[NEW VERSION]
Sudut pandang seorang Cyerin sebagai pacar seorang Paskal yang luar biasa. Luar biasa ngeselin dan jauh dari kata dewasa.
P.S There is no exact time and storyline every chapter of this work. If you are curious about them more, read the...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Paskal kalau lagi menggemari sesuatu, dia akan betah berkutat dengan hal itu sampai tak jarang lupa waktu. Aku sering sekali mengomeli dia untuk kebiasaan yang satu ini, tapi dia tetap bandel dan menyampaikan berjuta pembelaan yang akhirnya membuat aku menyerah.
Seperti dua minggu ini, Paskal sedang keranjingan bermain PUBG. Aku tidak tahu pasti permainan apa itu, yang jelas hal itu sudah menyita banyak waktu luangnya bahkan waktu tidurnya.
Lalu saat aku mengingatkannya untuk ingat waktu, Paskal malah membalikkan keadaan dengan balas menceramahiku.
"Kamu itu kalau cowok suka main game jangan diomelin. Mending kita melepas suntuk kayak gini lho, daripada lari ke hal yang nggak bener, nanti ujung-ujungnya nyakitin."
Waktu itu aku mencoba bersabar, menghargai kesukaannya. Lagipula Paskal juga tidak pernah melarangku kalau aku sedang asyik belajar resep dan menonton video masak. Jadi aku berusaha melakukan hal yang sama. Karena dari awal Paskal bilang, hubungan itu interaksi timbal balik. Tidak boleh ada timpang sebelah, keduanya harus seimbang.
Tapi melihat kondisinya sekarang, aku benar-benar ingin menyalahkan Paskal karena sudah mengabaikan semua saranku kemarin.
Setelah dua minggu dia lalui dengan tidur dan makan yang tidak teratur, Paskal akhirnya tumbang. Asam lambung meningkat ditambah demam tinggi. Aku sudah membujuknya untuk ke klinik, tapi dia menolak.
"Masih panas?"
Paskal mengangguk. "Panas banget nih, tapi juga kedinginan. Bingung aku sama badan aku." Katanya semakin menggulung badan di atas sofa ruang tengah.
Aku yang baru saja meletakkan barang belanjaan di dapur langsung menghampiri Paskal, duduk bertumpu lutut di sampingnya lalu memeriksa suhu tubuhnya.
Aku berdecak. Memang sangat panas.
"Aku masakin bentar, abis itu minum obat ya." Aku berniat beranjak dari dudukku saat Paskal memegang tanganku. Aku mengernyit dan dia memandangku menyesal.
"Maaf nggak nurut sama kamu." Ujarnya memelas.
Aku menatapnya, memandang ke arah wajahnya yang lebih merah dari biasanya dan memegang tangannya yang sedikit dingin. Rasa kesalku udah menghilang sempurna. Dia benar-benar sedang sakit sekarang.
"Nggak usah dipikirin, yang penting kamu istirahat dulu sekarang." Aku melepas tautan tangan kami kemudian mengusap kepalanya pelan. "Aku ambilin jaket dulu ya di kamar."
Paskal hanya mengangguk. Setelah itu aku berjalan menuju kamarnya yang berada di lantai dua.
Sampai di dalam kamarnya, aku langsung ke balik pintu. Biasanya Paskal selalu meletakkan jaketnya di sana. Tapi setelah mencium baunya, aku memilih menaruh jaket itu di keranjang kotor dan mengambil jaket lain di lemari.
Ya Allah pacarku jorok banget emang. Untung ganteng, untung sayang.
Aku kembali turun dengan hoodie hitam tersampir di lengan kiriku.