4. Alasan Membenci

216 44 18
                                    

Kinara merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur setelah mencuci wajah dan menggosok giginya. Gadis itu menghela napas, melirik jam dinding yang menunjukkan pukul sebelas tiga puluh malam. Dirinya belum juga bisa tidur, setelah tadi menonton film dari laptopnya bersama Fajar.

Momen akurnya bersama Fajar bisa dihitung jari. Dan dengan menonton film lah satu-satunya cara mereka bisa akur tanpa banyak berdebat. Karena mereka memiliki selera genre film yang sama, comedy romance dan horror.

Fajar sudah tidur sejak pukul sebelas. Dan Kinara malah melakukan sesuatu yang di luar kendalinya; mengirim pesan kepada Nuga. Bukan apa-apa, sebenarnya ia ingin menanyakan soal cowok yang mengantarnya kemarin. Karena sepertinya, ia sudah ingat siapa cowok itu.

Setelah setengah jam, barulah ponselnya bergetar menandakan balasan dari cowok yang ia kirimi pesan.



Sebastian Nadir Gautama : Jangan panggil gue Nadir

Kinara memutar bola matanya. Menurutnya, tidak penting dia mau memanggil cowok itu apa.

Senja Kinara Wijaya : Gue mau tanya

Sebastian Nadir Gautama : Apa?

Senja Kinara Wijaya : Cowok yang nganter gue kemarin siapa?

Sebastian Nadir Gautama : Dia nggak bakalan suka sama lo

Senja Kinara Wijaya : Gue juga nggak bakalan suka sama dia

Sebastian Nadir Gautama : Terus?

Senja Kinara Wijaya : Namanya siapa?

Sebastian Nadir Gautama : penting?

Kinara mendengus keras. Ia pikir akan mudah mencari informasi dari cowok ini. Ternyata, dia cukup rese juga.

Senja Kinara Wijaya : Jonathan?

Sebastian Nadir Gautama : Itu tau. Ngapain nanya?

Senja Kinara Wijaya : JADI BENER ITU DIA?

Sebastian Nadir Gautama : Lo siapa sih?

[read]

Gadis itu mengabaikan pesan terakhir Nuga, dan malah memandang kosong ke arah depannya sambil mengingat lagi kejadian bertahun-tahun lalu.

Ternyata, cowok itu benar-benar Jonathan.

Jonathan Track Lee. Cowok blasteran Korea-Kanada, yang ia kenal dulu.

Tapi dulu, Jonathan yang ia tahu belum semenarik sekarang—maksudnya, dengan penampilan fisik yang lebih sempurna dan gaya yang berbeda dengan dulu—sehingga Kinara tidak mengenalinya ketika pertama kali bertemu di konser musik kemarin.

Tapi rahang tegas dan mata tajamnya yang terus terbayang dalam benak Kinar. Hingga akhirnya, dia mengingatnya.

Jonathan Track Lee, Nathan. Begitu dulu dia dipanggil. Seseorang yang dulu mengenalkannya pada sisi gelap dunia remaja yang tidak ingin Kinar ceritakan. Karena akhirnya tidak seperti yang Kinar inginkan.

Gadis itu menarik lututnya, memeluknya erat. Seakan dirinya kembali tersedot ke masa lalu yang tak ingin ia ingat. Kenapa dunia sesempit ini? Bahkan Nathan masih menyimpan nomor orang tuanya. Bahkan mungkin nomor dirinya. Tapi kenapa ia tidak pernah dihubungi selama tiga tahun ke belakang?

 Tapi kenapa ia tidak pernah dihubungi selama tiga tahun ke belakang?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dialog SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang