Selama dua bulan sejak memutuskan jalan bersama, baru kali ini Paskal terlihat sangat marah dan betah mengabaikan aku.
Sejauh ini, aku masih meraba-raba sendiri gimana aku harus bertindak dan menanggapi sikap Paskal. Bahkan setelah melewati berbagai macam hal, masih banyak yang harus aku pelajari darinya.
Tentang gimana aku harus berusaha semakin menarik agar Paskal nggak melirik perempuan lain kemudian berpaling.
Tentang gimana aku harus putar otak untuk dimaafkan setiap Paskal ngambek karena kesalahan-kesalahan yang aku perbuat.
Tentang gimana aku harus menekan ego dan mengalah karena itu yang bisa aku perbuat untuk menghargai dia sebagai pacarku.
Tentang gimana aku harus tetap waras dan mempertahankan harga diriku sebagai perempuan seberapa pun cintaku padanya.
Dan masih banyak lagi hal-hal kecil sampai besar tapi penting yang harus aku temukan caranya.
Aku akui, pondasi kami masih belum stabil. Rumah kami bisa runtuh kapan aja. Untuk itu, aku dan Paskal harus menemukan formula yang tepat, agar nantinya rumah ini bisa bertahan dalam waktu yang sangat lama.
Aku belum pernah mengalami masalah hubungan yang pelik. Riwayat pacaranku baru sekali, pengalamanku benar-benar minim. Jadi semua nggak semudah membalikkan telapak tangan.
Apalagi kini semuanya berbeda seratus delapan puluh derajat dengan ketika aku bersama Mas Indra.
Dari awal bersama Mas Indra, semua terasa mudah dan tidak ada rintangan yang berarti. Hubungan kami hampir tanpa celah. Tapi ternyata karena itu juga lah, kami jadi tidak menyadari kalau kesempurnaan itu menjadi akar dari permasalahan kami.
Sekarang, saat aku dengan Paskal, rasanya tiap hari nggak pernah berjalan tenang. Selalu ada yang kami ributkan. Paskal dengan ego setinggi langit dan lebih sering dominan di hampir setiap kesempatan, membuat aku harus banyak bersabar.
Anehnya, entah kenapa, selalu mudah untuk aku memaafkan dan melupakan apapun itu sikapnya yang membuatku jengkel. Nggak pernah ada alasan yang jelas untuk aku melakukan itu. Maafku hanya sebanding dengan satu caramel cream frapuccino ukuran grande.
Tapi tetap aja, didiamkan tiga hari oleh Paskal benar-benar menyiksa. Perasaan bersalah bercampur hampa, perpaduan terburuk yang pernah ada.
Tidak ada lagi ocehan-ocehannya setiap perjalanan. Bahkan nggak ada jemput menjemput, karena aku selalu pulang naik ojek tiga hari ini.
Tidak ada lagi rengekan-rengekan minta dimasakkan. Bahkan chat ku aja dibalas sekenanya, bikin aku takut untuk bertandang ke rumahnya.
Tidak ada lagi suara berisik umpatan-umpatannya saat bermain game.
Tidak ada lagi suara merdunya yang sahut-sahutan dengan penyanyi yang lagunya kami putar dari Spotify.
Aku baru sadar, ternyata aku bisa serindu ini dengan tingkahnya yang kadang membuat emosiku naik.
KAMU SEDANG MEMBACA
PACAR
Fiksi Remaja[NEW VERSION] Sudut pandang seorang Cyerin sebagai pacar seorang Paskal yang luar biasa. Luar biasa ngeselin dan jauh dari kata dewasa. P.S There is no exact time and storyline every chapter of this work. If you are curious about them more, read the...