Ch 3

225 15 1
                                    

Hari pertama masuk sekolah. Freya tersenyum senang. Setelah libur yang membosankan, kini Freya kembali dengan semangat barunya.

"Freya Anjani!!!" teriak seseorang dari lantai atas. Freya mendongak.

"Aline!!!" balas Freya dengan senang. Freya berjalan cepat menaiki tangga.

"Kangen banget sama lo, Fre," kata Aline sambil memeluknya erat.

"Eh, btw, kelas gue dimana ya?" Freya menengok kanan kiri. Tadi, Freya tidak sempat melihat majalah dinding.

"Elo sekelas sama gue, Ema, juga Tara," jawab Aline, sumringah.

"Serius lo? Ahh! Gue mau duduk bareng Ema, titik." Ucap Freya, membuat Aline cemberut. Ya, Freya tahu, sebenarnya Aline sudah berharap duduk bersama Freya. Tapi, Freya tidak tahan dengan suara toa milik Aline. Dan itu salah satu yang membuat Freya tidak mau duduk bersama Aline.

***

    XII Ipa-1.
"Selamat pagi, anak-anak!" sapa wali kelas Freya, Ibu Indri.

"Pagi, Bu..."

"Ibu senang bisa berjumpa lagi dengan kalian. Meski ada beberapa siswa yang Ibu belum paham betul. Ibu minta bantuan kalian ya? Jangan bikin kelas kita jadi kelas yang jelek. Kita bangun sama-sama. Terlebih tinggal beberapa bulan lagi kalian sekolah. Dan, Ibu harap, kalian bisa fokus belajar. Yang pacaran nggak boleh caper. Dan yang jomblo juga, nggak boleh baper." Ucap Ibu Indri terkekeh. Tawa bergema di seisi kelas.

    Setelah wali kelas keluar, kelas kembali heboh dengan percakapan masing-masing. Termasuk Freya dan 3 sahabatnya.

"Eh, Fre. Lo tau nggak? Bhakti sekelas sama Ayu, lho!" ucap Ema. Freya hanya mengerenyitkan dahi.

"Terus? Urusan sama gue apa?" tanya Freya bingung.

"Dih! Lo nggak cemburu ya? Nggak takut Bhakti di rebut sama si centil itu?" tanya Tara heran.

"Lah. Ngapain? Gue sama Bhakti kan, cuma temen biasa doang." Jelas Freya.

"Masak sih??!!! Temen kok postingan Bhakti tentang lo semua akhir-akhir ini?" tanya Christi. Teman sekelas yang duduk di belakang Freya.

"Ish! Paan sih, Chris. Lo nyetalk Bhakti ya? Lo suka?" tanya Freya setengah meledek.

"Bukan gitu, Fre. Gue kan temen lo juga. Gue kepo aja gitu. Sapa tau lo beneran jadian sama tu anak. Jadi gue bisa minta traktir!" tawa Christy bergema, membuat bising telinga.

Ck! Bhakti lagi, Bhakti lagi. Kenapa sih, mereka suka banget ngeship gue sama Bhakti?. Gerutu Freya dalam hati.

***
Pukul 15:05.

     Freya keluar dari kelasnya. Freya berjalan dengan Emma di koridor sambil tertawa karena obrolan tak tentu mereka.

Tiba di parkiran, Freya menengok ke arah orang yang memanggilnya dengan sedikit keras.

"Freya!" panggil seseorang dari arah parkiran.

"Eh, Bhakti. Gimana gimana?" tanya Freya setelah tahu Bhakti yang memanggil.

"Pulang bareng, mau?" tawar Bhakti.

"Duhh... Bhakti Atmajaya si raja basket. Entar gosip tentang kita bakalan nambah heboh!" jawab Freya agak risih.

"Dih! Ngapain lo ngurusin gosip begituan? Kayak ada faedahnya aja. Udah lah. Kita bersikap aja kayak biasanya." Pinta Bhakti.

"Hem.. Oke, deh. Tapi makan dulu ya?" ajak Freya.

"Iya Freya, iya." Jawab Bhakti sambil mengacak rambut cewek itu.

***

    Saat motor Bhakti mulai melaju, tiba-tiba ada mobil yang menghadang. Entah itu mobil siapa. Tapi yang jelas, seragam SMA yang masih melekat itu bukti, bahwa si empunya mobil masih seorang murid.

"Ck! Sialan! Siapa sih! Berani bener!" teriak Bhakti, seraya turun dari motor. Begitu pun Freya. Tidak lama kemudian, si pengemudi turun dari mobilnya.

"Lo? Freya Anjani?" tanyanya menunjuk pada Freya.

"Kalo bukan, kenapa?!" jawab Bhakti lantang.

"Wehh.. Santai dong, bro!" balas cowok tersebut sinis. "Gue nanya sama cewek lo. Bukan elo!" tukasnya lagi.

"Dia cewek gue! Jadi gue berhak lindungin dia!" ucapan Bhakti membuat Freya terbelalak. Murid yang masih ada di sekitar jalan itu pun juga tak kalah kaget.

"Gue mau cewek lo! Gue ada perlu!" teriak cowok yang sama sekali tak Freya kenal.

"Mau cewek gue lo bilang?! Heh! Dia bukan barang pinjaman! Minggir dan jangan halangin jalan gue!" teriak Bhakti tak kalah seru.

"Bhakti. Udah, kita pulang aja." Freya membuka suara sambil menarik lengan Bhakti. Tapi, cowok itu dengan cepat melayangkan tinju ke arah perut Bhakti.

Bugh!!! Bugh!!!

Dua kali pukulan melayang di tempat yang sama. Seketika Bhakti tersungkur di depan Freya sambil memegangi perutnya. Freya terbelalak.

"Gue nggak suka kalo ada orang yang sok jago ngehalangin jalan gue!!!" teriak cowok tersebut. Lalu dengan paksa menarik tangan Freya tanpa menggubris erangan Freya. "Sakit woy! Lepasin!" teriak Freya sambil memberontak.

***

"Diem! Masuk!" paksa cowok tersebut. Di dalam mobil sudah ada dua teman cowok itu yang sudah bersiap-siap pergi.

Freya melihat Bhakti yang masih tergeletak sambil memegangi perutnya. Beberapa siswa menolongnya. Freya merasa iba di buatnya.

"Lo siapa?! Gue salah apa?! Turunin gue!" teriak Freya. Tanpa sadar dengan rasa takut terhadap 3 cowok itu membuat Freya menangis sejadi-jadinya. Sebelah kanan tak menggubris. Dia sedang asik mendengarkan musik sambil berlagak bermain Drum. Sementara, yang menyetir hanya beberapa kali melirik ke belakang. Seakan-akan khawatir dengan keadaan cewek yang di paksa Nata untuk masuk ke mobilnyam Dan yang sebelah kiri Freya, tentu saja. Tidak jelas siapa dia. Tapi dia sibuk dengan ponsel tanpa melepas cekalan tangannya.

"Please. Lepasin gue hiks.. Gue bakal kasih barang.. hiks.. Apa aja.. hiks.. Lepasin.. hiks.. hiks.." Freya tidak berhenti memberontak meski sambil terisak sekalipun.

"Lo bawel banget ya?" jawab cowok yang sekarang masih mencekal lengan Freya kuat-kuat. "Jangan bikin gue terpaksa nyium bibir lo, deh," katanya lagi. Membuat Freya membekap mulutnya sendiri.

"Nat. Kesian tu cewek. Ketakutan gitu. Udah lah di bicarain baik-baik aja." Ucap cowok di belakang kemudi.

"No, mending lo fokus nyetir. Dit, pindah ke depan. Dan lo, diem. Jangan cengeng. Kita nggak bakal ngapa-ngapain lo," perintahnya dan langsung di turuti teman-temannya.

***

   Freya hanya bisa menahan sakit di tangan. Sementara si pengemudi terlihat khawatir. Entah khawatir pada Freya, atau ke yang lain. "Lo jangan takut. Kita cowok baik-baik, kok," jelas si pengemudi. Membuat cowok di samping Freya sinis.

"Kalo baik-baik, nggak bakal begini ke cewek! Apalagi ini nggak di kenal!" jawab Freya setengah berteriak.

"Tapi gue kenal lo, tuh." Jawab cowok jahanam ini dengan wajah tak bersalah.

"Hallo. Ya. Gue otewe. Jadi di lapangan biasa aja? Oke. Gue kesana." Setelah cowok kejam ini menutup teleponnya, dia menyuruh temannya putar arah. "No, puter. Kita ke tempat biasa." Lalu dengan sigap, si pengemudi menuruti.

"Terus cewek ini di bawa, gitu?" tanyanya.

"Iya. Gue bakal selesaiin disana." Jawabnya singkat.

Selesaiin apa? Bahkan gue nggak kenal sama mereka. Nusa Mandiri? Iskandar Dinata? Siapa sih, cowok kejam ini? Tolongin gue, Ti. Gue takut! Batin Freya menjerit.

***

SENJA NATA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang