His confrontation

2K 303 16
                                    

Begitu sampai di kamar hotel, aku langsung mengganti pakaian dengan kaos kebesaran dan celana pendek yang super nyaman

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Begitu sampai di kamar hotel, aku langsung mengganti pakaian dengan kaos kebesaran dan celana pendek yang super nyaman. Lalu kembali mendatangi Mama dan Paskal yang masih sibuk dengan oleh-oleh.

Menyadari keberadaanku, Mama malah memekik lebay dan mencubiti pipiku. Kebiasaan.

"Ririn ya Allah! Pacarnya masih di sini malah pakai baju kayak gembel. Ganti sana, Paskal ilfeel nanti sama kamu."

Aku menatap Mama jengah. "Apa sih, Ma. Orang nggak gembel kok. Nyaman tau kayak gini."

Mama gantian menatap Paskal dengan memelas, "Paskal, maafin anak Tante ya? Dia emang suka males gitu kalau disuruh pakai baju yang bener."

"Ini juga bener kali, Ma." Sanggahku.

"Bener apanya? Kedodoran kayak gitu, nggak ada cewek-ceweknya, Dek. Pakai piyama lucu-lucu kek. Mama kan udah beliin banyak, Rin."

Paskal yang melihat pertengkaran ibu dan anak itu langsung berinisiatif menengahi. Dia tersenyum melihat Mama, bermaksud menenangkan.

"Cyerin kadang pake piyama lucu kok, Tan. Dia nggak selalu pake kaos kayak gitu. Tante nggak perlu khawatir juga, Paskal nggak akan ilfeel mau Cyerin pake baju apapun." Ungkap Paskal.

Aku menyeringai menatap Mama. Yes, bagus. Sekarang Paskal udah mulai pintar untuk nggak ikut-ikut melawanku. Itu baru namanya pacarku.

Mama mendengus kesal karena merasa kalah. Tapi nggak lama, matanya malah memicing curiga. Memandang aku dan Paskal bergantian.

"Kok Paskal kayak tau banget pakaian tidur Ririn? Jangan-jangan kalian...?" tanya Mama penuh selidik.

Aku dan Paskal saling bertatapan. Mata kami sama-sama melebar. Kepanikan jelas tercetak dari raut muka kami.

Matilah aku!

Kayaknya Paskal salah ngomong tadi. Pembelaannya barusan kalau dipikir-pikir, memang agak menimbulkan keambiguan.

Aku menarik napas supaya lebih tenang. Salah sedikit aja, Mama bisa berpikiran yang nggak-nggak.

Aku sempat melirik Paskal yang malah menggaruk tengkuknya, membuatnya terlihat seperti tertangkap basah. Bodoh memang anak itu.

"Paskal suka beliin aku martabak, Ma, kalau malem, kalau aku lagi nugas." Jawabku. Aku melirik takut-takut ke arah Mama yang ekspresinya masih tidak terbaca, lalu menghela napas.

Aduh. Baru aja Paskal mengantongi restu, masa dia harus didepak hari ini juga sebagai pacar?

"Aku sama Dira kadang ngerjain tugas di kontrakan Rendy, yang juga punya Paskal. Kita kadang tidur di sana soalnya kemaleman kalau harus pulang," tambahku kemudian.

"Tapi Cyerin tidur di beda kamar kok, Tan, sama Dira." Sahut Paskal cepat. Aku tahu dia sama takutnya denganku saat ini, terdengar dari responnya yang super cepat barusan.

PACARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang