Ch 29

71 2 0
                                    

Hari kedua ujian...

Freya lari terbirit-birit ke ruangannya. Dengan nafas tersengal. Wajah gugup. Dan rambut yang lupa ia kucir. Ia mengedarkan pandangannya.

Bagus! Belum ada pengawas!

"Ehem..." Deheman dari belakang Freya. Seketika Freya berbalik.

"Sampai kapan kamu berdiri di depan pintu?" tegur sang pengawas ujian. Freya menunduk sembari mengucapkan maaf. Lalu masuk dan duduk di kursinya.

"Saya tidak suka keributan. Saya tidak suka ada yang bisik-bisik tetangga. Saya minta semuanya mengerjakan dengan tenang. Ingat! Biarkan tangan bergerak dan mulut terkunci untuk 3 jam ke depan. Mengerti?" ucap sang pengawas.

"Mengerti pak...." Jawab semua murid. Soal mulai di bagikan. Dan murid mulai sibuk berkutik dengan semua rumus yang tertera.

  Ipa. Siapa yang tak kenal pelajaran ini??? Kalian pasti tahu bagaimana Fisika dan Biologi bertemu di satu mata pelajaran yang bernama IPA. Meliputi semua tentang alam semesta. Makhluk hidup. Dan perhitungan-perhitungan yang menurut sebagian orang itu pehitungan yang sangat membingungkan. Tak jauh berbeda dengan materi keseharian. Matematika.

Hanya orang-orang tertentu saja, yang bisa memecahkan rumus-rumus di dalam kandungan pelajaran Ipa.

Freya berdecak kesal. Kini, pikirannya tak lagi fokus pada soal di depannya. Freya memikirkan Nata. Dirinya saja terlambat. Apalagi Nata??? Freya tidak dapat duduk dengan tenang. Beberapa kali ia mengganti posisi. Menarik kursi agar lebih dekat dengan meja. Sampai miring-miring tidak jelas.

  Pengawas memperhatikan Freya yang duduk dengan gusar. Tidak ada ketenangan sama sekali di raut wajahnya. Pengawas melihat letak duduk beserta nama peserta ujian di ruang 3 itu.

"Freya Anjani. Meja kedua. Tolong berdiri." Ucapan pengawas membuat semua mata menatap Freya. Kikuk. Freya merasa jadi perhatian sesaat.

"Pindah tempat duduk. Disini." Tunjuk pengawas ke kursi di sebelahnya. Aline yang memang sekelas dengan Freya malah tertawa mengejek. Freya melotot ke arah dimana Aline duduk.

"Maaf, pak." Ucap Freya sembari menunduk.

"Sudah. Kerjakan cepat! Dan jangan berisik!" bentak sang pengawas ruangan. Freya pun mulai memfokuskan diri pada soal di atas meja itu.

***

  Kini, Nata sedang duduk manis di depan meja guru BK. Karena keterlambatannya, Nata di hukum mengerjakan soal di ruang BK. Di awasi secara face to face. Dan dengan waktu 2 jam saja. Tapi, Nata tidak menyesal. Sama sekali. Di banding dirinya, Nata lebih memikirkan Freya. Saat mengantar gadisnya tadi, Gerbang sudah di tutup. Untung saja, pak satpam dekat dengan Freya. Jadi, tidak begitu susah untuk masuk. Meski harus melewati beberapa guru yang bertanya layaknya reporter berita.

Tak masalah bagi Nata. Mengerjakan 100 soal dengan kurun waktu 2 jam. Bahkan, Nata bisa sempat-sempatnya nyantai dan mengipas-ngipaskan soal ke tengkuk lehernya. Membuat BK menggeleng. Kelakuan mantan wakil osis yang lumayan jenius. Apalagi di soal Matematika. Hitung-menghitung, Nata jagonya.

2 jam berlalu....

"Pak. Saya selesai." Ucap Nata legah. Pengawas dengan nametag Ari Wibowo dan tittlenya itu memperhatikan Nata dengan serius. Nata melempar senyum sok polos.

"Iskandar Dinata. Katanya kamu termasuk siswa yang cerdas." Ucap Pak Ari sembari merapikan mejanya. Nata menampilkan deretan gigi putihnya yang rapih.

"Hehehe... Iya, pak. Alhamdulillahnya, sih, begitu." Jawab Nata santai.

"Di catatan harian, kamu hampir sempurna di kata sebagai siswa teladan." Puji Pak Ari.

SENJA NATA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang