Epilog

2K 318 71
                                    

"Kalo udah aku tunggu di bawah ya, by."

Angkasa membungkukkan badannya sedikit lantas mengecup kening Adhara lembut. Ia beranjak pergi meninggalkan Adhara agar gadis itu lebih leluasa membenahi barang-barangnya.

Hari ini Angkasa dan Adhara akan pindah ke rumah baru. Setelah tadi pagi Angkasa membenahi barang-barang di rumahnya, kali ini giliran Adhara. Gadis itu terlihat sibuk menumpuk-numpuk novel miliknya ke dalam kardus.

Adhara beranjak dari duduknya. Ia membuka lemari di sudut ruangan yang dipakainya sebagai tempat penyimpanan barang-barang masa kecilnya. Gadis itu mengeluarkan dua kardus berukuran sedang berisi mainan-mainan dan belasan buku diary.

Bruk!

"Eh?"

Saat mengangkat salah satu kardus, kaki Adhara tidak sengaja tersangkut pada kaki ranjang. Kardus yang dibawanya sontak terjatuh, membuat isinya berserakan di lantai kamar. Berbagai jenis mainan perempuan berhamburan hingga masuk ke bawah ranjang.

"Ya ampun, ada-ada aja," gerutunya.

Adhara menjongkokkan tubuhnya, memunguti satu persatu mainan tersebut lalu memasukkan ke dalam kardus kembali. Gerakan tangannya terhenti tatkala netranya menangkap flower crown yang sudah usang serta sebuah cincin sederhana dari untaian bunga tergeletak sejauh tiga langkah dari tempatnya. Sudut bibirnya terangkat, membuat garis wajahnya terlihat manis.

***

"Ara, main yuk!"

Seorang anak laki-laki dengan jersey futsalnya berseru di depan rumah bernomor 15. Tangannya masih memegang bola plastik bekas pertandingannya tadi dengan anak komplek sebelah. Dahi dan lehernya bahkan sudah banjir keringat. Namun, ia tetap bersikeras mengajak sahabat perempuannya bermain.

"Ara! Ara ada di rumah gak, sih?" serunya lagi. Ia melongokkan kepalanya di sela-sela pagar, mengintip siapa tahu satpam rumah tersebut ada di posnya.

"Ara!"

Anak laki-laki tersebut berseru semakin kencang. Tangannya dengan jahil menggoyang-goyangkan pagar, membuat besi yang sudah mulai berkarat itu menimbulkan suara gemerincing yang berisik.

"Iya, tunggu sebentar!"

Suara balasan dari dalam rumah membuat gerakannya terhenti. Ia mengusap keringat yang meluncur mulus di dahinya akibat teriknya mentari sembari menunggu pemilik rumah bercat putih tersebut keluar.

Benar saja, lima menit kemudian, gadis bersurai hitam sebahu berlari kecil ke arahnya. Gadis itu langsung membuka kunci pagarnya, memberi celah agar anak laki-laki tersebut dapat masuk.

"Ayo masuk, Ka," ajak gadis kecil bernama Adhara itu.

Angkasa---anak laki-laki itu---menggelengkan kepalanya. "Aku mau ngajak kamu ke suatu tempat. Ayo!"

Adhara mengerutkan keningnya. "Kemana?" tanyanya heran.

Alih-alih menjawab, Angkasa justru menarik tangan Adhara, mengajak gadis itu berlari. Ia bahkan melemparkan bola plastik yang dibawanya ke sembarang arah.

Adhara hanya pasrah ditarik-tarik seperti itu. Hingga ia tahu alasan mengapa Angkasa tiba-tiba menariknya.

"Angkasa! Mau ke mana kamu?! Ayo, pulang!"

[1] Silent | 2HyunjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang