Ch 40

89 3 0
                                    

Sebenarnya lagi malas banget. Tapi, komitmen buat nyeselaiin cerita udah dari dulu ada. Meski ceritanya jelek juga, huaaa :'(

Selamat membaca.

***

"Aku nyusul kamu nanti, setelah tiga bulan. Aku juga nggak bisa lama-lama. Ada yang harus di urus di kampus sama kantor Papah," Nata menyelipkan anak rambut Freya ke belakang telinga gadis itu. Freya tersenyum.

"Iya, nggak apa-apa, kok. Kita ke sana sekarang?" Freya berdiri dari duduknya, dan melangkah ke arah dimana keluarga dan teman-temannya sedang berdiri menunggu keberangkatan pesawat.

Nata berjalan lebih lamban. Membuat Freya sedikit menariknya. Setelah berhadapan dengan orang tua Freya, Nata menyalami mereka.

"Yah, Bun. Nata nggak bisa lama-lama. Harus ke kantor Papah, soalnya,"

"Iya, sayang. Nggak apa-apa. Makasih, ya, udah ngantar Freya ke bandara," Sofie mengelus kepala Nata, sayang.

"Soal ngantar Freya, sih, nomor wahid, Bun," kekeh Nata. Freya tersenyum sambil menunduk malu.

"Jangan mewek, ya?" goda Aji. Nata mengusap-usap tengkuknya sambil menunduk malu. Aji dan yang lainnya terkekeh pelan.

"Ya udah, Yah, Bun. Nata duluan, ya?" pamit Nata. Ia menghampiri Freya yang berdiri tak jauh dari Bundanya, menarik Freya kedalam pelukannya. "Take care, dear. Jaga hati kamu, buat aku," bisik Nata.

Air mata Freya mengalir. Padahal, sedari tadi ia mati-matian menahannya. Freya sedikit terisak pelan. Nata mengelus rambut gadis itu. "Jangan nangis. Yang fokus, ya?" pesan Nata, lalu melepas pelukannya. "Aku duluan. I love you."

Freya menatap kepergian Nata yang setengah berlari. Freya memejamkan matanya sebentar, membuat air matanya semakin deras mengalir.

Attention sudah terdengar. Membuat Freya dan Jihan harus segera masuk ke pesawat mereka. Setelah berpelukan dan berpamitan dengan semua orang yang mengantar mereka, mereka pun masuk dengan keadaan buliran air mata yang masih terus terjatuh.

Nugi sesenggukan. Tadinya, Nugi berniat menyusul Nata. Nugi merasa, sekarang ia harus berbagi segalanya dengan Nata. Meski Nugi juga tidak terlalu suka. Tapi, Nata merasakan hal yang sama dengan Nugi. Bahkan mungkin, calon kakak iparnya itu lebih dari merasakan kehilangan.

Di dalam pesawat, Freya dan Jihan masih mengelap buliran air mata mereka masing-masing. Saling berbincang ringan untuk saling menguatkan. Toh, nantinya mereka juga akan pulang. Bukan nerarti selamanya di Jepang.

***

Pesawat sudah terbang satu jam yang lalu. Tapi, Nata masih duduk dengan keheningannya sendiri di taman dekat Bandara. Nata masih merasa sesak. Merasa semua ini tiba-tiba. Padahal, rencana itu sudah sejak lama.

Nata menunduk dalam. Menatap rerumputan hijau yang ia injak. Dia menghela nafas pelan.

"Freya," gumamnya lirih.

Nata melihat ponselnya yang sedari tadi berdering. Tidak berniat menjawabnya sama sekali. Hampir 50 kali Aryo menghubunginya. Tapi, Nata tidak peduli.

"Lo baru aja ngelepas orang yang lo sayang. Dan masih belum bisa ikhlas. Iya, kan?"

Tiba-tiba, seorang gadis duduk di samping Nata, dan menyodorkan minuman ke arahnya. Nata menatapnya sekilas, lalu membuang muka setelah menerima botol minuman itu.

"Ke mana?" tanyanya.

"Jepang." Nata meneguk minuman itu hingga tersisa setengah botol.

"Kuliah dimana cewek lo?"

SENJA NATA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang