eleven

1.3K 307 99
                                    

budayakan vote sebelum membaca! ^-^


“lo mending pulang aja, ren. ini udah malem lho, besok 'kan sekolah.” ujar orlyn, begitu melihat langit yang semakin gelap.

mereka berdua sedang berada di luar supermarket yang letaknya tidak terlalu jauh dari rumah sakit tempat ayah orlyn di rawat inap. renjun sengaja mengajak orlyn pergi kesana, agar membuat orlyn tidak terlalu larut dalam kesedihannya begitu melihat ayahnya yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit.

“gak. gue gak bisa tinggalin lo disaat keadaan lo lagi susah gini,” renjun menyandarkan kepalanya pada bahu orlyn, “lagipula, gue udah biasa bolos kok.” lanjutnya, yang terus saja mengelak.

melihat renjun yang keras kepala seperti ini justru membuat orlyn pusing.

“ck! pokoknya pulang!” sentak orlyn.

“iyaaa orlyn.”

diam-diam orlyn tersenyum. terima kasih untuk renjun, karna sejenak ia bisa lupa tentang kecelakaan yang menimpa ayahnya.

“ya udah, sekarang pulangnya!” orlyn pun mendorong kepala milik renjun yang sedang bersandar pada bahunya, mengingat sekarang ini sudah pukul sepuluh malam.

lantas renjun mendengus ke arahnya. sedikit kesal, namun rasa kesalnya langsung berganti dengan perasaan berdebar di dadanya. renjun bingung sendiri, kenapa selalu seperti ini ketika ia menatap tepat pada iris coklat milik orlyn?

butuh waktu cukup lama renjun mencari jawabannya dengan terus menatap lekat mata orlyn. beberapa pikiran tentang rasa suka pun akhirnya terus bermunculan.

“kok lo malah di—

“kalo gue suka sama lo gimana?”

orlyn terhenyak. ini sebuah pertanyaan atau pernyataan?

“a-apaan sih, hahah.” orlyn menggaruk ujung hidungnya, “pulang sana!” titahnya sekali lagi.

tanpa mengeluarkan sepatah kata apapun lagi, renjun langsung berjalan ke arah motornya. jika bisa di ulang, renjun memilih tidak akan melontarkan kalimat barusan dengan asal kepada orlyn. ia merasa bodoh dan— sedikit kecewa? entahlah.

“gue pulang ya. lo hati-hati, banyak orang jahat sekarang. dan ... jangan lupa jaga hati buat gue.” renjun mengulas senyum, sebelum akhirnya meninggalkan orlyn sendirian dengan perasaan tidak karuan.

orlyn sendiri juga bingung, walaupun ia memang menaruh perasaan pada renjun. sekalipun renjun membalas perasaannya, mereka tidak akan mungkin bisa bersama bukan?

memikirkan itu membuat kepala orlyn semakin terasa pusing.

dengan berat hati ia pun kembali melangkah menuju rumah sakit.

suara sol sepatu yang bergesekan dengan aspal pun terdengar dengan jelas di telinga, saking sepinya jalanan di malam hari ini. ada sedikit rasa takut yang menyelimuti begitu orlyn merasa ada yang memperhatikannya. diam-diam, orlyn mendengarkan suara langkah kaki di belakangnya. dengan sekali putar, orlyn kini sudah menghadap arah yang berlawanan dari arah yang ditujunya.

bruk

orlyn meringis begitu siku yang menjadi tumpuan tubuhnya bergesekan dengan aspal. perih. namun tangannya lebih terasa perih dari itu.

pandangannya menjadi sedikit kabur begitu darah yang keluar dari tangannya semakin deras. orang dihadapannya itu, telah memutus urat nadi di tangan kirinya.

samar-samar orlyn melihat orang itu memakai topeng di wajahnya. namun, topeng itu hanya menutupi matanya saja, orlyn masih bisa melihat orang itu tersenyum— ah, tidak, itu lebih terlihat seperti seringaian.

“orlyn, orlyn.” orang itu menyentuh dagu milik orlyn. orlyn yang sudah ketakutan setengah mati itu lebih memilih untuk diam, lagipula untuk berontak pun rasanya tidak bisa.

tangannya yang berada di dagu orlyn kini turun ke bawah, mengangkat sebelah tangan kanan orlyn. sebuah cutter yang ada digenggamannya ia perlihatkan ke depan wajah orlyn, lantas orlyn menahan nafasnya dan menutup matanya. cairan bening itu pun keluar dari matanya. orlyn benar-benar ketakutan. hingga akhirnya, satu teriakan keluar dari mulut orlyn begitu orang itu menyayat tangan kanan orlyn tanpa rasa kasihan.

orang itu tertawa puas, melihat tubuh orlyn yang sudah terkulai lemas di aspal.

“lo itu ulat bulu, pengganggu yang harus dibasmi.”

to be continued.

gak nyangka aku suka sama om-om gitu⬆btw, bacanya kalem aja sis, ceritanya memang seperti itu kok, bukan ngaco

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

gak nyangka aku suka sama om-om gitu⬆
btw, bacanya kalem aja sis, ceritanya memang seperti itu kok, bukan ngaco. heheh.

RetakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang