Lovely scene

2K 303 23
                                    

Aku sibuk melambaikan tangan saat seorang wanita berparas cantik yang aku tunggu dari tadi akhirnya muncul dari pintu kedatangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku sibuk melambaikan tangan saat seorang wanita berparas cantik yang aku tunggu dari tadi akhirnya muncul dari pintu kedatangan.

Mama mempercepat langkahnya meski trolley nya berisi banyak barang. Aku terkikik geli melihat Mama yang sedikit kewalahan namun tetap bersemangat menghampiriku.

Saat jarak kami makin berkurang, senyumku makin merekah mengamati penampilan Mama hari ini.

Mamaku memang yang terbaik. Selalu tampil cantik walaupun usianya udah hampir setengah abad dua tahun lagi. Mama bahkan nggak terlihat menua.

Urusan gaya berpakaian, Mama jelas jauh di atasku. Beliau selalu memakai dress-dress trendi juga sepatu sneakers berbagai model. Nggak lupa rambutnya yang selalu on point. Catokan rambut juga hairdryer adalah barang wajib Mama selama berpergian.

Kali ini pun, Mama juga terlihat luar biasa. Mengenakan dress putih tanpa lengan dengan aksen bunga-bunga di ujungnya, serta sneakers merah gonjreng yang membuatnya terlihat sangat segar. Rambut cokelatnya juga sedikit lebih terang dari terakhir kali aku melihatnya. Mungkin Mama baru mengganti warnanya.

Mama langsung melepas trolley nya dan memeluk aku erat begitu kami berhadapan. Tidak lupa diciuminya kening, mata, pipi, serta hidungku.

"Oh my God, Ririn anak kesayanganku. Mama kangen banget deh, Dek." Mama kembali memberi pelukan dan merajuk di pundakku.

Aku tertawa kecil dan balas memeluk Mama. "Ririn juga kangen banget sama Mama. Padahal baru berapa lama sih kita nggak ketemu? Baru dua bulan ya, Ma?" tanyaku memastikan.

Mama langsung mengurai pelukan kami, mencubit pipiku lalu menatapku cemberut. "Dua bulan itu lama. Mama nggak akan kuat kalau harus lebih lama lagi. Buruan lulus dong, terus balik ke rumah."

Aku tertawa sambil mengangguki permintaan Mama. "Doain ya, Ma. Supaya Ririn bisa lulus tepat waktu." Balasku sambil mengambil tangan Mama dan menciumnya. Terlalu antusias pelukan aku sampai lupa belum menyalimi Mama.

"Of course lah itu, Dek. Mama tiap hari doain kamu terus." Mama kemudian menggamit lenganku. "Udah yuk, kita ke penginapan sekarang. Udah gatel banget pengen bukain oleh-oleh buat kamu, tuh sekoper isinya buat Adek semua itu."

Aku melongo menatap koper yang ditunjuk Mama. Memang nggak sebesar satu koper lainnya. Tapi jelas lumayan besar untuk ukuran tas yang hanya berisi oleh-oleh.

"Ma... Aku kan udah bilang nggak usah repot-repot. Banyak banget itu ya Allah, gimana habisinnya."

Mama geleng-geleng kepala. "Nggak ada yang namanya repot kalau buat anak. Mama nggak mau anak Mama di sini kurang gizi dan kurang baju."

"Ma..."

"Ririn udah deh. Ayo, makin panas nih di sini. Kita naik Damri atau taksi nih?" tanyanya nggak sabar. Mama mulai mengibaskan tangan ke arah leher. Bandara saat weekend begini memang ramai banget.

PACARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang