🎶dialog dini hari - kuingin lihat wajahmu🎶
—
ini benar-benar contoh yang buruk. bel pelajaran pertama sudah bunyi sekitar tiga puluh menit berlalu, tepatnya pukul tujuh. namun, sudah pukul setengah delapan ini renjun, jeno, felix, tanpa haechan kali ini masih berjalan santai di koridor sekolah yang sudah sepi setelah mengisi perut di kantin.
sama sekali tidak merasa tegang ataupun takut jika ada guru yang memergokinya, ketiganya malah dengan sengaja memilih jalan ke kelas melewati ruangan para guru.
“nak renjun, tunggu sebentar!”
langkah ketiganya berhenti tepat di depan ruang guru.
“ini, tolong bawain ke kelas ipa tiga ya!” perempuan paruh baya itu memberikan setumpuk buku pada renjun, sebelum akhirnya berlalu meninggalkan renjun.
mendengar ipa tiga, pikirannya langsung tertuju pada orlyn. dengan senang hati renjun akan langsung ke sana. namun, dengan rasa tidak bersalahnya, renjun malah memberikan tumpukan buku itu pada felix di sebelahnya. felix yang malang. sebelum bergegas ke sana, renjun sempat memilah buku-buku itu, ia mengambil satu buku— buku milik orlyn.
felix yang mengoceh tidak terima, jeno yang menertawakan felix, dan renjun yang damai berjalan sembari melihat-lihat setiap tulisan di lembar kertas pada buku orlyn. begitulah sekiranya yang dilakukan mereka saat berjalan ke kelas ipa tiga.
tidak ada yang aneh pada buku orlyn, lantas renjun dengan segera menutup buku itu. tapi rasa penasarannya masih ada, akhirnya ia kembali membuka buku itu. labil. kali ini renjun membukanya langsung pada halaman belakang. dan— ya, ada beberapa coretan di sana. namun yang mengambil perhatian renjun ada pada bagian paling bawah kertas.
kata ibu, walaupun kita hidup dikeadaan yang susah, jangan pernah sekalipun ngerasa sedih karna hal itu. pada saat itu juga, hatiku bilang begini :
i'm not sad anymore, mom. i just tired of this place.renjun membuang nafasnya kasar. kenapa? renjun tahu, guru-guru tidak mungkin sekurang kerjaan itu untuk memeriksa setiap lembar kertas pada buku murid-muridnya. tapi, apa sebegitu tidak perdulinya guru terhadap muridnya sampai orlyn menulis kalimat putus asa seperti ini di buku pelajaran?
dengan segera renjun mengambil langkah besar untuk sampai di kelas ipa tiga, yang diikuti felix dan jeno. begitu sampai, renjun langsung menanyakan keberadaan orlyn pada sang ketua kelas. namun, ketua kelas bilang hari ini orlyn tidak masuk, dan tidak ada keterangan juga mengapa dirinya tidak masuk sekolah.
renjun menggeram kesal, rasa khawatirnya pun muncul. lantas ia bergegas keluar dari kelas orlyn dengan terburu, bertepatan dengan terdengarnya satu teriakan dari arah toilet perempuan yang tepat berada di sebelah kelas orlyn.
awalnya renjun tidak perduli dengan itu, namun, setelah cukup banyak orang yang berkumpul disana dan berteriak heboh, akhirnya renjun dan dua temannya ikut melihat untuk mengetahui apa yang terjadi pada toilet itu. renjun menerobos segerumpul orang yang menghalangi di depan toilet tersebut. setelah berhasil masuk, ia melihat perempuan dengan banyak keringat yang muncul di dahinya, juga wajahnya yang begitu pucat dan ketakutan.
perempuan itu tidak bicara apapun, ia hanya menunjuk pada salah satu bilik toilet yang terbuka.
kaki renjun terasa lemas begitu melihat perempuan dihadapannya yang sudah bersimbah darah. wajah itu, terakhir kali ia lihat semalam. kenapa sekarang yang ia lihat harus dalam keadaan seperti ini?
hatinya sekarang dua kali lebih retak melihat perempuan yang disayanginya —yaitu orlyn, dalam keadaan sudah tidak bernafas, dibanding dengan melihat pesan-pesan singkat yang isinya cacian untuk dirinya.
tanpa merasa jijik apalagi takut, renjun segera menggendong orlyn untuk di bawa ke rumah sakit setelah membentak jeno dan felix agar segera memanggil ambulans.
🍁🍁🍁
pikirannya benar-benar kacau sore ini. setelah melihat orlyn sudah di kebumikan beberapa saat yang lalu, renjun hanya bisa terdiam melihat makam orlyn. ia masih belum percaya jika orang yang disayanginya kini sudah tiada.
“kenapa harus lo duluan yang pergi ninggalin gue sendirian sih?” renjun tersenyum getir, “jadi ini yang dibilang kasih tak sampai?” lanjutnya, mengingat dirinya semalam secara tak langsung menyatakan perasaannya dengan malah bertanya.
renjun menghela nafasnya, “lo sendiri 'kan, yang bilang dalam keadaan apapun jangan pernah coba buat nyakitin diri sendiri? tapi kenapa gue liat ada bekas sayatan tepat di urat nadi lo?
tolong kasih tau gue, kalo lo itu terbunuh, bukan bunuh diri.” ujarnya, benar-benar frustasi.
dengan berat hati ia meninggalkan makam orlyn.
satu hati yang berhasil mengobati hati retak renjun kini telah pergi. itu membuat hati renjun yang kian membaik pun kembali retak. namun, usahanya itu tidak akan renjun anggap sia-sia. karna tanpanya, mungkin renjun sudah berbuat hal bodoh yang membahayakan dirinya sendiri.
tak terasa gelap pun jatuh. setelah cukup berkeliling ke tempat dimana dirinya bertemu orlyn, kini renjun memilih pergi ke tempat terakhir kali dirinya bersama dengan orlyn.
di sebrang supermarket sini renjun berdiam diri, memperhatikan orang yang keluar masuk pada supermarket itu. bayangan saat dirinya menyandarkan kepala pada bahu orlyn pun terputar seperti film di pikirannya. air matanya tak terasa kini berjatuhan.
begitu sedang larut dalam kesedihannya, dengan kurang ajarnya ada yang menutup wajahnya dengan kain hitam. renjun mulai memberontak, namun satu pukulan yang cukup keras malah mengenai pelipis matanya. sakit dan cukup membuat pusing.
“orang berengsek kayak lo gak pantes buat dia.”
to be continued.

KAMU SEDANG MEMBACA
Retak
Fanfiction[15+] Dua orang remaja yang memiliki jalan hidup berliku ini dipertemukan. Seperti sudah menjadi takdir untuk Renjun, bahwa ia dikirimkan perempuan bernama Orlyn untuk menjaganya dan dijaganya. Ketika Orlyn berhasil menjaganya untuk tetap hidup, a...