menunggu jawaban Arga, Bi Asih sudah tahu apa yang akan dilakukan lelaki itu.

"Jagain Adhara ya, Bi,""pesan Arga tanpa berniat menjawab pertanyaan Bi Asih. Ia berjalan cepat menuju garasi, mengeluarkan motor ninja hitam miliknya. Sepersekian detik, kuda besi itu melaju membelah gelapnya malam.

Bi Asih hanya menghela napasnya kasar. Ia bergegas merapikan alat kebersihannya lantas menaiki tangga ke lantai dua, menuju ke kamar Adhara yang masih saja terkunci rapat.

***

"Eh, Adhara sama Galaksi beneran putus, ya?" Gadis berambut sebahu, Senja, bertanya sebelum melahap burger di tangannya. Ia menggumamkan beberapa kata setelahnya namun tidak terdengar jelas karena mulutnya penuh oleh makanan.

Angkasa mengangguk, memainkan gelas cola di tangannya. Lelaki itu tidak berniat membahas lebih jauh meskipun gadis di depannya sibuk menceritakan perihal kejadian putus itu.

Mata Angkasa sedari tadi tidak lepas memandang benda pipih yang teronggok bisu di atas meja. Ia mengulum bibir ke dalam, mencoba menunggu lebih lama lagi hingga benda itu mau bersuara. Karena sudah dua hari Angkasa tidak mendapat balasan dari pesan yang dikirimnya.

"Bulan itu mantan kamu 'kan?" tanya Senja kemudian. "Terus Bulan itu mantannya Galaksi?"

Angkasa mengerjap pelan, tersadar dari lamunannya. Ia lagi-lagi mengangguk. "Iya. Ini semua salah aku," sahutnya tanpa sadar, membuat kerutan timbul di dahi Senja. Gadis itu tidak peduli, tangannya malah mengambil kentang goreng milik Angkasa tanpa izin.

Angkasa kembali menatap ponsel hitamnya. Tangan kurus miliknya bergerak menyentuh layar ponsel, membuka aplikasi chat dengan nama Adhara terpampang jelas. Terakhir ia mengirim pesan kemarin dan sampai saat ini belum ada balasan dari gadis itu. Demi apapun, Angkasa ingin memastikan Adhara baik-baik saja.

Ponsel Angkasa berdering, menandakan ada panggilan masuk. Ia melebarkan mata, bersiap menggeser tombol hijau di layar ponselnya jika saja tangan Senja tidak bergerak menyambar ponselnya terlebih dahulu.

[1] Silent | 2HyunjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang