[NEW VERSION]
Sudut pandang seorang Cyerin sebagai pacar seorang Paskal yang luar biasa. Luar biasa ngeselin dan jauh dari kata dewasa.
P.S There is no exact time and storyline every chapter of this work. If you are curious about them more, read the...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hari ini hari sabtu, lebih tepatnya saturday night, malamnya para couple.Tapi aku dengan Paskal malah betah mendekam di kontrakannya daripada keluar dan menikmati malam minggu seperti pasangan kebanyakan.
Aku sedang sibuk mengirisi jagung manis di meja makan. Hari ini aku akan membuat bakwan jagung sebagai teman aku dan Paskal menghabiskan waktu malam ini.
Paskal sangat amat menyukai jagung. Hampir setiap minggu dia minta dibuatkan makanan berbahan dasar jagung. Oleh karenanya, aku selalu rajin mempelajari resep makanan dari jagung untuk disajikan ke lelaki itu. Malam ini aku memilih bakwan jagung, yang sederhana dan ringan tapi tetap lezat.
Aku melirik Paskal yang ternyata masih sibuk menulis di depanku.
Tadi aku menyuruhnya untuk menulis daftar belanjaan yang perlu dibeli, dari bahan-bahan makanan sampai kebutuhan pribadinya. Seharusnya tadi sore jadwal kami belanja karena kulkasnya sudah mulai kosong. Tapi karena aku dan Paskal terlalu mager, maka acara pergi ke supermarket kami tunda jadi besok siang.
Kami berdua memang tipe pasangan homebody, lebih sering menikmati waktu berdua di rumah. Entah itu ngobrol, main game, nonton film, masak, karaoke-an, atau sekedar tiduran nggak jelas di ruang tengah, hampir selalu kami lakukan di kontrakan Paskal.
Paskal, walaupun dia punya segudang aktivitas, kalau sedang senggang begini dia memang lebih suka di rumah. Sangat cocok denganku yang memang terlalu malas untuk jalan ke luar. Terlalu melelahkan menurutku.
"Cyer, ini kurang apa lagi ya?" tanya Paskal padaku.
Aku yang tadinya berniat pergi ke dapur akhirnya kembali duduk dan memeriksa catatan yang dibuat Paskal. Keningku mengernyit meneliti satu per satu barang yang ditulisnya.
"Beli gunting deh, yang besar tapi. Buat di dapur. Kemarin aku cari nggak ada soalnya."
Paskal mengangguk, menarik kembali catatan itu dariku kemudian kembali mencatat dengan serius apa yang aku sarankan.
Senyumku otomatis mengembang mengamati lelaki di depanku. Kalau lagi diam, Paskal terlihat sangat manis dan tidak merepotkan sama sekali.
Bibirnya terlipat ke dalam menghasilkan garis tipis yang manis. Pipi gembilnya yang menggemaskan juga lebih tampak dalam keadaan seperti ini. Tatapannya terlalu serius untuk ukuran menulis barang belanjaan, dia lebih seperti sedang mengerjakan tugas matematika rekayasa.
Paskal tiba-tiba mendongak saat aku masih betah memerhatikan wajahnya, membuatku gelagapan dan secepat mungkin melihat ke arah lain. Dia terlihat sedikit keheranan. Tapi setelahnya dia kembali sibuk dengan kertas di tangannya, sesekali memainkan pulpen.
"Anything else?" tanya Paskal. "Aku bingung deh kalau suruh nulis ginian, nggak kepikiran. Kamu aja deh yang terusin."
Paskal mendorong kembali kertas to buy list bikinannya ke arahku. Aku tidak bisa menahan tawaku melihat wajah Paskal yang sudah agak kesal.