sepuluh

1.4K 302 92
                                    

“SEMALAM, BOBO DIMANA? BOBO SAMA SIAPA? NGAPAIN AJA~”

suara sorak sorai dari ruangan gudang belakang yang malah terkesan gaduh itu menggema ke setiap sudut dinding. keempatnya berkumpul lagi hari ini. setelah dua orang yang sibuk dengan urusan osis untuk yang terakhir kali, satu orang yang sibuk dengan ekskul paduan suaranya untuk yang terakhir kali, juga renjun yang perlahan sudah bisa melalui kesulitannya bersama orlyn, mereka akhirnya kembali bersama. begitu pun dengan renjun yang sudah membuang pikiran buruknya terhadap teman-temannya, ia akhirnya mengerti kalau teman-temannya itu memang benar sibuk, bukan sengaja meninggalkannya.

ting!

ponsel milik renjun berdenting, membuat si pemilik dengan segera melihatnya. oh, ada pesan singkat dari calon pacar rupanya.

louisa
| pulang sekolah nanti jadi kan, ka?

jadi dong! kalo udh keluar kelas chat gue aja lou |
read

| okay ka

renjun hanya melihat pesan terakhir itu dengan bibirnya yang tak henti memamerkan senyum. pikiran tentang kencan untuk sore ini pun berkelebatan di otaknya. ia bahagia, dengan hanya sesederhana itu.

ketiga temannya yang melihat renjun tersenyum seperti itu pun bingung sendiri. lantas felix yang duduk disebelahnya dengan gesit merebut ponsel yang masih digenggamnya.

setelah melihat isi ponsel milik renjun, ia mulai berteriak heboh. hal itu mengundang haechan dan jeno jadi ingin tahu.

tidak seperti felix dan haechan yang heboh melihat isi pesan singkat renjun dan louisa— yang katanya calon pacar renjun itu, sebagai respon jeno hanya tersenyum simpul.

“pulang sekolah ini lo mau jalan sama si lou?” tanya jeno dengan alis sebelah kanannya yang terangkat.

“iya.”

“GAS TERUS LAH REN! JANGAN KASIH KENDOR!” haechan berteriak secara tiba-tiba, hal itu membuat renjun dan jeno langsung menoleh ke arahnya.

jeno lantas menggeleng melihat kelakuan temannya yang satu itu.
“berisik banget kera liar.” gumamnya.

mendengar jeno menggumam seperti itu untuknya adalah hal biasa, jelas haechan tidak memperdulikannya.

tidak perduli dengan haechan dan jeno, felix yang berada di samping renjun kini mengalihkan seluruh atensinya kepada renjun.
“ren, lo gak takut tegang apa kalo deket-deket sama lou yang sexynya gak ketolongan itu?”

mendengar itu renjun malah mengernyitkan alisnya.

“ya kalo gak kuat tinggal ke kamar mandi lah, bego!” celetuk jeno, yang membuat ketiga temannya terbahak.

pembahasan mereka tidak ada yang penting bukan? tapi, terkadang pembahasan tidak penting itulah yang membuat mereka menikmati waktu kebersamaannya.

🍁🍁🍁

jarum jam pada arlojinya mengarah pada angka empat, dimana waktu pulang sekolah sudah menjemputnya. setelah mendapat kabar dari si calon pacar ini, renjun dengan tergesa berjalan ke arah parkiran.

bruk

renjun terperanjat, ada yang menabrak bahunya dengan kencang barusan.

“WOY! JALAN YANG BENER DONG!” teriaknya pada perempuan yang berjalan menuju arah belakangnya.

perempuan itu menoleh, terlihatlah oleh renjun pipinya yang basah karna air matanya. tak begitu lama, ia mulai melanjutkan langkahnya kembali. dengan gesit renjun pun mengikuti langkah perempuan itu. rasa khawatir yang terlampau besar itu muncul di hatinya, begitu sadar perempuan yang berjalan didepannya itu adalah orang yang entah sejak kapan berperan penting dalam hidupnya. orang itu orlyn, perempuan yang sedang berjalan dengan tergesa didepannya.

hanya ada satu kalimat yang berada di ujung lidahnya untuk di ucapkan, orlyn kenapa?

belum terlalu jauh melangkah, renjun menarik orlyn kembali ke arah parkiran. begitu sampai dihadapan motornya, seperti biasa renjun langsung memakaikan orlyn helm dan mengikat jaketnya pada pinggang orlyn.

“kalo pake motor gue kayaknya bakal cepet sampe ke tempat tujuan lo.” ujar renjun, sebelum akhirnya keduanya sudah naik ke motor.

saat di gerbang sekolah, renjun sempat terkejut dengan apa yang di ucapkan orlyn. orlyn menyuruhnya untuk sesegera mungkin ke rumah sakit. terjadi kecelakaan yang menimpa ayahnya orlyn.

benar saja, begitu sampai, orlyn disambut tangisan pecah dari ibunya. kakinya melemas begitu ibunya memberitahu jika ayahnya kini tidak bisa kembali berjalan.

kenyataan pahit apalagi ini?

rasanya seperti seisi dunia menertawakan dirinya yang akhirnya terlihat rapuh.

orlyn yang sering terlihat sok kuat itu sudah mati, sekarang hanya ada orlyn yang terduduk rapuh dengan renjun yang setia mengelus kepalanya.

to be continued.

bye semua, aku sama mark lee mau ke pelaminan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

bye semua, aku sama mark lee mau ke pelaminan.

RetakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang